Indonesia.go.id - CISE, Aplikasi Penghitung Stok Karbon Padang Lamun

CISE, Aplikasi Penghitung Stok Karbon Padang Lamun

  • Administrator
  • Minggu, 11 Desember 2022 | 21:28 WIB
INOVASI
  BRIN mengenalkan CISE, Aplikasi Penghitung Carbon Stock Padang Lamun yang Meraih Pendanaan AIS Forum. BRIN
Dua peneliti asal Indonesia berhasil mengembangkan aplikasi untuk memantau tumbuhan lamun, termasuk upaya pelestariannya.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati, terutama di lautan. Tak hanya kaya akan potensi perikanan yang mencapai 12 juta ton lebih per tahunnya, negara kita juga mempunyai ekosistem bawah laut terkaya di dunia. Salah satunya, adalah padang lamun. Bersama mangrove dan terumbu karang, semua itu menjadi satu kesatuan dan aset tak ternilai dalam pelestarian lingkungan dan pengurangan emisi karbon.

Mengutip website Kementerian Kelautan dan Perikanan, lamun atau seagrass didefinisikan sebagai tumbuhan berbunga (Angiospermae) dan berbiji satu (monokotil), punya akar, rimpang (rhizoma), daun, bunga, dan buah serta dapat tumbuh dengan baik dalam lingkungan laut dangkal, di kedalaman sekitar 0--10 meter.

Ia punya kemampuan beradaptasi secara penuh di perairan yang punya fluktuasi salinitas tinggi. Menurut Devi D Suryono dkk, dalam laporan penelitian Pedoman Pengukuran Karbon di Ekosistem Padang Lamun, di dunia setidaknya terdapat 60 spesies lamun dengan dua suku dan 12 marga.

Sebanyak 15 spesies dengan dua suku dan tujuh marga di antaranya tumbuh di Indonesia. Spesies paling banyak ditemukan di tanah air adalah Cymodocea serrulata, Thalassia hemprichii, dan Enhalus acoroides.

Lamun tumbuh berkerumun, berada di perairan hangat dangkal karena masih mampu ditembus cahaya matahari dan biasanya menghubungkan ekosistem mangrove dengan terumbu karang. Lamun beda dengan rumput laut. Sebab sejatinya, rumput laut hanyalah ganggang dan sudah barang tentu tidak punya sifat seperti yang dimiliki oleh lamun.

Wilayah yang ditumbuhi lamun disebut sebagai padang lamun dan dapat menjadi suatu ekosistem tersendiri yang khas. Berdasarkan hasil kajian Pusat Riset Oseanografi Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) pada 2018, luas padang lamun di Indonesia yang diteliti baru mencapai 293.464 hektare. Angka tersebut hanya sebesar 16 persen--35 persen dari potensi sesungguhnya yang oleh Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi disebut mencapai 3 juta ha.

Sayangnya, kondisi padang lamun yang ada dan terverifikasi itu kurang sehat, dicirikan oleh kerapatan lamun yang tumbuh di dasarnya. Sedimentasi lumpur yang terbawa dari daratan akibat erosi hingga ke muara sungai pada kawasan pesisir, turut memperparah kondisi awalnya.

Padahal, lamun punya banyak kegunaan. Misalnya, sebagai lumbung makanan penghuni bawah laut, seperti ikan-ikan kecil, udang, penyu, dan menjadi favorit ikan duyung. Lamun juga menjadi rumah bagi berkembang biaknya makhluk-makhluk laut. Ia juga membantu penyerapan karbon dan mencegah proses pemanasan global, perubahan iklim, serta menekan efek gas rumah kaca.

Melihat peran penting padang lamun, tak hanya bagi ekosistem bawah laut, melainkan juga untuk kehidupan bumi dan isinya, para peneliti dari PRO-BRIN melakukan sebuah terobosan. Mereka menciptakan Carbon Inventory for Seagrass Ecosystem (CISE), yakni sebuah aplikasi penghitung stok karbon pada padang lamun. Ini merupakan buah riset dari dua peneliti oseanografi BRIN Aan Johan Wahyudi dan Udhi Eko Hernawan.

Hal itu terungkap saat pemaparan hasil penelitian mereka pada side event Archipelagic and Island States (AIS) Forum 2022 bertema The Blue Innovation Solution Conference di kawasan pariwisata terpadu Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Senin (5/12/2022). CISE berhasil meraih pendanaan dari pihak AIS Forum.

Menurut Udhi, seperti dikutip dari siaran pers BRIN, CISE adalah aplikasi berbasis sistem operasi mobile seperti Android dan IOS yang dapat dipakai untuk beberapa fungsi seperti menghitung persediaan karbon lamun. Juga pengurangan emisi karbon dari kegiatan mitigasi perubahan iklim dari Konservasi/Perlindungan Ekosistem Lamun.

Kepala PRO-BRIN menyebut, menghitung stok karbon padang lamun merupakan sesuatu yang sangat kompleks. "Ada banyak variabel yang harus diamati untuk menghitung stok karbon. Untuk melakukan perhitungan ini, sebelumnya kita membutuhkan banyak waktu, tenaga, sumber daya, studi ke lapangan, analisa di laboratorium, perhitungan, dan sebagainya," jelasnya.

Dengan menggunakan aplikasi CISE, menghitung stok karbon menjadi lebih mudah, nyaman, dan efisien. Kendati tetap harus pergi ke lapangan, kita tidak perlu melakukan kegiatan di laboratorium dan perhitungan rumus. Pasalnya, aplikasi hanya butuh dua data. Pertama, data total area padang lamun dan yang kedua adalah data biologis padang lamun.

 

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari