Indonesia.go.id - Ekspor Terbesar Indonesia dari Produk Manufaktur

Ekspor Terbesar Indonesia dari Produk Manufaktur

  • Administrator
  • Jumat, 23 Juli 2021 | 08:38 WIB
INDUSTRI
  Ilustrasi. Industri manufaktur berkontribusi baik bagi pertumbuhan ekonomi. ANTARA FOTO
Sektor industri pengolahan menunjukkan kinerja ekspor yang kian membaik di tengah tekanan pandemi. Industri pengolahan memberikan kontribusi paling tinggi dari total ekspor nasional.

Kementerian Perindustrian fokus untuk menjalankan kebijakan hilirisasi industri. Pasalnya, usaha itu memberikan dampak luas bagi perekonomian nasional. Efek positif itu, antara lain, meningkatkan nilai tambah bahan baku lokal, menambah serapan tenaga kerja, dan menghasilkan devisa dari ekspor.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menekankan perlunya transformasi ekonomi dari sumber daya alam menjadi industri bernilai tambah sebagai program prioritas. Harapannya, Indonesia tidak lagi menjadi negara pengekspor bahan mentah, tetapi produk jadi atau barang setengah jadi.

Dalam catatan Kementerian Perindustrian, pada Januari-Mei 2021, sektor industri pengolahan kembali menunjukkan kinerja ekspor yang kian membaik di tengah tekanan pandemi, dengan mencatatkan nilai sebesar USD66,70 miliar atau naik 30,53% dari periode yang sama pada 2020. Industri pengolahan memberikan kontribusi paling tinggi, yakni 79,42% dari total ekspor nasional yang menembus USD83,99 miliar selama lima bulan ini.

“Capaian tersebut menunjukkan bahwa ekspor Indonesia didominasi oleh produk hasil pengolahan,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta 25 Juni 2021.

Besarnya proporsi ekspor produk industri pengolahan ini sekaligus menggambarkan bahwa telah terjadi pergeseran ekspor Indonesia, dari komoditas primer menjadi produk manufaktur yang bernilai tambah tinggi. Perlu diketahui, pada Mei 2021, sektor industri makanan kembali menjadi penyumbang devisa terbesar dari ekspor industri pengolahan nonmigas, yaitu sebesar USD3,25 miliar. Kemudian diikuti oleh sektor logam dasar (USD2,34 miliar), bahan kimia dan barang dari bahan kimia (USD1,49 miliar), komputer, barang elektronik, dan optik (USD633,9 juta), serta kertas dan barang dari kertas (USD580,6 juta).

Dilihat dari faktor pembentuknya, nilai ekspor sektor industri makanan pada Mei 2021 didominasi oleh komoditas minyak kelapa sawit sebesar USD2,25 miliar, atau memberi kontribusi sebesar 69,13%, naik dibandingkan April 2021 yang mencapai 61,67%. Terjadi peningkatan kapasitas produksi industri pengolahan kelapa sawit dan turunannya, yaitu produk minyak goreng sawit, lemak padatan pangan, bahan kimia, bahan bakar terbarukan/Biodiesel FAME, dan material canggih substitusi petro-based material.

Perbandingan rasio ekspor bahan baku dengan produk turunan pada 2010, yakni 80%:20%. Sedangkan, pada 2020, perbandingannya menjadi 12%:88%. “Ini merupakan indikator keberhasilan program hilirisasi industri,” ungkap Menperin.

Indonesia telah bertransfomasi tidak hanya mengandalkan ekspor komoditas mentah CPO/CPKO, tetapi menjadi pengekspor produk hilir bernilai tambah. Ekspor bahan baku CPO/CPKO berkurang karena diproses dan diekspor sebagai produk hilir, termasuk bahan.

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Abdul Rochim menyampaikan, pada periode 2020, sektor industri hilir minyak sawit menunjukkan kinerja produksi dan ekspor yang tinggi. Nilai ekspornya mencapai USD22,73 miliar. Ekspor bahan baku CPO juga berkurang karena diproses dan diekspor sebagai bahan baku Biodiesel Program B30.

“Program hilirisasi industri minyak sawit merupakan salah satu contoh sukses industrialisasi sumber daya alam yang menciptakan nilai tambah di dalam negeri, sekaligus menjadi andalan devisa negara,” tuturnya.

Perlu diketahui, komoditas kelapa sawit dan minyak kelapa sawit semakin digemari pasar global untuk keperluan 6F, yakni food (pangan), fuel (bahan bakar terbarukan), fine chemical (sabun dan personal wash), fito-nutrient (vitamin dan nutrisi), feed (pakan ternak), dan fiber (serat untuk material baru). Dan Indonesia telah mengembangkan industri hilir untuk mengolah minyak sawit menjadi aneka produk hilir bernilai tambah tinggi.

Selain itu jenis ragam produk hilir yang dihasilkan industri dalam negeri, dari yang semula 126 produk pada 2014, meningkat menjadi 170 produk pada 2020, yang didominasi oleh produk bahan pangan dan bahan kimia dari sumber terbarukan.

Di sisi lain, ekspor perhiasan pada 2020 mencapai USD1,47 miliar. Industri perhiasan emas memiliki nilai ekonomi yang sangat besar bila dilihat dari hulu sampai hilir. Indonesia menduduki peringkat keenam dunia untuk produksi perhiasan emas.

Hilirisasi di sektor itu juga mendukung penyerapan tenaga kerja. Sebagai industri yang padat modal sekaligus padat karya, industri perhiasan emas dapat menyerap sebanyak 21.269 tenaga kerja untuk produksi eksisting sebanyak 47,5 ton.

 

 

Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari