Indonesia.go.id - Pesona Bulan Merah Jambu

Pesona Bulan Merah Jambu

  • Administrator
  • Minggu, 24 April 2022 | 08:00 WIB
FENOMENA ALAM
  Bulan purnama merah jambu (pink) tampak di langit kawasan Bekasi, Jawa Barat, Minggu (17/4/2022). ANTARA FOTO/Paramayuda
Bila pink moon berstatus sebagai bulan super (supermoon), maka akan 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih terang dari purnama pada umumnya.

Bulan adalah objek paling terang di langit malam meski tidak punya sumber cahayanya sendiri dan mengorbit ke bumi dalam bentuk elips. Sehingga, jaraknya setiap saat tidak selalu sama dengan bumi. Selama setiap orbit 27 hari, bulan mencapai apogee atau orbit terjauh dari bumi dan perigee atau bagian orbit paling dekat dengan bumi.

Saat perigee dikenal juga sebagai bulan purnama dan dalam kurun waktu tertentu ukurannya bisa lebih besar, sekitar 14 persen dan 30 persen lebih terang dari bulan purnama umumnya. Fenomena alam ini disebut juga dengan bulan super atau supermoon dan pada saat itu bulan berada 90 persen dari titik terdekatnya dengan bumi.

Sayangnya, supermoon tidak muncul setiap saat karena dalam satu tahun hanya ada 2--3 kali terjadi. Salah satu waktu kemunculan supermoon itu terjadi pada April. Namun berbeda dengan dua tahun sebelumnya, purnama April tahun ini tidak mendapatkan supermoon meski namanya adalah pink moon atau bulan merah jambu.

Menurut peneliti dari Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang, peristiwa bulan merah jambu ini dikaitkan dengan Almanak Petani Tua (The Old Farmer's Almanac) di Amerika Serikat. Dalam The Old Farmer's Alamanac, terdapat jadwal purnama dengan penamaan uniknya.

Misalnya pada 16 Mei mendatang dinamai sebagai bulan bunga dan 14 Juni disebut bulan stroberi. Pada 13 Juli dikatakan sebagai bulan buck, 11 Agustus bulan sturgeon, 11 September harvest moon, 9 Oktober bulan pemburu, 8 November bulan berang-berang, dan 7 Desember sebagai bulan yang dingin. 

Dalam almanak tersebut dijelaskan bahwa purnama yang muncul tiap April bertepatan dengan bermekarannya tumbuhan bunga phlox dari keluarga Geranium yang berwarna merah jambu. Phlox adalah tumbuhan bunga liar asli Amerika Utara, dikenal juga sebagai phlox merayap, phlox gunung, atau phlox lumut dan kerap dijadikan penanda dimulainya musim semi.

"Sehingga warna merah jambu atau pink bukan merujuk dari warna purnama melainkan fenomena musim yang mencirikan purnama tersebut. Setiap purnama memiliki namanya masing-masing disesuaikan dengan musim yang terjadi saat itu," ujar Andi seperti dikutip dari siaran pers BRIN.

Puncak pink moon terjadi pada Minggu (17/4/2022) pukul 01.54 WIB dan dalam catatan BRIN sudah disaksikan oleh masyarakat umum sejak Sabtu (16/4/2022) malam, sekitar 16--18 menit sebelum matahari terbenam. Fenomena alam ini terlihat di hampir seluruh wilayah Indonesia yang kondisi langitnya cerah dan tidak tertutup awan. BRIN pun ikut memantau pergerakan bulan merah jambu ini dari Sabang di ujung barat dan Merauke di ujung timur Indonesia.

Andi menyebut, data pihaknya menunjukkan kalau di Kota Merauke, penampakan bulan merah jambu sudah terjadi sejak Sabtu pukul 17.17 WIT dan berlangsung selama 12 jam 32 menit hingga Minggu pukul 06.49 WIT. Sedangkan di Kota Sabang, peristiwa ini mulai nampak sekitar pukul 18.30 WIB dan tejadi sepanjang 12 jam 12 menit atau hingga Minggu pukul 06.42 WIB.

Bulan merah jambu tahun ini juga bertepatan dengan perayaan Paskah sehingga disebut pula sebagai Purnama Paskah. Terkadang, perayaan Paskah tidak selalu bertepatan dengan pink moon karena bisa juga bertepatan dengan worm moon saat Maret.

Penamaan purnama April tak hanya bulan merah jambu atau Purnama Paskah. Seperti dikutip dari situs Badan Antariksa AS, purnama April disebut juga sebagai Hanuman Jayanti atau perayaan hari dewa kera bagi umat Hindu. Sedangkan bagi umat Buddha terutama di Srilanka, purnama April mereka sebut sebagai Bak Poya, untuk memperingati kunjungan Buddha ke negara pulau tersebut di mana Buddha mencegah perang dengan menyelesaikan perselisihan antarkepala suku. 

 

Gelombang Pasang

Peristiwa supermoon seperti pink moon pada 2020 dan 2021, misalnya, ikut memunculkan tarikan gravitasi bulan yang lebih kuat dari biasanya dan menciptakan dampak kepada pasang surut air laut atau tidal force. Ketika bulan purnama, gelombang pasang tidak terjadi di semua samudra di bumi.

Gelombang pasang hanya terjadi di beberapa belahan samudra yang posisinya berhadapan langsung dengan bulan. Sementara itu, samudra yang posisinya tidak berhadapan langsung dengan bulan tidak terlalu terpengaruh gelombangnya.

Di sisi lain, samudra yang posisinya membelakangi bulan justru mengalami gelombang surut. Hal ini terjadi karena gelombang air laut di samudra tersebut justru ditarik ke dasar laut oleh tidal force bulan dan matahari yang ada di depannya.

Karena posisi bulan sangat dekat dengan bumi ketika terjadinya bulan merah jambu berkategori supermoon tersebut membuat tarikan gravitasi bulan menjadi jauh lebih kuat. Sebagaimana dilansir dari Birmingham Live, tarikan gravitasi bulan ketika terjadi supermoon bisa 30--50 persen lebih kuat daripada biasanya.

Pada beberapa bagian perairan Indonesia mengalami gelombang tinggi mencapai 3--5 meter dan membahayakan nelayan mencari ikan serta menyebabkan terjadinya pasang berakibat rob

 

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari