Pemain-pemain Indonesia perlahan mulai meningkat kemampuan teknik permainannya di lapangan hijau dan tak gentar lagi bertemu lawan yang lebih tangguh.
Keberuntungan memihak Indonesia ketika Federasi Sepak Bola Internasional dalam Sidang Dewan di Shanghai, Tiongkok, 24 Oktober 2019, memutuskan bahwa negara kepulauan berpenduduk 276 juta jiwa ini sebagai tuan rumah putaran final Piala Dunia U-20 edisi ke-23. Kita menyisihkan kandidat-kandidat lainnya, seperti Bahrain, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Brasil, Peru, Myanmar, dan Thailand untuk menggelar turnamen yang dikhususkan bagi para pesepak bola dunia berusia di bawah 21 tahun tersebut.
Sebagai tuan rumah, Indonesia tidak hanya menyiapkan stadion-stadion terbaiknya untuk menjadi palagan para peserta beradu teknik dan saling mengalahkan di lapangan hijau. Kita pun dituntut untuk mampu menyiapkan sebuah tim nasional yang tangguh dan mampu tampil dengan baik bersama 23 negara lainnya. Ini lantaran Indonesia selaku host telah mengantungi tiket otomatis untuk masuk ke putaran final Piala Dunia U-20, pada 20 Mei--11 Juni 2023.
Bukan perkara mudah untuk membangun sebuah kesebelasan yang kompak dan sanggup menyajikan permainan menarik serta ditakuti oleh seluruh lini belakang lawan. Salah satu kuncinya adalah kehadiran pelatih berkelas.
Sebagai juru taktik, ia harus tahu apa yang paling dibutuhkan untuk membangun sebuah tim tangguh. Ia harus mampu menyeleksi pemain-pemain berkualitas, menyiapkan pemusatan latihan jangka panjang, dan memilih para asisten pelatih.
Sejak awal, untuk persoalan pelatih ini, Indonesia tidak ingin setengah-setengah. Sebuah keputusan besar dalam sejarah persepakbolaan nasional pun dilakukan oleh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Tepat pada 28 Desember 2019 atau empat hari menjelang tutup tahun, Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan memperkenalkan sosok Shin Tae-yong sebagai pelatih baru untuk skuad Merah Putih.
PSSI mengikat pelatih asal Korea Selatan itu dengan durasi kontrak empat tahun dan tentu saja dengan gelontoran rupiah tidak sedikit. Rumornya Shin Tae-yong mendapatkan upah di atas Rp1 miliar per bulan.
Saat itu Iriawan menjelaskan, nama Tae-yong diusulkan oleh Komite Eksekutif PSSI dengan berbagai pertimbangan dan masukan dari Departemen Teknik PSSI serta sejumlah pelatih nasional. Korsel sendiri punya sejarah sepak bola yang sangat baik dan menjadi satu-satunya negara Asia yang timnas seniornya telah 10 kali secara beruntun menembus putaran final Piala Dunia sejak 1986 di Meksiko hingga tahun ini di Qatar.
Pasukan Taeguk, julukan timnas Korsel, pernah masuk semifinal Piala Dunia 2002 saat mereka menjadi tuan rumah bersama Jepang. Pembinaan sepak bola usia muda di Negara Ginseng sudah sangat maju dengan catatan prestasi yang belum mampu disamai oleh negara Asia lainnya.
Timnas U-20 Korsel tercatat 14 kali lolos putaran final Piala Dunia U-20 di mana sekali menjadi finalis saat 2019 setelah dikalahkan Ukraina. Kemudian sekali menjadi semifinalis dan dua kali lolos hingga babak perempatfinal. Sedangkan di tingkat Asia, mereka sudah 12 kali merebut trofi Piala Asia U-20.
Selain itu, sebagai sesama bangsa Asia, PSSI berharap Tae-yong dapat mempelajari lebih cepat karakter mental calon anak asuhnya. "PSSI ingin membangun tim nasional yang solid dan berprestasi. Hal ini tentu saja tidak dilakukan secara instan, namun terukur dengan program kepelatihan yang disusun tim pelatih dipimpin Shin Tae-yong," kata pria bersapaan akrab Iwan Bule itu.
Shin Tae-yong bukanlah sosok sembarangan. Pria kelahiran 11 Mei 1970 itu punya rekam jejak kepelatihan yang cukup komplit. Ia pernah menukangi bekas klubnya di kompetisi liga Korsel, K League, Seongnam Ilhwa Chunma era 2005-2008. Ia juga berpengalaman sebagai juru taktik timnas U-23 negaranya dan membawa mereka melaju hingga perempatfinal Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro. Tae-yong juga pernah mengarsiteki timnas U-20 saat Korsel jadi tuan rumah Piala Dunia U-20 di 2017. Sayang, laju mereka tertahan di babak 16 setelah kalah dari Portugal.
Ia sosok penting bagi timnas senior Korsel saat meluluhlantakkan Jerman pada putaran final Piala Dunia 2018 di Rusia. Pasukan Taeguk saat itu bergabung di Grup F bersama Swedia, Meksiko dan juara bertahan Jerman.
Kendati gagal melaju ke babak 16 besar, Son Heung-min dan kawan-kawan berhasil mencetak sejarah. Bukan saja memetik kemenangan 2-0 dan revans atas apa yang terjadi di semifinal Piala Dunia 2002. Anak-anak asuh Tae-yong itu sukses memaksa Jerman angkat koper lebih awal. Padahal sebagai juara bertahan, Jerman diperkuat oleh bintang-bintang dunia seperti Toni Kroos, Mezut Oezil, Marco Reus, Mats Hummels, dan Timo Werner, serta pelatih Joachim Low.
Tae-yong sukses menyihir skuadnya sebagai bintang lapangan di Kazan Arena. Heung-min dan kawan-kawan mampu membuat jutaan pendukung Jerman menangis meratapi kekalahan terburuk timnas negara mereka sepanjang sejarah ikut Piala Dunia.
Keajaiban dari Kazan itu pula yang dibawa STY, sapaannya, untuk ia terapkan kepada bintang-bintang masa depan Indonesia. PSSI memberinya beban mengarsiteki tiga pasukan sekaligus, yaitu timnas senior, timnas U-16, dan timnas U-19 yang dipersiapkan ke Piala Dunia U-20, 2023 nanti. Suami dari Cha Young-ju itu tak mempermasalahkan peringkat dunia Indonesia saat ini karena ia sadar semua butuh waktu untuk memperbaikinya.
"Semua perlu proses dan harus bertahap," ujar ayah dari Shin Jae-wong dan Shin Jae-hyuk yang ikut berkarier sebagai pesepak bola.
STY saat diperkenalkan PSSI kepada wartawan mengatakan, akan menitikberatkan perbaikan pada pembentukan fisik dan karakter bermain anak-anak asuhnya. "Saya akan membangun pondasi yang kuat agar tim tidak runtuh dengan mudah. Kemampuan masing-masing pemain Indonesia cukup bagus. Masalahnya pemain Indonesia setelah babak kedua menit ke-65 ke atas ada masalah di fisik. Kami akan cari solusi, fisik harus kuat dan mental juga tentu," ucapnya seolah membocorkan rahasia keajaiban sihirnya.
Naturalisasi
Sementara itu, Iriawan menyampaikan bahwa penundaan pelaksanaan Piala Dunia U-20 dari 2021 ke 2023 berdampak pada komposisi pemain. Sejumlah pemain yang semula dipersiapkan untuk berlaga di 2021 tidak lagi memenuhi persyaratan umur untuk berlaga di U-20 pada tahun mendatang. Sehingga PSSI menyiapkan tim baru yang secara regulasi umur memenuhi syarat untuk berlaga.
“Komposisi pemain baru ada 36 orang, di mana mereka punya ukuran tubuh tinggi-tinggi, ada yang 197 sentimeter,” kata Iriawan usai mengikuti rapat kabinet terbatas membahas persiapan Piala Dunia U-20 2023 yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (8/9/2022).
Skuad muda Indonesia ini juga akan menjalani serangkaian pemusatan latihan, baik di dalam maupun luar negeri. Sejumlah negara sedang dijajaki STY bersama para asisten pelatihnya sebagai lokasi berlatih seperti Turki, Spanyol, dan Belanda. Rencana lain yang sedang disiapkan STY adalah naturalisasi sejumlah pemain untuk menambah kekuatan timnas Indonesia
Ada tujuh pemain asal Belanda yang sedang dalam penjajakan menjadi warga negara Indonesia (WNI) dan siap bergabung dalam skuad U-20 Indonesia. Menurut Iriawan, hal itu sudah diketahui pula oleh Presiden Jokowi. "Dua yang sudah pasti, limanya sedang kita jajaki. Presiden menyampaikan dalam hal ini tidak ada masalah karena itu permintaan dari pihak pelatih,” jelas Iriawan.
Buah kerja keras Tae-yong bersama para asisten pelatihnya pun sedikit demi sedikit kini mulai menampakkan hasil. Pasukan Merah Putih sudah tidak malu-malu lagi mempertunjukkan teknik menyerang berkualitas tinggi yang menjadi ciri khas sepak bola modern. Stamina para pemain perlahan mulai meningkat dan semakin kuat berduel penuh hingga 90 menit.
Rival klasik seperti Vietnam dan Thailand pun kini mulai gentar bila bertemu Indonesia. Terbukti, dalam Kualifikasi Piala Asia U-20 di Stadion Bung Tomo, Surabaya, Minggu (18/9/2022), skuad Tae-yong menggilas Vietnam 3-2 dan lolos ke putaran final Piala Asia U-20 di Uzbekistan, Maret 2023.
Masyarakat dan para penggemar sepak bola di tanah air sudah tidak sabar ingin menyaksikan kebangkitan tim kesayangan mereka di pentas Piala Dunia U-20 yang diadakan di rumah sendiri. Kita tunggu polesan ciamik dari coach Tae-yong kepada para wonderkid Indonesia di Piala Dunia U-20, pada 2023.
Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini