Tidak mudah memilih Balige atau Parapat untuk menikmati Danau Toba. Sama sulitnya untuk membuat pilihan, Pantai Parparean atau Sibola Hotang. Masih banyak pula lainnya dan semuanya kece menawan. Danau Toba memang tak ada duanya sebagai kawasan danau besar tropis yang berada di tempat sejuk, di ketinggian 900 meter dari permukaan laut.
Pemerintah terus mengembangkan kawasan Toba itu sebagai destinasi wisata dunia. Untuk menambah opsi kegiatan wisata di sana, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) kini sedang menyelesaikan pelebaran Alur Tano Ponggol, celah sempit yang memisahkan Pulau Samosir dari Tanah Sumatra Utara. Lokasinya ada di sisi Barat Danau Toba, untuk membedakannya dari Parapat yang ada di sisi timur atau Balige di Selatan.
Alur Tano Ponggol dulunya berupa selat sempit dan dangkal. Sejak dari era kolonial selat alamiah ini telah berulangkali dinormalisasi akibat pendangkalan. Terakhir, ia hanya berupa kanal selebar 25 meter dengan kedalaman tak lebih dari tiga meter. Panjangnya sekitar 1.200 meter. Melalui kanal ini, massa air dari sisi barat Danau Toba saling berpaut dengan air dari sisi timurnya.
Namun, belakangan kanal itu makin dangkal. Tautan air makin berkurang, dan sebagai jalur lalu lintas hanya perahu-perahu kecil yang bisa melintasinya. Di atas kanal itu sebuah jembatan melintang dan menjadi satu-satunya jalan darat yang menghubungkan Pulau Samosir dengan tanah Batak di luarnya.
Proyek pelebaran Alur Tano Ponggol sudah dimulai sejak 2018. Kanal sempit kini menjadi 80 meter lebarnya, dengan kedalaman rata-rata delapan meter. Tepian kanal diperkuat dengan tanggul dari lempengan besi. Kelak di sisi tanggul akan dibangun pedestrian untuk wisata.
Jembatan sepanjang 290 meter bakal membentang menghubungkan kedua sisi. Kolong jembatan akan menggantung setidaknya sembilan meter dari posisi air tertinggi. “Agar kapal besar bisa lewat di bawahnya,” kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono dalam siaran pers yang diunggah di laman resmi kementerian.
Normalisasi Alur Tano Ponggol itu tergolong pekerjaan besar. Tak kurang dari 500.000 m3 tanah harus digali dan dipindahkan. Anggarannya sekitar Rp320 miliar. Pandemi Covid-19 tak membuat proyek ini terhenti. Meski pengerjaannya melambat menyesuaikan dengan protokol kesehatan, toh saat ini sudah lebih dari 95 persen selesai.
Lokasi Alur Tano Ponggol ini menjadi bagian Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba yang diprioritaskan pembangunannya. Maka selesai dengan program pelabaran kanal itu, jembatan baru akan dibangun bersama sejumlah infrastruktur lainnya guna menambah daya saing Wisata Toba yang ada di tujuh kabupaten, yakni di Dairi, Simalungun, Samosir, Humbang Hasundutan, Toba, Karo, dan Tapanuli Utara.
Untuk tahun 2020 Kementerian PUPR mengalokasikan anggaran Rp1,3 triliun untuk berbagai sarana guna mendukung Kawasan Wisata Toba. Di dalamnya ada sejumlah proyek properti, jalan, sarana tata kelola air, pembebasan lahan, serta jembatan di atas Alur Tano Panggol yang menelan biaya Rp175 miliar itu. “Dalam tatanan normal baru, pemerintah meyakini bahwa sektor ekonomi yang dapat rebound dengan cepat ialah sektor pariwisata. Karenanya, tak ada pembangunan infrastruktur pada lima KSPN yang dihentikan,” kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.
Lima kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN) yang dimaksud Menteri Basuki adalah Danau Toba, Borobudur, Mandalika di Lombok, Labuan Bajo di Flores, dan Manado-Likupang. Tak kurang dari Rp5 triliun dikucurkan ke lima kawasan itu pada 2020.
Pamor Toba memang makin bersinar di peta destinasi wisata dunia. Pada 2019 diperkirakan ada 350 ribu wisatawan asing yang datang menikmati Toba. Wisatawan domestik bisa empat atau lima kali lipatnya. Pulau Samosir saja mencatat ada 378.649 pengunjung di 2018, dengan rincian wisatawan asing 65.724 orang dan wisatawan nusantara (wisnus) 312.925 orang.
Keliling Samosir
Kawasan Toba ini memiliki riwayat geologis yang unik karena terbentuk dari ledakan mega-volkano 70--75 ribu tahun silam. Ledakannya menciptakan hamburan debu sebanyak 1.000 km3 yang mempengaruhi iklim dunia bertahun-tahun. Di pusat ledakan muncul kaldera raksasa. Akitivitas vulkanik berikutnya adalah terbentuknya pulau Samosir dari bekuan lava yang terus menyembul naik karena dorongan vulkanik.
Kini Danau Toba memiliki luas genangan air sekitar 1.130 km2, dengan Pulau Samosir di tengahnya. Luas Pulau Samosir ialah 630 km, sedikit di bawah DKI yang sekitar 650 km2. Bagian sisi terpanjang Samosir sekitar 55 km. Untuk berlayar keliling Pulau Samosir bisa dibuat lintasan pendek sekitar 150 km, dan bisa ditempuh selama enam atau tujuh jam dengan kapal pesiar berkecepatan sedang.
Penyelesaian kanal Alur Tano Ponggol itu membuat gagasan lama kapal pesiar keliling Samosir ini lebih mendekati kenyataan. Pelabuhannya bisa dibangun di mana saja, di Bali, Parapat, atau yang lainnya. Dengan kapal pesiar itu, pantai-pantai Toba yang landai atau yang curam bisa dinikmati sekaligus, atau melakukan kunjungan menyeberang ke Samosir.
Sesampai di Pulau Samosir, pengunjung bisa melihat hamparan indah Danau Toba dari arah sebaliknya. Bukit Holbung di Desa Janji Marhatan menjanjikan lokasi ketinggian yang memungkinkan pengunjung bisa menikmati panorama danau dengan sudut pandang yang lebih luas. Samosir menyajikan beragam obyek wisata alam, budaya, seni, kuliner, dan tempat belanja.
Untuk menuju Danau Toba ini ada dua gerbang udara, yakni Bandara Kualanamu di Medan dan Bandara Sisingamangaraja XII--nama baru Bandara Silangit. Seperti halnya Kualanamu, Bandara Sisingamangaraja XII di Kota Siborong-Borong itu juga sudah berstatus bandara internasional.
Penulis: Putut Trihusodo
Editor: Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini