Indonesia.go.id - Pemimpin dan Masyarakat Berbaur di Gelar Griya

Pemimpin dan Masyarakat Berbaur di Gelar Griya

  • Administrator
  • Sabtu, 5 April 2025 | 15:45 WIB
HARI RAYA LEBARAN
  Presiden Prabowo Subianto menyapa warga saat Gelar Griya di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (31/3/2025). Presiden Prabowo Subianto menggelar open house saat Idul Fitri 1446 H di Istana Kepresidenan yang dihadiri oleh sejumlah pejabat dan masyarakat umum. ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Kepala Negara menyambangi satu per satu orang untuk bersalaman serta menyampaikan ucapan Lebaran kepada masyarakat. Tak segan, Prabowo berfoto bersama dengan masyarakat yang hadir.

Istana Kepresidenan, Jakarta, kembali membuka pintunya bagi masyarakat umum saat Hari Raya Idulfitri 1446 pada Senin (31/3/2025). Tradisi ini dikenal dengan open house atau gelar griya. Masyarakat biasanya amat antusias mengikuti kegiatan ini karena bisa bertemu para pejabat, menikmati hidangan khas Lebaran, mendapatkan kenalan baru, dan pulang membawa bingkisan.

Seperti dilansir dari https://kemenkopmk.go.id/, gelar griya merupakan salah satu upaya dari sebuah instansi untuk mengundang sejumlah kalangan dalam rangka memperkuat jalinan tali silaturahmi. Di Indonesia tradisi gelar griya sudah ada di era pemerintahan Presiden Soeharto. Tujuan awal dilakukannya open house untuk memunculkan kewibawaan seorang pejabat negara, di samping menjadi ajang silaturahmi dengan khalayak luas. Meski budaya tersebut kini juga dilakukan oleh semua kalangan, entah pengusaha, budayawan, ulama, artis, atlet, dan lain-lain, artinya tidak terbatas dari unsur pemerintahan.

Gelar griya di Istana Kepresidenan pada tahun ini merupakan yang pertama bagi Presiden Prabowo Subianto. Sebelumnya, tradisi pernah dilakukan presiden sebelumnya seperti Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo. Tradisi ini sempat berhenti saat pandemi Covid-19 melanda pada 2020 hingga 2024.

Tak pelak, antusiasme masyarakat membuncah. Begitu diadakan lagi ribuan warga dari berbagai daerah memadati Istana Kepresidenan Jakarta untuk bersilaturahim dengan Presiden Prabowo Subianto. Sejak pagi, antrean panjang warga terlihat di sekitar kompleks Istana dengan penuh antusiasme. Tua, muda, anak-anak, politisi, driver Ojol, ASN, guru berbaur bersama.

Gelar griya dimulai sejak pukul 08.30 WIB, diawali Kepala Negara menerima tamu dari pejabat negara, seperti menteri dan anggota Kabinet Merah Putih, mantan Presiden Joko Widodo, Susilo Bambang Yudhoyono dan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung para duta besar negara sahabat. Setelah itu, Prabowo menemui masyarakat umum.

Dalam acara gelar griya ini, Presiden Prabowo pun turut menyambut kedatangan para warga dengan ramah. Kepala Negara menyambangi satu per satu orang untuk bersalaman serta menyampaikan ucapan Lebaran kepada masyarakat. Tak segan, Prabowo berfoto bersama dengan masyarakat yang hadir.

Tarni, warga dari Wonogiri Jawa Tengah, bahkan tidak kuasa menahan tangis saat akhirnya bertemu dengan Presiden dalam suasana lebaran. Ia mengakui bahwa informasi di televisi yang disaksikan kemarin mendorongnya untuk berlebaran di Jakarta tahun ini.

“Pak Prabowo itu dekat sama rakyat, senang banget saya. Saking atiku sampai seneng, hatiku sampai sedih ini saking, air mata saya sampai keluar semua saking enggak pandang bulu sama orang enggak punya, rakyat kecil,” ungkap Tarni.

Kepada Presiden Prabowo, Tarni pun menyampaikan harapannya agar Presiden terus ingat kepada masyarakatnya. “Mudah-mudahan Pak Prabowo sehat terus, maju terus, ingat sama orang kecil, rakyat kecil, jangan sampai lupa itu,” tambahnya.

Rasa syukur dapat berlebaran di Istana juga diungkapkan oleh Hendri sebagai warga Jakarta. Hendri bercerita bahwa pada tahun ini, ia dan keluarga menunaikan ibadah salat Idulfitri 1446 Hijriah di Masjid Istiqlal dan kemudian berkumpul dengan masyarakat di Istana.

”Alhamdulillah kita sekeluarga senang mendapat kesempatan pada hari ini, hari raya Idulfitri 1446 Hijriah diberikan keberkahan bersama dengan, bisa dengan masyarakat warga DKI Jakarta berkumpul bersama dan menuju ke Istana Presiden. Dan semoga harapan saya bisa bertemu dengan Pak Prabowo langsung,” kata Hendri.

Kalangan penyandang disabilitas juga menikmati gelar griya di Istana. Seperti Imam yang mengungkapkan rasa senangnya atas kesempatan yang sama bagi masyarakat umum dan penyandang disabilitas untuk bertemu Presiden.

“Alhamdulillah dengan senang hati ya istilahnya orang-orang disabilitas bisa berkumpul dengan Bapak Presiden dan para menteri-menterinya juga,” ucap Imam.

Meski sudah mengantre sejak pagi, masyarakat yang sudah diperbolehkan masuk ke kawasan Istana tidak semuanya dapat bersalaman dengan Presiden karena keterbatasan kapasitas ruangan. Mereka menunggu di tenda yang disediakan di sekitar Istana Kepresidenan.

Namun, demikian, seluruh masyarakat yang dipersilakan masuk ke Istana akan mendapat bingkisan dari Istana berisi bahan makanan dan minuman, mulai dari mi instan, teh celup, susu hingga gula.  Sementara pada tas suvenir berisi payung, handuk, tempat minum, dan aneka kue kering untuk merayakan Lebaran. Disediakan sebanyak 5.000 paket bingkisan tersebut.

Sajian Makanan Nusantara

Kenikmatan gelar griya di Istana Kepresidenan makin sempurna dengan menyantap sajian santapan Nusantara yang disediakan untuk masyarakat umum. Tentunya tersedia, menu wajib Idulfitri seperti ketupat sayur beserta rendang, opor ayam dan labu siam. Sajian favorit lainnya adalah bakso Solo.

Ada juga makanan khas dari Bandung, yaitu batagor alias bakso tahu goreng serta siomai dengan pilihan kentang, telur, dan daging siomai untuk masyarakat yang mencari penganan lebih ringan dibandingkan dua menu sebelumnya. Meski begitu ada juga pilihan menu di luar hidangan Nusantara, yaitu teppanyaki, makanan khas Jepang yang menyuguhkan tumisan daging didampingi sayur taoge.

Sebagai pendamping minuman, dihadirkan beberapa pilihan, yaitu es kelapa, es teler, kopi, serta tentunya air putih agar bisa melegakan dahaga para pengunjung gelar griya di Istana.

Sebuah pengalaman berkesan bagi masyarakat yang datang dari segala penjuru Nusantara. Tradisi gelar griya di Istana tidak hanya menjadi ajang untuk berbagi, tetapi juga mempererat hubungan antara pemimpin dan rakyat dalam suasana yang guyub dan penuh fitrah.

 

Penulis: Kristantyo Wisnubroto

Redaktur: Untung Sutomo