Indonesia.go.id - Industri Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif

Industri Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif

  • Administrator
  • Senin, 12 Juli 2021 | 08:29 WIB
INDUSTRI
  Ilustrasi. Aktivitas industri di sebuah pabrik pengolahan di Bogor, Jawa Barat. ANTARA FOTO/ M Agung Rajasa
IHS Markit mencatat PMI manufaktur Indonesia ternyata masih lebih tinggi dibandingkan PMI manufaktur negara-negara di Asean.

Laporan IHS Markit terbaru menyebutkan perusahaan manufaktur di Indonesia tetap optimistis, terkait masa depan sektor itu di tengah pandemi Covid-19, yang kini tengah menanjak.

Menurut lembaga riset dan analisis global itu, ekspansi produksi di Indonesia selama delapan bulan berturut-turut menunjukkan kondisi bisnis di negara ini kini telah menguat pada setiap bulan. Harus diakui, khusus untuk PMI manufaktur Indonesia pada Juni. IHS Markit melaporkan PMI Manufaktur Indonesia turun dari 55,2 pada Mei 2021 menjadi 53,3 pada Juni 2021 seiring lonjakan kasus Covid-19.

Namun, mereka juga mencatat PMI manufaktur Indonesia ternyata masih lebih tinggi dibandingkan PMI manufaktur negara-negara di Asean, seperti Filipina (50,8), Thailand (49,5), Singapura (46,5), Vietnam (44,1), dan Malaysia (39,9). Bahkan, PMI manufaktur Indonesia di atas PMI manufaktur Tiongkok (51,3), Jepang (52,4), dan India (50,8).

Berkaitan dengan itu, Jingyi Pan, Direktur Asosiasi Ekonomi IHS Markit, mengatakan bahwa pertumbuhan sektor manufaktur yang melambat pada Juni mencerminkan pengaruh gelombang kedua Covid-19 terhadap sektor manufaktur Indonesia.

“Namun demikian, pertumbuhan produksi dan penjualan bertahan di level yang kuat dan penting untuk melihat situasi pandemi segera terkendali sehingga tidak memengaruhi performa perusahaan manufaktur lebih lanjut,” katanya.

Tak dipungkiri wabah Covid-19 sangat mempengaruhi kinerja industri manufaktur negara ini. Bayangkan, wabah Covid-19 kini sedang menanjak dan semua pemangku kepentingan serta masyarakatnya wajib bahu-membahu untuk menanganinya agar lonjakan wabah bisa dikendalikan.

Menurut data KCP PEN per 3 Juli 2021, secara nasional, angka kesembuhan harian kembali menyentuh angka tertinggi sebanyak 13.282 orang sembuh per hari.

Angka kesembuhan harian tertinggi sebelumnya tercatat pada 8 Februari 2021, sebanyak 13.038 orang sembuh per hari. Dengan demikian, angka kesembuhan kumulatif per hari ini sudah melebihi 1,9 juta orang sembuh, atau angka tepatnya 1.915.147 orang (84,9 persen).

Sejalan dengan itu, penerima vaksin terus bertambah dan per 3 Juli 2021 sebanyak 681.419 orang dengan totalnya 31.573.240 orang. Sedangkan yang menerima vaksinasi kedua juga meningkat menjadi 13.922.732 orang. Untuk target sasaran vaksinasi berada di angka 40.349.049 orang.

Meski demikian, kasus aktif atau pasien positif yang masih membutuhkan perawatan medis, bertambah 14.138 kasus dan totalnya mencapai 281.677 kasus (12,5 persen).

Pada pasien terkonfirmasi positif (RT-PCR/TCM dan rapid antigen), bertambah sebanyak 27.913 kasus dan kumulatifnya, atau jumlah pasien terkonfirmasi positif yang tercatat sejak kasus pertama hingga per 4 Juli 2021 mencapai 2.256.851 kasus. 

Sementara itu, pasien meninggal juga bertambah lagi sebanyak 493 kasus dan kumulatifnya mencapai 60.027 kasus (2,7 persen). Selain itu, dari hasil uji laboratorium per hari, spesimen selesai diperiksa (RT-PCR/TCM dan rapid test antigen) per hari sebanyak 157.227 spesimen dengan jumlah suspek sebanyak 133.189 kasus. 

 

Tetap Optimistis

Berkaitan dengan laporan HIS Markit terbaru itu, Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita tetap optimistis terhadap kinerja sektor industri manufaktur yang akan mendorong ekonomi nasional tumbuh positif pada kuartal II tahun ini.

Indikatornya, lanjut Agus, adalah ekspansifnya sektor industri manufaktur di tanah air, misalnya terlihat pada nilai ekspor industri pengolahan yang tercatat mencapai USD66,70 miliar pada Januari--Mei 2021, naik 30,53 persen dibandingkan periode yang sama 2020 sebesar USD51,10 miliar.

Dari capaian USD66,70 miliar tersebut, industri pengolahan memberikan kontribusi paling tinggi, yakni 79,42 persen dari total ekspor nasional yang berada di angka USD83,99 miliar.

Di samping itu, sepanjang triwulan I-2021, nilai investasi yang direalisasikan industri pengolahan menembus Rp88,3 triliun atau naik 38 persen dibanding capaian pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp64 triliun.

Dari Rp88,3 triliun tersebut, sektor manufaktur memberikan kontribusi signifikan hingga 40,2 persen terhadap total nilai investasi di Indonesia yang mencapai Rp219,7 triliun. “Investasi juga merupakan salah satu motor pendorong pertumbuhan ekonomi nasional serta sekaligus akan menyerap tenaga kerja di sektor industri,” kata Menperin.

Pada kesempatan yang berbeda, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menyatakan bahwa optimisme penguatan produksi masih bertahan di atas rata-rata historis survei. Namun, optimisme penguatan bisnis secara keseluruhan mulai dibayangi kecemasan atas eskalasi Covid-19.

“Di sini terletak urgensi bagi seluruh pemangku kepentingan, tidak hanya pemerintah tetapi juga masyarakat luas untuk bahu-membahu menurunkan kasus Covid-19 dengan segera,” ujar Febrio dalam keterangan resminya, Kamis (1/7/2021).

Menurut dia, kondisi pemulihan ekonomi ke depan akan ditentukan oleh efektivitas upaya menurunkan kasus harian Covid-19. Sensitivitas tersebut telah terlihat pada periode kuartal I-2021 saat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro diterapkan dan berhasil menurunkan kasus.

Secara keseluruhan, menurut dia, kondisi bisnis di tanah air masih espansif termasuk output, permintaan domestik, dan ekspor. Kondisi ketenagakerjaan juga relatif stabil pada Juni 2021, seiring dengan penambahan jumlah tenaga kerja secara moderat yang berpengaruh pada peningkatan kapasitas produksi.

Febrio juga memperingatkan, peningkatan penyebaran varian Covid-19 berpotensi menyebabkan terjadinya peningkatan penumpukan pekerjaan dan perlambatan dalam waktu pemenuhan pesanan. Itulah sebabnya, Agus Gumiwang juga sudah menyiapkan strategi agar industri manufaktur tetap beroperasi dengan normal, dan pemerintah tetap menerapkan PPKM Darurat.

“Yang jelas, kami mendukung PPKM Darurat tersebut. kami siap bekerja sama dengan pihak-pihak terkait, mendukung operasional sektor industri di masa PPKM Darurat melalui instrumen berupa Izin Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI),” ujarnya.

 

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari