Penjual suvenir khusus Mahkota Papua di Stadion Lukas Enembe Kabupaten Jayapura, Papua menyatakan bangga produk asli Papua bisa dikenal ke seluruh Nusantara berkat event seperti PON dan Peparnas.
Di setiap perhelatan akbar nasional seperti Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XVI Papua 2021, kehadiran penjaja produk suvenir atau buah tangan hingga kuliner khas Papua menyemarakkan setiap sudut venue pertandingan maupun lokasi publik sekitar kota.
Tidak saja dari pelaku usaha Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) asli Papua yang mengambil peluang momen Peparnas. Para pendatang dari luar Jawa juka memanfaatkan hal tersebut.
Mereka menjajakan produk dagangan berupa kaus, topi, pin, dan cenderamata lainya berciri khas PON dan Peparnas Papua. Para perajin asesoris khas Papua juga turut mengais rezeki dari kegiatan Peparnas yang berlangsung sejak 5 November sampai 13 November 2021.
Sebut saja salah satunya, Herlina Rumkorem. Mama berusia 54 tahun itu adalah perajin asesoris khas Papua di bawah pembinaan Pemerintah Provinsi Papua dan Bank Indonesia Wilayah Papua. Ia satu dari 100 pelaku UMKM Papua yang mendapatkan kesempatan berdagang di sekitar venue PON dan Peparnas Papua maupun tempat lainnya sekitar Jayapura.
Pemilik galeri Inokinson Awin di Abepura ini menjajakan kerajinan gantungan kunci kulit kayu, sasak rambut, imitasi pinang, kalung, gelang, tas noken, gelang kulit kayu, kaos maskot Peparnas hingga topi mahkota burung. Produknya dijual mulai harga Rp10 ribu hingga paling mahal tas noken anggrek Rp3,5 juta.
"Pengunjungnya memang tidak sebanyak waktu PON. Paling tidak samalah keuntungannya," ujar saat ditemui di Festival UMKM dan Lomba Tari Yosim Pancar Peparnas Papua di Kompleks Stadion Lukas Enembe, Kampung Harapan, Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Selasa (9/11/2021).
Herlina menceritakan, ketika masa PON Papua lalu dirinya meraup keuntungan besar hingga Rp7 juta per hari saat menggelar gerai di Festival Kopi dan UMKM di Taman Mesran, Kota Jayapura. Bahkan, barang-barang produknya di galerinya lebih laris manis diborong. Penjualan di galeri bisa mencapai Rp20 juta sehari. Paling kecil ia mendapat Rp4 juta saat berjualan di venue bulu tangkis di GOR Waringin, Kota Jayapura.
Kegiatan Festival UMKM dan Lomba Tari Yospan ini diadakan oleh Bidang Promosi dan Pemasaran PB Peparnas untuk menyemarakkan pesta olahraga terbesar untuk atlet penyandang disabilitas di tanah air. Hajatan ini dilaksanakan di area Kompleks Olahraga Stadion Lukas Enembe pada 8--10 November 2021.
Festival Peparnas Papua ini menghadirkan 40 gerai yang diisi pelaku UMKM sekitar Papua yang menjajakan berbagai produk berupa kerajinan khas Papua, kuliner, kopi, dan lainnya.
Mahkota bulu burung Kasuari dan bulu ayam adalah contoh buah tangan yang dijual selama Peparnas Papua. Harganya Rp300 ribu sampai Rp500 ribu sesuai bentuk ukurannya. Lazimnya bagi adat Papua, bulu kakatua putih juga dipakai menghiasi mahkota di kepala itu. Begitu pula, burung sakral asli Papua, Cenderawasih. Tapi karena burung tersebut termasuk satwa yang dilindungi dan menurut adat tidak bisa sembarang orang memakainya.
Mahkota ini terbuat dari kulit kayu yang dikeringkan. Lantas diberikan hiasan kerang dan buah merah khas Papua. Untuk mempercantik ditambah dengan bulu kasuari dikombinasikan dengan bulu kambing yang menempel di atasnya. Beberapa model mahkota tersebut bulu-bulunya ada juga dicat warna warni, merah atau kuning.
Biasanya mahkota bulu kasuari ini dikenakan oleh suku Asmat. Penduduk asli Papua ini menjadikan mahkota tersebut sebagai lambang kehormatan. Diletakkan di atas kepala sebagai tempat tertinggi dari anggota tubuh manusia. Maknanya meletakkan kehormatan tertinggi kepada alam yang telah memberikan mereka kehidupan.
Penjual suvenir khusus Mahkota Papua di Stadion Lukas Enembe, Benny Rumbiak mengaku optimistis dengan penjualan produk milik sanggarnya. Ia khusus menjual mahkota burung Kasuari. Kebetulan ia dibantu oleh Persatuan Ibu Kejaksaan Tinggi Papua untuk membuat karton kemasan mahkota bulu kasuari. Kemasan karton ini untuk menjaga agar mahkota bulu ini tidak cepat rusak.
"Jika mahkota ini hanya diletakkan di meja atau rak stand, bulunya cepat rusak dan tidak tegak lagi," jelas Benny.
Benny juga mengungkapkan, dirinya bisa meraup puluhan juta rupiah selama PON Papua. Barang-barang produknya diborong habis. Baik ketika berjualan di festival maupun venue, ataupun pesanan dari instansi.
Kondisi ini membuat persediaan bulu kasuari menipis. Harga bulu kasuari per ikat melonjak. Mau tak mau harga mahkota Papua di masa Peparnas Papua ini terpaksa dinaikkan dari Rp500 ribu jadi Rp650 ribu.
"Saya cuma ambil untung Rp50 ribu," seraya menyatakan tetap bangga produk asli Papua bisa dikenal ke seluruh Nusantara berkat event seperti Peparnas.
Selain para pedagang yang terdaftar di panitia pelaksana Peparnas, ada juga yang mengisi lahan-lahan kosong di depan Stadion Lukas Enembe. Salah satunya bagi Vebby Yandini, asal Pasar Senen Jakarta, yang turut mengais rezeki pada event yang dimulai sejak 5 November 2021. Perempuan berusia 38 tahun ini sudah merantau ke Papua sejak pergelaran PON hingga Peparnas ini.
Vebby merupakan pedagang asal Jakarta yang sengaja datang ke Papua untuk memanfaatkan event besar seperti PON XX dan Peparnas XVI. Dagangan yang dijual berupa kaus, topi, pin, dan cenderamata lainnya berciri khas PON dan Peparnas Papua.
Menurut Vebby, semenjak pandemi Covid-19 melanda setahun lebih ini, omzet dagangannya di Jakarta sangat menurun. Tapi setelah datang ke Papua karena ada event PON dan Peparnas omzetnya langsung naik. Terhitung rata-rata pendapatan sehari bisa Rp5 juta kalaupun sepi paling tidak Rp2 juta per hari bisa diraup.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari