Indonesia.go.id - Dieng Culture Festival 2024: Festival Domba Batur, Warisan Unik Banjarnegara yang Mendunia

Dieng Culture Festival 2024: Festival Domba Batur, Warisan Unik Banjarnegara yang Mendunia

  • Administrator
  • Kamis, 29 Agustus 2024 | 13:20 WIB
BUDAYA
  Pengunjung bermain dengan domba batur pada Festival Domba Batur di Dieng Kulon, Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah, Jumat (23/8/2024). Festival Domba Batur diselenggarakan dalam rangkaian Dieng Culture Festival (DCF) 2024 untuk memperkenalkan dan mempromosikan hewan ternak khas dataran tinggi Dieng. ANTARA FOTO/Anis Efizudin
Festival Domba Batur di Dieng Culture Festival 2024 bukan sekadar ajang budaya, tetapi juga peluang emas untuk mengenal warisan unik Banjarnegara yang mendunia. Jangan lewatkan kesempatan langka ini untuk merasakan keunikan domba batur yang kaya nilai budaya dan ekonomi!

Dieng Culture Festival (DCF) XIV tahun 2024 kembali hadir dengan berbagai acara yang memikat. Salah satunya, Festival Domba Batur yang untuk pertama kalinya menjadi bagian dari gelaran tersebut.

Bertempat di Kompleks Candi Arjuna, Desa Dieng Kulon, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, festival itu digelar pada 23--25 Agustus 2024 dan sukses menarik perhatian banyak pengunjung.

Tak dipungkiri, domba batur, yang menjadi sorotan utama dalam festival itu memiliki sejarah panjang dan merupakan warisan unik dari Kecamatan Batur, Banjarnegara. Sejarah domba batur dimulai pada 1970-an ketika petani lokal melakukan persilangan antara domba merino, yang berasal dari Eropa dan diambil dari Australia, dengan domba ekor tipis yang merupakan domba lokal Indonesia.

Persilangan ini menghasilkan galur baru yang diakui secara resmi oleh Kementerian Pertanian pada 2011, sebagai jenis domba yang khas dan unik, yang kemudian diberi nama domba batur.

"Awalnya, populasi domba batur hanya sekitar 20 ekor. Kini jumlahnya berkembang pesat hingga mencapai lebih dari 10.000 ekor," ujar Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banjarnegara Firman Sapta Ady.

Firman menambahkan, domba batur tersebar di empat kecamatan sentra pengembangan, yakni Batur, Pejawaran, Pagentan, dan Wanayasa. Di sana, kondisi geografis dan iklimnya sangat cocok untuk perkembangan domba batur.

 

Keunikan Morfologi

Salah satu daya tarik utama domba batur adalah morfologinya yang unik. Domba ini memiliki tubuh yang berbentuk segi empat dan bulat, serta bobot yang jauh lebih besar dibandingkan domba lokal lainnya.

Pejantan domba batur yang berusia dua tahun bisa mencapai berat lebih dari 100 kilogram, sementara betinanya bisa mencapai 80 kilogram. Sebagai perbandingan, domba lokal biasanya hanya memiliki bobot sekitar 60 kilogram untuk pejantan dan 40 kilogram untuk betina.

Selain ukurannya yang besar, domba batur juga dikenal karena bulunya yang tumbuh di seluruh tubuh, termasuk di muka dan kaki. Bulu-bulu ini tidak hanya memberikan tampilan yang menggemaskan, melainkan berpotensi untuk dimanfaatkan dalam berbagai kerajinan tangan.

"Namun, untuk industri wol, kita belum bisa mengarah ke sana karena jumlah populasi yang dibutuhkan cukup besar, sekitar 30 ribuan ekor," jelas Firman.

Dieng Culture Festival sendiri merupakan acara tahunan yang telah masuk dalam agenda Kharisma Event Nusantara dan selalu dinanti-nantikan oleh masyarakat, baik lokal maupun wisatawan dari luar daerah. Dengan menampilkan Festival Domba Batur, DCF tahun ini tidak hanya menawarkan pengalaman budaya yang kaya, melainkan juga memperkenalkan potensi peternakan khas daerah Banjarnegara kepada khalayak yang lebih luas.

Festival Domba Batur di DCF 2024 menampilkan berbagai kegiatan menarik yang melibatkan para peternak lokal. Mereka memamerkan domba-domba terbaik mereka, yang dinilai berdasarkan berbagai kriteria, termasuk morfologi, kebersihan, dan kesehatan.

Selain itu, pengunjung juga diberikan kesempatan untuk lebih mengenal domba batur melalui sesi informasi dan pameran produk-produk kerajinan yang terbuat dari bulu domba tersebut. Firman berharap, dengan masuknya Festival Domba Batur ke dalam rangkaian acara DCF, masyarakat akan semakin mengenal dan menghargai warisan peternakan ini.

"Domba batur adalah bagian dari identitas kami di Banjarnegara. Melalui festival ini, kami ingin memperkenalkannya kepada masyarakat luas, sekaligus mendukung pariwisata Dieng," katanya.

Tidak hanya domba batur yang menjadi keunikan kawasan Kecamatan Batur, di sana juga terdapat potensi wisata yang melimpah. Yakni, di antaranya, Danau Telaga Warna, Gunung Prau, serta berbagai candi-candi peninggalan sejarah.

Dengan menggabungkan potensi alam, budaya, dan peternakan, Banjarnegara memang berpeluang besar untuk mengembangkan pariwisata yang berkelanjutan dan memberi manfaat ekonomi yang lebih luas bagi masyarakat setempat.

 

Tantangan ke Depan

Kendati domba batur memiliki banyak nilai, mulai ekonomi hingga wisata, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi demi memastikan keberlanjutan dan peningkatan nilai ekonomi dari domba batur. Salah satu tantangan yang ada terkait dengan kondisi geografis dan iklim.

Dijelaskan oleh Firman, jika domba batur dipindahkan ke daerah yang lebih panas, bulunya akan kehilangan kelembutan dan pertumbuhannya tidak akan lagi maksimal. Selain itu, untuk memanfaatkan potensi bulu domba batur dalam industri wol, diperlukan upaya peningkatan populasi hingga mencapai angka yang cukup signifikan.

Artinya, ini semua membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, peternak, dan pengusaha, untuk menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan industri berbasis domba batur.

Festival Domba Batur yang memeriahkan Dieng Culture Festival XIV tahun 2024 menjadi bukti nyata bahwa potensi lokal, ketika dikemas dengan baik dan diperkenalkan pada forum yang tepat, dapat menjadi daya tarik yang besar. Dengan dukungan yang berkelanjutan dari pemerintah dan masyarakat, serta upaya pengembangan yang tepat, domba batur bisa menjadi lebih dari sekadar hewan ternak.

Hewan itu dapat menjadi simbol kekayaan budaya dan potensi ekonomi yang tak ternilai dari Kecamatan Batur dan Kabupaten Banjarnegara, sekaligus memperkaya keragaman budaya dan pariwisata Indonesia.

 

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari