Indonesia.go.id - Capaian Trisula Program Prioritas Wujudkan Generasi Emas 2045

Capaian Trisula Program Prioritas Wujudkan Generasi Emas 2045

  • Administrator
  • Rabu, 10 September 2025 | 12:21 WIB
PROGRAM PRIORITAS NASIONAL
  Presiden Prabowo Subianto menyebut bahwa program Makan Bergizi Gratis yang telah berjalan tujuh bulan sudah menunjukkan hasil. Selain berdampak pada anak-anak Indonesia, program itu juga telah menyerap tenaga kerja. ANTARA FOTO/ Basri Marzuki
Ketiga program pemerintah ini saling melengkapi: gizi melahirkan anak sehat, kesehatan menjamin produktivitas, dan pendidikan memutus rantai kemiskinan.

Di sebuah sekolah dasar di kawasan Depok, Jawa Barat, tawa riang anak-anak terdengar lebih lantang dari biasanya. Usai belajar, mereka berbaris rapi menuju kantin sekolah. Di tangan para petugas, tersaji menu bergizi yang menjadi bagian dari Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Senyum mereka adalah gambaran sederhana dari misi besar: mencetak generasi sehat, cerdas, dan siap menggapai Indonesia Emas 2045.

Langkah ini bukan sekadar intervensi gizi. Seperti ditegaskan Tenaga Ahli Utama Kantor Komunikasi Kepresiden (PCO), Fithra Faisal, tujuan utama MBG adalah membangun kapasitas sumber daya manusia. “Memang tujuan utamanya adalah jangka panjang, meningkatkan kapasitas penyerapan SDM. Gizi baik akan menopang kognitif siswa, sekaligus menjadi pelumas pertumbuhan ekonomi,” ujarnya dalam sebuah diskusi publik di Jakarta, 21 Agustus 2025 silam.

Karena itu, dari sejumlah program prioritas pemerintahan Prabowo Subianto, program MBG juga ditopang dengan Cek Kesehatan Gratis yang juga menyentuh anak balita hingga generasi anak sekolah dasar menengah serta Sekolah Rakyat sebagai upaya mengangkat harkat martabat anak keluarga miskin. Sebuah trisula, senjata ampuh dalam mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup.

Makan Bergizi Gratis: Menyemai SDM Sehat dan Hemat

Sepuluh bulan menjabat, Presiden Prabowo Subianto melaporkan capaian signifikan program Makan Bergizi Gratis  yang kini telah menjangkau 20 juta anak sekolah, anak belum sekolah, ibu hamil, dan ibu menyusui di seluruh Indonesia. Hal ini disampaikan Kepala Negara saat menyampaikan pidatonya pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) dan Sidang Bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) di Gedung Nusantara Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Jakarta, pada Jumat 15 Agustus 2025.

Meskipun baru berjalan sekitar tujuh bulan, hasil dari program MBG ini menurut Presiden sudah terasa. Angka kehadiran anak di sekolah meningkat. "Prestasi anak-anak di sekolah meningkat. Per hari ini, sudah ada 5.800 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi di 38 provinsi di Indonesia. MBG telah menciptakan 290.000 lapangan kerja baru di dapur- dapur, dan melibatkan 1 juta petani, nelayan, peternak dan UMKM. MBG mendorong pertumbuhan ekonomi di desa-desa," tuturnya.

Presiden Prabowo pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada Badan Gizi Nasional dan anggotanya atas capaian dari program MBG ini. Tak hanya itu, Kepala Negara juga menyebut program ini telah dibangun melalui koordinasi lintas lembaga, termasuk TNI, Polri, ormas keagamaan, koperasi, dan yayasan. "Dalam tujuh bulan, kita mencapai target yang negara lain butuh bertahun-tahun," ungkapnya.

Ia mencontohkan Brazil yang membutuhkan 11 tahun untuk mencapai 40 juta penerima MBG setiap hari. Indonesia, kata Prabowo, berhasil membangun 5.800 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi di 38 provinsi dalam waktu singkat.

Program ini, lanjutnya, telah menciptakan 290 ribu lapangan kerja baru di sektor dapur umum dan melibatkan sekitar 1 juta petani, nelayan, peternak, serta pelaku UMKM. Dampak positifnya terlihat dari meningkatnya angka kehadiran siswa di sekolah serta prestasi belajar mereka.

Presiden menegaskan MBG bukan sekadar program sosial, tetapi investasi untuk mencetak generasi yang sehat, cerdas, dan produktif. Ia mengutip pernyataan pejabat Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) bahwa MBG adalah "investasi terbaik sebuah bangsa".

Satu  hal, PCO menerangkan dengan asumsi dua anak sekolah, orang tua dari kalangan menengah bawah bisa menghemat hingga Rp600 ribu per bulan. Dampaknya terasa nyata, meski tidak langsung berupa uang tunai. "Masyarakat mungkin tidak melihat efek ‘uang di dompet’, tetapi sebenarnya sudah ada. Mereka tidak perlu lagi mengeluarkan uang untuk jajan atau membeli makan siang," tambah Fithra.

PCO juga melansir Survei nasional Indonesian Social Survey (ISS) 11-20 Juli 2025 yang mencatat MBG diingat spontan oleh 67 persen responden, dikenal 89 persen, dan dinilai bermanfaat oleh 82 persen. Angka ini menegaskan bahwa program MBG mendapat respons paling positif dari masyarakat.

Cek Kesehatan Gratis: Deteksi Dini, Kesadaran Hidup Sehat

Selain gizi, kesehatan masyarakat juga menjadi perhatian utama. Melalui Program Cek Kesehatan Gratis (CKG), lebih dari 20 juta orang telah memanfaatkan layanan hingga Agustus 2025. Layanan ini tersebar di 38 provinsi, 510 kabupaten/kota, dan 10.132 Puskesmas, dengan rata-rata 340 ribu peserta setiap hari.

Kepala Biro Komunikasi Kemenkes, Aji Muhawarman, menegaskan tingginya antusiasme masyarakat menunjukkan kesadaran baru akan pentingnya pemeriksaan kesehatan. "Deteksi dini adalah kunci mencegah masalah kesehatan menjadi beban lebih berat bagi masyarakat dan negara," katanya.

Temuan awal program ini memberi gambaran kondisi kesehatan nasional: Pertama, bayi baru lahir: 19,3 persen kelainan saluran empedu, 6,1 persen berat lahir rendah; Balita: 31 persen alami gigi-karies, 9,2 persen anemia usia dua tahun; Dewasa: 43,3 persen gigi-karies, 34,9 persen obesitas sentral; dan Lansia: 40,9 persen hipertensi.

Data tersebut menegaskan urgensi CKG sebagai pijakan kebijakan kesehatan jangka panjang. Problem kesehatan gigi dan hipertensi menjadi masalah kesehatan terbesar yang dialami masyarakat sehingga perlu tindakan preventif seperti mengaungkan pola hidup sehat dan transformasi pelayanan kesehatan nasional.

Sekolah Rakyat: Memutus Rantai Kemiskinan

Sementara itu, Sekolah Rakyat yang diampu oleh Kementerian Sosial (Kemensos) menjadi wujud nyata tekad Presiden Prabowo untuk menghentikan warisan kemiskinan. "Kalau bapaknya pemulung, anaknya tidak boleh jadi pemulung," tegas Presiden.

Sekolah ini bukan hanya menyediakan bangku belajar, melainkan ekosistem pendidikan modern: ruang kelas digital, laboratorium keterampilan, perpustakaan online hingga asrama layak huni. Siswa mendapat makan tiga kali sehari, layanan kesehatan, perlengkapan belajar, bahkan laptop berbasis LMS.

Target Kemensos 2025 mencakup 159 sekolah dengan 15.370 siswa dari keluarga kurang mampu, didukung lebih dari 7.000 guru dan tenaga kependidikan. Rekrutmen dilakukan tanpa tes akademik, melainkan berdasarkan kondisi sosial-ekonomi keluarga. Bahkan, Presiden meminta target sampai akhir tahun ini ditambah 6 sekolah lagi menjadi 165 unit. 

Sekjen Kemensos Robben Rico menegaskan Sekolah Rakyat adalah jembatan keadilan sosial. “Presiden tidak ingin kemiskinan diwariskan. Pendidikan adalah jalannya. Sekolah Rakyat bukan sekadar ruang belajar, tetapi wadah membentuk generasi mandiri dan produktif,” ujarnya.

Merajut Indonesia Emas 2045

Trisula program prioritas Presiden Prabowo—Makan Bergizi Gratis, Cek Kesehatan Gratis, dan Sekolah Rakyat—adalah manifestasi dari Asta Cita atau delapan cita-cita kepemimpinan Prabowo Subianto. Ketiganya saling melengkapi: gizi melahirkan anak sehat, kesehatan menjamin produktivitas, dan pendidikan memutus rantai kemiskinan.

Data ISS memperlihatkan kualitas hidup masyarakat berada pada indeks 65/100 (cukup baik), dengan tantangan terbesar di aspek ekonomi rumah tangga. Namun, optimisme tumbuh karena kepercayaan sosial, kesehatan, dan rasa aman berada di level tinggi.

Di balik angka dan survei, yang paling penting adalah wajah ceria anak-anak yang kini bisa belajar tanpa lapar, keluarga yang lebih tenang karena kesehatan terpantau, dan generasi muda yang punya kesempatan meraih mimpi lewat Sekolah Rakyat.

Inilah fondasi kokoh menuju Indonesia Emas 2045—ketika mimpi besar bangsa lahir dari keberanian negara memberi makan, merawat, dan mendidik rakyatnya tanpa terkecuali.

 

Penulis: Kristantyo Wisnubroto

Redaktur: Untung Sutomo

-->