Indonesia.go.id - Pebalap F1 Powerboat Kagumi Danau Toba

Pebalap F1 Powerboat Kagumi Danau Toba

  • Administrator
  • Sabtu, 25 Februari 2023 | 19:00 WIB
WISATA OLAHRAGA
  Sejumlah pebalap melakukan sesi latihan bebas F1 Powerboat 2023 di Danau Toba, Sumatra Utara, Jumat (24/2/2023). Pebalap Tim Dubai, Thani Al Qemzi sukses menjadi yang tercepat usai membukukan waktu 1 menit 6,75 detik. Pebalap asal Uni Emirat Arab (UEA) itu melakukan putaran terbanyak dalam sesi ini yakni sebanyak 15 lap.Infopublik/Agus Siswanto
Ribuan masyarakat antusias menyaksikan aksi 20 pebalap memacu kapal mereka dalam kecepatan tinggi di lintasan sepanjang 2.218 meter.

Keindahan alam Danau Toba dengan bukit-bukit hijau yang menawan sudah tidak perlu diragukan lagi. Danau vulkanik seluas 1.145 kilometer persegi hasil letusan dahsyat gunung purba Toba sekitar 74.000 tahun lampau tersebut dinobatkan sebagai danau vulkanik terluas di dunia.

Hal itu tentu mengundang rasa penasaran banyak orang untuk mengunjunginya tak terkecuali para pebalap dan kru dari Formula Satu Powerboat. Kehadiran 20 pebalap jet air tercepat di muka bumi tersebut bersama sekitar 200 kru bukan sekadar untuk berwisata.

Mereka menjadi bagian penting dari seri pembuka F1 Powerboat musim 2023 yang diadakan di perairan Pelabuhan Muliaraja Napitupulu, Balige, Kabupaten Toba, Sumatra Utara, 24-26 Februari 2023. Para pebalap dari 13 negara di empat benua itu saling beradu menjadi yang tercepat untuk merebut juara seri perdana di musim 2023. Danau dengan Pulau Samosir di bagian tengahnya itu menjadi saksi bisu dimulainya sejarah olahraga balapan dunia perahu supercepat di Indonesia.

Para penunggang jet air beradu kemampuan dalam mengendalikan mesin balap berkekuatan 3.500 cc yang sanggup menyemburkan energi sebesar 500 tenaga kuda dan mampu melesat dalam kecepatan 100 kilometer per jam hanya dalam dua detik saja. Terlepas dari itu semua, membalap di danau vulkanik menjadi pengalaman baru bagi seluruh peserta dan tim F1 Powerboat.

Karena inilah pertama kalinya sejak lomba diadakan 42 tahun silam, para pebalap adu cepat di sirkuit sepanjang 2.218 meter yang berada di atas permukaan danau vulkanik. Para pebalap lewat timnya masing-masing telah diberitahu bahwa lokasi lomba berada di danau vulkanik yang dikelilingi oleh perbukitan dengan pemandangan menawan.  

Brent Dillard misalnya. Pebalap asal Amerika Serikat pendatang baru (rookie) di F1 Powerboat setelah musim lalu puas beradu  cepat di F2 yang kelasnya satu tingkat di F1, mengaku penasaran dengan keindahan alam Indonesia. Pasalnya, ia selama ini hanya bisa dia lihat tayangannya di media sosial. Keindahan alam Toba mampu mengobati kelelahannya karena harus terbang 28 jam dari tempat tinggalnya di Carolina Utara menuju Indonesia.

Ia memboyong istri dan kedua orang tua ke Toba. "Ini pengalaman pertama saya berada di Indonesia dan Danau Toba, sekaligus balapan perdana di F1 Powerboat. Tim sudah bercerita soal keindahan Danau Toba dan sebelumnya saya hanya melihatnya dari tayangan di media sosial. Sekarang saya menyaksikannya langsung dan sungguh indah," ujar Dillard yang membela China CTIC Team. 

 

Penuh Tantangan

Lain lagi komentar pebalap Swedia Erik Stark seperti dikutip dari website resmi Victory Team. Ketika akan mendarat di Bandar Udara Internasional Silangit, Siborong-borong, matanya sempat terkesima oleh pemandangan dari udara alam Danau Toba. "Sungguh beruntung saya kembali bertarung bersama Victory Team di Danau Toba yang cantik. Saya ingin segera menorehkan hasil bagus di tempat ini," ucap Erik.

Juara dunia tiga kali dari Abu Dhabi Team, Shaun Torrente mengungkapkan, satu hal yang selalu ia tunggu adalah mendapatkan hal-hal baru setiap kali berlomba di F1 Powerboat. Menurutnya, Danau Toba memberi tantangan bagi semua pebalap, pertama karena posisinya yang berada pada ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut dan dapat membuat mesin powerboat kehilangan sedikit dayanya.

Juara musim 2018, 2019, dan 2022 ini mengaku tiba pada 16 Februari 2023 di Toba supaya bisa beradaptasi lebih awal dengan sirkuit. Selain itu, kencangnya embusan angin menciptakan riak ombak lumayan besar dan ini jarang ditemui pada seri F1 Powerboat dengan venue danau. Kendati begitu, Torrente mengaku menyukai desain sirkuit dengan latar pemandangan luar biasa.

"Saya selalu tertarik berlomba di F1 Powerboat dalam setiap musimnya. Kali ini Danau Toba memberi kita tantangan baru dan permukaan airnya luas sekali seperti laut, padahal ini danau. Angin juga bertiup lumayan kencang. Tapi saya suka dengan tantangannya. Selalu menyenangkan jika kita bisa berlomba di sebuah arena yang baru seperti di Danau Toba," kata Torrente.       

Juara dunia 2015 dan pebalap perempuan satu-satunya, Marit Stromoy terkesan dengan keramahan masyarakat sekitar yang ramah dan penuh sapa. Pebalap asal Norwegia ini membela Stromoy Racing yang didirikan ayahnya, Leif Stromoy pada 1969 silam. "Saya senang ada di Danau Toba dan ini pertama kali saya ke sini. Masyarakatnya ramah dan alamnya sejuk. Danaunya bagus dengan pemandangan indah. Saya mau cetak hasil bagus di Toba," kata Marit.

 

Kualifikasi Ditunda

Sementara itu, Direktur Lomba Luis Ribero memutuskan babak kualifikasi Sabtu (25/2/2023) ditunda dan dilanjutkan keesokan hari. Ini terjadi setelah para petugas sirkuit mengangkat bendera merah sebagai tanda dihentikannya kualifikasi. 20 powerboat yang saat itu sedang melaju dalam kecepatan tinggi, terpaksa harus melambatkan laju.

Ribero beralasan, penghentian itu lantaran angin yang bertiup sangat kencang dapat membahayakan laju powerboat dan bisa membuat para pebalapnya celaka. Akibat keputusan itu, sebanyak 20 powerboat tidak melanjutkan babak kualifikasi dan mereka harus dikerek oleh dua unit mesin crane dan dibawa ke garasi (paddock) masing-masing.

Babak kualifikasi di hari kedua ini digelar untuk menentukan urutan start lomba. Sedangkan pada hari pertama, Jumat (24/2/2023) dipakai untuk latihan bebas. Dalam latihan bebas, juara dunia 2021 asal Swedia, Jonas Andersson mencatat waktu tercepat 59,90 detik pada putaran ke-14. Torrente sebagai pesaing terberatnya, berada di urutan kedua diikuti oleh Marit.

Sami Selio, pebalap juara dunia 2007 dan 2010 mengatakan, lomba di Danau Toba yang merupakan pembuka musim sekaligus menjadi ajang menguji ketangguhan mesin powerboat seluruh tim. Alasannya, saat ini seluruh tim sedikit kesulitan mencari lokasi mengetes mesin mereka dan akan berbahaya jika dilakukan di negara-negara yang sedang dilanda musim dingin. "Udara dingin dengan oksigen sangat tipis akan berpengaruh besar kepada kinerja mesin dan itu sangat dihindari oleh semua tim," kata Selio.

 

Antusias Masyarakat

Ajang perdana F1 Powerboat di Indonesia mengundang banyak minat dari masyarakat. Terbukti dari 2.100 lembar tiket seharga Rp500 ribu per lembar yang ditawarkan secara daring, langsung habis terjual hanya dalam waktu 23 menit. Penjualan dilakukan oleh PT Aviasi Pariwisata Indonesia atau InJourney selaku Holding BUMN Pariwisata dan Pendukung.

Direktur Pemasaran dan Program Pariwisata InJourney, Maya Watono, pihaknya membangun tiga tipe tempat menonton atau grandstand, yakni A, B, dan C yang langsung menghadap ke arena lomba. Bangku-bangku penonton pun beraneka warna seperti merah, kuning, hijau, dan biru. Panitia juga menyediakan sejumlah layar raksasa di sekitar grandstand untuk memudahkan para penonton menyaksikan lomba. 

Tepat di belakang grandstand terdapat paddock tim yang berupa tenda-tenda putih besar dan terhubung dengan kontainer-kontainer besar untuk mengangkut powerboat beserta suku cadang dan peralatan pendukung. Antara grandstand A dan B terdapat jalan beton selebar 10 meter yang menjadi akses seluruh tim dari paddock menuju lintasan lomba. Terparkir pula dua unit crane kuning untuk memindahkan unit-unit powerboat.

Sejak hari pertama seri Danau Toba, ribuan masyarakat antusias menyaksikan hajatan ini. Tak hanya mengisi grandstand, banyak pula yang menyemut di tepian danau sekadar ingin menyaksikan 20 pebalap powerboat melajukan mesin mereka.

Tak sedikit dari warga yang datang dari luar kawasan Balige, memilih menginap di sekitar lokasi dengan menyewa tenda kemping kepada sejumlah masyarakat setempat.

 

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Elvira Inda Sari