Temuan terbaru lembaga riset inovasi nasional berbasis teknologi backend dan bisa diintergrasikan dengan sistem layanan digital lain yang telah tersedia di rumah sakit.
Sebuah terobosan dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN dalam membantu mempermudah kerja para tenaga medis di rumah sakit. Teknologi itu bernama Sistem Pengenalan Wicara untuk Pendiktean Medis (SPWPM) sebagai implementasi dari Automatic Speech Regocnition (ASR).
Melalui teknologi ini, dokter-dokter yang bekerja di rumah sakit akan menikmati fasilitas pencatatan medis yang efektif dan efisien secara elektronik. Sehingga tidak perlu lagi membuat laporan manual terhadap diagnosa pasien untuk keperluan rekam medis (medical record).
Pada praktiknya, hal serupa itu telah memakan waktu lebih banyak dari para tenaga medis dan menyebabkan pelayanan kepada para pasien menjadi lebih lama. Demikian dikatakan Kepala Organisasi Riset Elektronika dan Informatika BRIN Budi Prawara, dalam peluncuran SPWPM secara virtual di Jakarta, Senin (28/11/2022).
"Sistem ini berguna untuk membantu para dokter menulis laporan diagnosa bersamaan dengan pemeriksaan pemberian konsultasi kepada pasien secara langsung," ucap Budi.
Dengan SPWPM, keterangan medis verbal oleh para tenaga medis termasuk dokter langsung dikonversikan menjadi data atau laporan tertulis kepada pusat data medis di rumah sakit. Pencatatan rekam medis akan menjadi jauh lebih cepat dan mudah dengan dukungan teknologi ASR yang mampu menjalankan seluruh prosesnya secara otomatis.
SPWPM diciptakan oleh tim perekayasa Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Siber BRIN bekerja sama dengan mitra swasta, yakni PT Dua Empat Tujuh (Solusi247) dan Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Asril Jarin, Koordinator Periset BRIN, mengatakan bahwa teknologi ini berada di layanan backend.
“Bisa memberikan layanan kepada banyak aplikasi yang diterapkan di rumah sakit. Misalnya laporan bedah, laporan diagnosa, tindakan medis yang dicatat secara elekronik,” ujarnya dalam acara yang sama.
Tiga Komponen
Kolaborasi ini terjalin ketika pihak Solusi247 mendapatkan permintaan dari RS Harapan Kita untuk menerapkan entri data rumah sakit secara cepat. Solusinya, kata Asril, adalah kita butuh menerapkan ASR, di mana si dokter cukup mengucapkan dan kita konversi menjadi teks.
Solusi247 menyampaikan kepada BRIN untuk bersama mengajukan sebuah riset yang didanai oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Kementerian Keuangan untuk kebutuhan yang siap dikomersialkan dengan target dua tahun. “Alhamdulillah, tahun ini kita mendapatkan hasilnya. Kita mengharapkan hasilnya terus dikembangkan dan siap diterapkan di seluruh rumah sakit,” kata Asril.
Kepala Pusat Layanan Teknologi (Pusyantek) BRIN Yenni Bakhtiar mengatakan, SPWPM dapat digunakan dan diintegrasikan bersama aplikasi rekam medis lainnya yang ada di rumah sakit. Misalnya, aplikasi MEDIS247 yang dikembangkan oleh Solusi247.
Arsitektur SPWPM terdiri atas tiga komponen penting middleware, backend, dan pendukung dalam bentuk kontainer-kontainer yang dikelola dan diorkestrasikan dalam sebuah platform awan docker swarm. Prototipe SPWPM telah dilakukan uji lapang bekerja sama dengan RS Harapan Kita.
Dari uji lapang ini telah diperoleh hasil Word Error Rate (WER) rata-rata 4 persen. Hasil uji lapang ini telah memenuhi target Word Error Rate (WER) rata-rata di bawah 5 persen. Sehingga dapat ditetapkan bahwa sistem telah memenuhi tingkat kesiapan teknologi level 7 (TKT-7) dan bisa dimanfaatkan oleh mitra pengguna.
Asril berharap teknologi ini terus disempurnakan termasuk membangun pusat data medis. “Kita pemilik bahasa Indonesia. Kalau kita kumpulkan seluruh ucapan medis yang bisa diujarkan oleh seluruh dokter atau tenaga medis kita, itu karakteristiknya punya kita,” tegas Asril.
Pemda Danai Riset
Sementara itu, dalam kesempatan berbeda Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menyatakan, kolaborasi riset dan inovasi tak hanya dilakukan pihaknya dengan swasta. Ia juga mengajak seluruh pemerintah daerah untuk turut berperan dalam pengembangan riset dan inovasi bersama BRIN. Wujudnya dapat berupa kerja sama pendanaan (joint funding) riset inovasi sesuai potensi dan kebutuhan daerah bersangkutan.
"Untuk melakukan riset pasti berat harus punya supporting system yang kuat. Tapi supaya mendorong periset lebih menjawab kebutuhan di daerah kita mendorong untuk joint funding," kata Handoko dalam acara Temu Brida dengan tema Penguatan Ekosistem Riset dan Inovasi Daerah untuk Pembangunan Berkelanjutan yang diikuti virtual di Jakarta, Senin (28/11/2022).
Dalam skema joint funding tersebut, dana yang digelontorkan pemda dapat disandingkan dengan program pendanaan hibah riset BRIN. Kemudian ada dukungan fasilitas dan infrastruktur riset dari BRIN, sehingga dapat mengakses periset terbaik dari seluruh Indonesia.
Handoko menuturkan, nantinya BRIN akan membuka joint call untuk melakukan riset yang berbasis kebutuhan daerah. Handoko mencontohkan, jika pemda mengalokasikan dana Rp1 miliar untuk riset daerah. Maka, alokasi dana tersebut dapat disampaikan ke Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) untuk joint funding dengan Deputi Fasilitasi Riset di BRIN yang memegang hibah riset. Sehingga masyarakat akan tahu bahwa pemda punya kesadaran dan solusi berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Pada akhirnya, pemda nantinya mendapatkan solusi teknologi yang sudah proven tanpa keluar biaya banyak.
Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari