Indonesia.go.id - Geomimo untuk Mitigasi Bencana Hidrometeorologi

Geomimo untuk Mitigasi Bencana Hidrometeorologi

  • Administrator
  • Minggu, 16 Juni 2024 | 13:44 WIB
TEKNOLOGI
  BRIN menenalkan Geomimo sebagai platform yang berfungsi untuk mengumpulkan data satelit penginderaan jauh dan geospasial (multi-input), kemudian diolah dan dianalisis secara otomatis untuk menghasilkan berbagai informasi (multi-output). ANTARA FOTO/ Syifa Yulinas
Geomimo merupakan sebuah platform untuk mengumpulkan data satelit penginderaan jauh dan geospasial, lalu diolah dan dianalisis secara otomatis demi menghasilkan berbagai informasi.

Indonesia merupakan negara rawan bencana. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan, Indonesia dilanda 4.847 kejadian bencana selama 2023 dengan lebih dari setengahnya merupakan bencana hidrometeorologi.

Dari 4.847 bencana yang terjadi selama tahun ini, sebagian besar di antaranya adalah bencana hidrometeorologi dengan 1.135 kejadian bencana ekstrem, 1.114 bencana banjir, 568 kejadian tanah longsor, dan 31 kejadian gelombang pasang dan abrasi. Ratusan orang meninggal dunia hingga ribuan rumah dan fasilitas umum rusak.

Bencana hidrometeorologi merupakan petaka yang dipicu oleh aktivitas cuaca seperti siklus hidrologi, curah hujan, temperatur, angin dan kelembapan. Adapun bentuk bencana hidrometeorologi berupa kekeringan, banjir, badai, kebakaran hutan, longsor, angin puyuh, gelombang dingin, hingga gelombang panas.

Penyebab bencana hidrometeorologi sendiri adalah perubahan iklim dan cuaca ekstrem. Indonesia sering mengalami perubahan cuaca dan iklim secara mendadak dan ekstrem yang berujung pada bencana hidrometeorologi. Pemerintah tentunya tidak tinggal diam.

Kebijakan dan tindakan mitigasi bencana sudah dilakukan di beberapa level. Sejumlah antisipasi dilakukan lembaga pemerintah, salah satunya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Lembaga ini membangun platform berbasis satelit penginderaan jauh yang dapat dimanfaatkan untuk memantau kondisi bencana hidrologi di berbagai daerah.

Kepala Pusat Riset Geoinformatika BRIN Rokhis Khomarudin mengatakan, platform teknologi itu bernama Geomimo yang merupakan akronim dari Geoinformatika Multi-Input dan Multi-Output. “Kami telah menggunakan platform-platform ini untuk membangun sistem pemantauan bencana terkait air,” ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Jumat (24/5/2024).

Geomimo merupakan sebuah platform yang berfungsi untuk mengumpulkan data satelit penginderaan jauh dan geospasial (multi-input), kemudian diolah dan dianalisis secara otomatis untuk menghasilkan berbagai informasi (multi-output).

Untuk itu, Rokhis menekankan pentingnya berbagi data dan pengetahuan dalam pemanfaatan penginderaan jauh untuk penanggulangan bencana terkait air. Akurasi dan presisi data menjadi penting untuk mitigasi bencana.

Selama  ini, Geomimo fokus pada riset dan pengembangan sistem untuk ketahanan pangan, lingkungan, kebencanaan, perhitungan emisi gas rumah kaca, serta isu strategis lainnya, seperti penangkapan ikan ilegal, penanaman ganja ilegal, dan isu pertahanan serta keamanan.

“Geomimo menjadi alat yang vital dalam pengelolaan sumber daya air dan penanggulangan bencana di Indonesia dan global,” kata Rokhis Khomarudin.

Pada 23 Mei 2024, BRIN mengenalkan rancangan platform Geomimo tersebut dalam ajang Forum Air Sedunia ke-10 atau World Water Forum yang berlangsung di Bali.

Beberapa negara sudah mendorong adopsi mekanisme Sentinel Asia dan International Disaster Charter yang digunakan untuk menganalisis data satelit penginderaan jauh sebelum dan sesudah bencana. Alat Geomimno tersebut sudah menyoroti bencana banjir di Sumatra Barat yang terjadi belum lama ini.

Geomimo dirancang untuk melayani tiga jenis pengguna, yakni instansi pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat umum. Platform itu mencakup elemen berbagi data, peningkatan kapasitas (SDM dan infrastruktur), dan kerja sama. Beberapa pihak internasional, seperti JAXA Jepang, NASA, LASAC China, dan UN ESCAP sudah siap bekerja sama dengan BRIN.

Sementara itu, mitra dalam negeri yang siap memanfaatkan teknologi buatan anak bangsa ini adalah Kemenko Perekonomian, Kemenko Maritim dan Investasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR/BPN), Badan Informasi Geospasial (BIG), Ikatan Geografi Indonesia (IGI), UI, ITB, UGM, ITS, dan MAPIN. 

 

Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari