Kekurangan oksigen diharapkan segera tertanggulangi. Pemerintah siapkan 50 ribu tabung baru, 10 ribu unit konsentrator, dan 300 ribu paket obat Covid-19. Sebanyak 40 ribu ton oksigen diimpor.
Di tengah berkecamuknya wabah muncul banyak masalah. ‘’Seperti saya sampaikan berkali-kali, yes kita banyak masalah. Tapi tiap kali ada masalah kita bisa perbaiki dengan tertib, karena tim bekerja dengan kompak,’’ ujar Menko Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan, pejabat yang ditunjuk Presiden Joko Widodo sebagai penanggung jawab PPKM Darurat Jawa-Bali itu.
Memberikan keterangan pers secara virtual, seusai rapat kabinet terbatas, Senin 12 Juli 2021, Luhut Pandjaitan menyebut sejumlah masalah, terkait lonjakan kasus Covid-19 di tanah air, yang termasuk dalam inventarisasinya adalah isu vaksinasi, obat langka, ketersediaan oksigen, terbatasnya bed dan ruang rawat pasien, serta target penurunan mobilitas penduduk selama PPKM Darurat.
Dalam hal pelaksanaan PPKM Darurat antara 3--10 Juli 2021, menurut Menko Luhut, pemantauan melalui facebook mobility, google traffic, dan indeks cahaya malam menunjukkan bahwa mobilitas penduduk di Jawa-Bali secara umum turun. Target penurunan 30 persen belum tercapai.
Namun, catatan di Kementerian Perhubungan menunjukkan gambar yang lebih menggembirakan. Aktivitas di terminal bus rata-rata turun 50 persen, penumpang kereta komuter Jabodetabek susut 30 persen, lalu lintas penyeberangan berkurang 40 persen. Google traffic menunjukkan penurunan 30–40 persen.
Menko Luhut Panjaitan yakin, tren penurunan mobilitas warga akan terus berlanjut. “Bila semua patuh PPKM Darurat, patuh prokes, minggu depan sudah mulai flat kemudian melandai di hari-hari berikutnya,” ujarnya.
Kelanjutan vaksinasi dijamin aman. Setidaknya, menurut Menko Luhut, pada Juli tersedia 30 juta dosis, bahkan dapat bertambah sampai 45 juta dosis vaksin, yang siap digunakan. Luhut menambahkan, ketersediaan vaksin sampai beberapa bulan ke depan cukup aman untuk kebutuhan percepatan vaksinasi.
Dalam hal ketersediaan gas oksigen Menko Luhut Panjaitan mengakui sempat terjadi kelangkaan. Sejumlah daerah melaporkan, situasi itu sempat menimbulkan akibat fatal bagi sejumlah pasien. RSUD Dokter Sardjito Yogyakarta melaporkan ada 33 pasien meninggal terkait dengan minimnya pasokan oksigen tersebut.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengakui, selama ini secara rata-rata konsumsi gas oksigen bagi keperluan medis adalah 400 ton per hari. Konsumsi medis itu mengambil porsi hampir 25 persen dari produksi nasional. Namun pada tengah puncak pandemi, kebutuhan itu melonjak sampai di atas 1.000 ton per hari. Pasokan kacau-balau. Bukan hanya gas oksigennya yang menipis, pun tabung dan regulatornya tiba-tiba lenyap dari pasaran.
Kelangkaan itu tak melulu karena lonjakan kebutuhan pasien Covid-19. Sebagian warga yang cemas membeli tabung oksigen beserta isinya dan menyimpannya di rumah. Pada saat yang sama sejumlah pedagang menimbun tabung dan isinya, menahan, dan menjualnya dengan harga berlipat kali. Polri tidak tinggal diam. Sejumlah spekulan ditangkap.
Pemerintah pun menutup kran oksigen untuk industri. Semua produksi oksigen domestik diprioritaskan ke sektor medis. Sejumlah swasta menyumbangkan cadangan gas oksigennya ke pemerintah, seperti Group Gajah Tunggal dan Riau Pulp and Paper.
Pemerintah Australia, Tiongkok, dan Singapura membantu. Australia mengirim 1.000 unit ventilator yang diperlukan pasien Covid-19 dengan kategori berat. Tiongkok menyumbang 1.500 unit konsentrator oksigen, yakni mesin mungil yang bisa memproses udara menjadi oksigen 99 persen murni, yang langsung bisa dipakai pasien. Konsentrator oksigen itu cocok untuk pasien isolasi mandiri.
Melalui Dubes RI Suryopratomo, Singapura mengirim bantuan berupa 200 unit ventilator, 256 tabung kosong untuk oksigen cair. Semua bantuan itu sudah tiba di Jakarta pekan lalu, kecuali tanki oksigen cair dari Singapura yang akan tiba melalui Pelabuhan Tanjung Priok pada Rabu, 14 Juli 2021.
Pemerintah sendiri telah membeli 10 ribu unit konsentrator oksigen untuk penambahan kapasitas pada unit-unit layanan kesehatan. Tak cukup dengan itu, pemerintah juga sedang memborong 50 ribu tabung oksigen, yang nantinya akan dipinjamkan pada pasien yang menjalani isolasi mandiri. “Nantinya, kalau pandemi ini usai, tabung oksiden itu akan kita serahkan ke rumah sakit,” begitu kata Menko Luhut. Ia yakin, kekurangan oksigen teratasi pekan ini.
Tidak mau ambil risiko, menurut Menko Luhut, pemerintah juga telah mengimpor 40 ribu ton oksigen cair. “Ini untuk berjaga-jaga,” katanya. Tak ada jaminan bahwa pandemi Covid-19, yang secara global sedang melandai ini, tak akan mengalami lonjakan lagi. Varian Delta terbukti dapat menginfeksi negara-negara yang tingkat pelaksanaan vaksinasi tinggi.
‘’Di Inggris dan Amerika Covid-19 naik lagi,’’ ujarnya. Data epidemiologis menunjukkan kasus baru harian di kedua negara itu kembali naik ke level 30.000-an.
Akan halnya kekurangan tempat tidur perawatan, menurut Luhut, terus ditangani Kementerian Kesehatan dibantu Kementerian PUPR, BUMN, TNI-Polri, serta BNPB. Di Jakarta, kini Asrama Haji Pondok Gede telah beroperasi dan menambah kapasitas layanan kesehatan di DKI Jakarta dengan 774 bed dan high care unit (HCU) untuk pasien dengan gejala sedang-berat. Enam lantai Paviliun Kirana di RSCM juga sedang dipugar menjadi ruang rawat Covid-19 dengan 390 tempat tidur.
Sedangkan, kesulitan mengakses obat bagi pasien isolasi mandiri direspons dengan penyiapan pembagian 300 paket obat gratis. Sekitar 10 persen dari paket itu disediakan untuk pasien positif Covid-19 tanpa gejala. Yang 60 persen lainnya untuk pasien dengan gejala ringan, dan 30 persen lagi untuk pasien dengan keluhan ringan sampai sedang. Paket ini ditargetkan untuk membantu 210 ribu kasus aktif di lapangan. Petugas TNI-Polri-lah yang akan membantu pendistribusiannya.
Melengkapi langkah-langkah medis itu, Presiden Jokowi pun memerintahkan jajaran TNI-Polri agar menyiapkan paket-paket bantuan besar ukuran 5 kg dan 10 kg. Paket itu di luar 10 juta paket Program Keluarga Harapan (PKH), 18,8 paket kartu sembako, serta 10 juta bantuan sosial tunai (BST) terkait pandemi yang akan terus diberikan sampai Agustus 2021.
Bantuan sekantung beras itu digunakan untuk situasi emergency, jika ada warga masyarakat yang benar-benar terhimpit kekurangan sembako. Sifat pemberiannya bisa sewaktu-waktu. ‘’Presiden tidak mau ada warga yang sampai kelaparan di tengah pandemi ini,’’ kata Menko Luhut.
Secara umum, menurut Menko Luhut, situasi terkendali. ‘’Presiden in charge, kendalikan semua. Arahannya jelas dan kita semua sedang melaksanakan.”
Penulis : Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari