Sejak ikut Olimpiade Biologi Internasional pertama kali di Antalya, Turki, 22 tahun lalu, Indonesia telah berhasil mengoleksi total 15 emas, 36 perak, dan 28 perunggu.
Indonesia seperti tak pernah kehabisan sumber daya manusia mumpuni di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap tahun selalu saja ada manusia-manusia unggul Indonesia yang berprestasi mengharumkan nama bangsa. Kali ini giliran Tim Olimpiade Biologi Indonesia (TOBI) menyebarkan kabar gembira dari ajang Olimpiade Biologi Internasional (IBO) ke-33 yang diadakan di Yerevan, Armenia, pada 8--18 Juli 2022.
Empat anak muda Indonesia meraih prestasi tinggi dalam ajang IBO yang dilaksanakan di negara yang terletak di kawasan Asia Barat tersebut. Gregorius Tendi, siswa kelas XII SMA Santo Yakobus Jakarta dan Michael Purnama (kelas XI SMAK St Louis Surabaya) menggapai medali emas. Sherly Anastasia (kelas XI SMAK Petra 1 Surabaya) dan Jefferson Filbert Tjoenardi (kelas XII SMAK Petra 2 Surabaya) membawa pulang masing-masing sekeping medali perunggu.
Gregorius dan kawan-kawan adalah bagian dari 240 siswa dari 62 negara peserta IBO 2022. Setiap negara diwakili oleh empat peserta yang kesemuanya berstatus pelajar SMA atau sederajat. Di ibu kota Armenia itu, mereka bergelut menaklukkan beragam soal biologi yang telah disiapkan panitia.
Menurut Pelaksana Tugas Kepala Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) Asep Sukmayadi, tahun ini untuk pertama kalinya sejak pandemi, IBO kembali diadakan secara tatap muka. Ketika pandemi, dua tahun berturut-turut IBO diadakan secara daring. Ia juga menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya untuk para peraih medali.
Ada dua jenis tes yang diujikan kepada ke-240 peserta termasuk Gregorius dkk, yakni tes praktikum dan tes teori dengan komposisi penilaian 50 banding 50. Tes praktikum terdiri atas empat topik mencakup Biokimia yaitu uji aktivitas enzim, anatomi dan fisiologi tumbuhan (reaksi fotosintesis dan proses adaptasi tumbuhan).
Selanjutnya tes praktikum zoologi dan sistematika (identifikasi jenis ikan khas Armenia) serta bioinformatika (jalur pensinyalan pada sel). Masing-masing tes berlangsung selama 90 menit dan tes praktikum dimulai pada 13 Juli 2022 atau mundur satu hari dari jadwal seharusnya. Sedangkan tes teori digelar keesokan harinya dengan dua set tes dan lama pengerjaan masing-masing tiga jam.
Materi tes praktikum dan tes teori sudah disiapkan oleh tim tuan rumah yang merupakan para pengajar dari Yerevan State University dan alumni IBO Armenia yang saat ini sedang menempuh pendidikan tinggi di berbagai perguruan tinggi ternama di dunia. IBO 2022 menjadi salah satu yang terberat sepanjang sejarah karena menghabiskan waktu tiga hari penuh untuk proses moderasi meliputi sesi diskusi hasil tes maupun koreksi atas hasil tes siswa.
Beberapa agenda kegiatan terpaksa dibatalkan. Ini karena juri-juri dari tiap negara peserta perlu waktu lebih lama dalam proses moderasi dan memutuskan nilai akhir untuk tiap siswa. Biasanya, proses moderasi hanya butuh waktu 1,5--2 hari.
Peserta IBO asal Indonesia didampingi lima orang yang bertugas sebagai juri internasional. Mereka adalah staf pengajar Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung, seperti Ahmad Faizal, Agus Dana Permana, Husna Nugrahapraja, dan Fenryco Pratama. Ikut juga menemani peraih emas IBO 2019 yang sekarang sedang belajar di Harvard University, Aditya David Wirawan.
Juri-juri internasional ini tak hanya bertugas menerjemahkan setiap soal kepada para peserta. Mereka juga betugas menelaah soal-soal tes, baik praktikum dan teori. Harapannya agar kualitas soal dapat meningkat sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang biologi modern.
Indonesia pertama kali ikut IBO pada 2000 saat digelar di Antalya, Turki. Pada keikutsertaan perdana itu, TOBI langsung membawa pulang sekeping perunggu lewat Putri Dianita (SMUN 8 Jakarta). Peningkatan prestasi terjadi pada 2002 saat IBO ke-12 diadakan di Riga-Jurmala, Latvia. Saat itu kontingen TOBI menggondol sekeping perak atas nama Ignasius Aditya Jappar (SMUN 1 Purwokerto).
Puncaknya terjadi ketika TOBI mengirimkan wakil pada IBo 2007 di Saskatoon, Kanada. Saat itu Stephanie Senna (SMAK IPEKA International Jakarta) berhasil membawa pulang emas dan ini adalah pertama kalinya bagi Indonesia. Secara keseluruhan, Indonesia telah mengoleksi total 15 emas, 36 perak, dan 28 perunggu. Torehan terbaik dengan tiga emas terjadi saat Indonesia menjadi tuan rumah IBO ke-25 di Bali, 2014 silam.
Untuk mendapatkan empat pelajar terbaik yang akan dikirimkan ke event IBO, TOBI yang dikomandani Agus Dana Permana mengadakan Kompetisi Sains Nasional yang diikuti 5.000 pelajar dari seluruh Indonesia. Pesertanya adalah pelajar kelas IX SMP, kelas X, dan kelas XI SMA. Puncaknya, pihak TOBI akan menyeleksi 30 pelajar terbaik untuk mengikuti pemusatan selama dua pekan di Jakarta.
Selama proses seleksi itu mereka belajar materi biologi 30--35 jam per minggu atau 2--4 jam sehari. Dari seleksi itu harus didapat empat peserta terbaik yang akan diberangkatkan ke ajang IBO sebagai wakil Indonesia. Keempat wakil terpilih Indonesia ini umumnya mendapatkan tawaran melanjutkan studi ke perguruan tinggi terbaik dari seluruh dunia dalam bentuk beasiswa hingga doktoral.
Jika tiba waktunya merampungkan studi dan kembali ke masyarakat, para ilmuwan muda itu diharapkan dapat menjadi pelita bagi makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di tanah air.
Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari