Indonesia.go.id - SEA Games Hanoi Kebangkitan Olahraga Indonesia

SEA Games Hanoi Kebangkitan Olahraga Indonesia

  • Administrator
  • Senin, 23 Mei 2022 | 04:00 WIB
SEA GAMES 2021
  Sejumlah pebasket Indonesia berselebrasi usai mengalahkan Tim Filipina dalam laga final bola basket SEA Games 2021 Vietnam di Thanh Tri District Sporting Hall, Hanoi, Vietnam,�Minggu (22/5/2022). Antara Foto/ Fauzhi Saputra
Atlet-atlet Indonesia memenuhi permintaan Presiden Joko Widodo untuk memperbaiki peringkat pada pesta olahraga multicabang Asia Tenggara ke-31 di Vietnam.

Upaya pemerintah untuk memperbaiki sistem keolahragaan di tanah air melalui Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) mendapatkan momentumnya pada SEA Games 2012 di Hanoi, Vietnam. Pada perhelatan olahraga multicabang terbesar di Asia Tenggara itu, atlet-atlet Merah Putih berhasil mengerek prestasi Indonesia dalam peringkat perolehan medali.

Sejak sembilan tahun terakhir, peringkat Indonesia di SEA Games hanya bertengger di 4-5 besar. Maka di Hanoi, peringkat itu perlahan mulai diperbaiki naik ke urutan ketiga dalam klasemen akhir perolehan medali. Ini sesuai dengan permintaan Presiden Joko Widodo ketika melepas keberangkatan para atlet di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (9/5/2022).

Bermodal 499 atlet hasil rekomendasi Tim Review Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional (PPON), mereka mampu membuktikan diri sebagai yang terbaik pada cabang olahraga yang diikuti. Ke-499 atlet itu berlaga pada 32 dari 40 cabang yang dilombakan.

Pada SEA Games 2021 yang dilaksanakan 12-23 Mei 2022, kita menyaksikan para duta olahraga Indonesia saling berlomba untuk menyetorkan medali emas, perak, dan perunggu bagi kontingen. Alhasil, mereka membukukan 69 emas, 91 perak, dan 81 perunggu atau total 241 keping.

Dari segi pencapaian medali, diakui terjadi penurunan karena pada SEA Games 2019 Manila, torehan Indonesia adalah 72 emas, 84 perak, dan 111 perunggu namun berlabuh di peringkat keempat. Saat di Manila itu, kekuatan atlet Indonesia adalah 837 orang dan bertanding di 56 cabang olahraga.

Kisah itu tidak berlaku di Hanoi. Kendati tim yang dikirimkan kekuatannya lebih kecil dari tiga tahun sebelumnya, tetapi efektivitas pencapaian prestasi justru lebih baik. Para atlet Merah Putih mampu mencetak medali di 32 cabang yang mereka ikuti.

DBON merupakan dokumen rencana induk arah kebijakan pembinaan dan pengembangan keolahragaan nasional yang tertuang dalam Peraturan Presiden nomor 86 tahun 2021. Dalam DBON, SEA Games hanya sebagai sasaran antara untuk mengejar prestasi tertinggi, merebut medali Olimpiade. Dalam praktiknya, para atlet Indonesia di SEA Games 2021 berduyun-duyun mengejar prestasi terbaik di cabang-cabang yang dilombakan untuk Olimpiade.

Tercatat ada 14 cabang dalam DBON yang dijadikan prioritas prestasi merebut medali Olimpiade dan menempatkan Indonesia dalam jajaran lima besar Olimpiade 2045. Ke-14 cabang itu adalah angkat besi, atletik, bulu tangkis, balap sepeda, dayung, karate, menembak, panahan, pencak silat, panjat tebing, renang, senam artistik, taekwondo, dan wushu. 

Di Hanoi, ke-14 cabang ini sudah terbukti menjaring medali, kecuali panjat tebing yang memang tidak dilombakan. Menembak dan panahan bahkan keluar sebagai juara umum karena koleksi medali atlet-atlet Indonesia di kedua cabang itu di atas rata-rata sejawatnya di kawasan Asia Tenggara.

Di arena renang, para perenang putri sukses membawa pulang dua keping emas sejak terakhir kali melakukannya pada 17 tahun lalu lewat perenang Magdalena Sutanto di kelas 800 meter gaya bebas. Di matras karate, para karateka Indonesia sukses memboyong empat emas, atau melampaui target tiga emas yang ditetapkan pemerintah.

Ibarat pepatah, tiada ada gading yang tak retak. Meski ke-14 cabang prioritas di DBON itu meraih medali, masih ada saja pencapaian prestasinya di bawah apa yang didapat tiga tahun sebelumnya. Misalnya pencak silat yang lesu darah karena hanya mampu membawa pulang sekeping emas.

Ketatnya persaingan dan makin meratanya kemampuan para pesilat dari negara-negara lain menjadi alasannya. "Tentu jadi evaluasi buat kami. Kami akan ngomong satu persatu dengan pimpinan cabang olahraga, baik yang berhasil maupun yang tidak berhasil," kata Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainudin Amali.

 

Sang Fenomenal

Di luar cabang-cabang prioritas medali Olimpiade, masih ada cabang lainnya yang berupa mendapatkan simpati. Misalnya saja atlet-atlet voli indoor dan voli pantai putra Indonesia yang mempertahankan gelar juara tiga tahun lalu.

Kemudian yang paling fenomenal adalah tim bola basket putra yang sukses menggulingkan raksasa Asia Tenggara, Filipina. Dalam final yang berlangsung di Thanh Tri Gymnasium,  Minggu (22/5/2022), anak-anak asuh Milos Pejic membungkam Filipina dengan skor tipis 85-81. Ini adalah medali emas pertama Indonesia dari cabang basket sejak ikut serta pertama kali pads SEA Games 1977. Selama ini, Indonesia baru mampu mengoleksi empat perak dan tiga perunggu dari basket.

Bagi Filipina, pemegang 13 kali gelar juar basket secara beruntun, ini menjadi kekalahan ketiga mereka di partai final sejak ikut SEA Games. Selain Indonesia, negara lain yang mampu menyikat Filipina adalah Malaysia yang dibuat pada 1979 dan 1989.    

Cabang basket pada ajang SEA Games 2021 diikuti tujuh negara yang bermain secara round robin dalam satu grup. Dalam fase grup, Indonesia tak pernah terkalahkan hingga babak final dengan puncak menggulingkan raja basket Asia Tenggara.

Keberhasilan merebut emas imi turut ditunjang oleh naturalisasi yang dilakukan oleh Pengurus Besar Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi). Dalam tim nasional basket yang diboyong ke Hanoi, terdapat tiga pebasket naturalisasi, yaitu Brandon Jawato, Dame Diagne, dan Marques Bolden. Permainan mereka turut memberi warna baru bagi timnas.

Di cabang atletik nomor maraton putri, Odekta Elvina Naibaho merebut podium juara. Ia berhasil menebus kegagalannya di Manila tiga tahun lalu karena terjatuh hanya 600 meter menjelang garis akhir. Di Hanoi, ia berlari paling depan hingga menyentuh garis finish sebelum akhirnya jatuh dan mual-mual.

Lain lagi cerita pebalap sepeda putri Ayustina Delia Priatna botol minumnya terjatuh pada 3-5 kilometer pertama. Ia bahkan harus rela menahan haus dan terus mengayuh sejauh 30 kilometer sebelum keluar sebagai juara.

Srikandi panahan Indonesia dan atlet debutan Rezza Octavia yang merebut emas mengakui, ia harus melahap latihan melepaskan 1.000 anak panah setiap harinya. Ini dilakukan agar Rezza dapat merebut juara.

Buat para duta-duta olahraga Indonesia, teruslah berlatih keras dan mencetak prestasi bagus di kancah internasional agar nama bangsa semakin harum. Semoga saja pada SEA Games berikutnya di Kamboja pada dua tahun mendatang, mereka dapat berprestasi jauh lebih baik lagi dan kembali menaikkan peringkat Indonesia menjadi lebih tinggi.

 

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Elvira Inda Sari