Indonesia.go.id - Merdeka Ekspor Produk Pertanian, Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Petani

Merdeka Ekspor Produk Pertanian, Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Petani

  • Administrator
  • Kamis, 19 Agustus 2021 | 12:43 WIB
PERTANIAN
  Suasana pelepasan ekspor komoditas pertanian Kalbar di terminal peti kemas Pelabuhan Dwikora, Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu (14/8/2021). ANTARA FOTO/ Jessica H Wuysang
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mampu bertahan dari hantaman pandemi Covid-19. Buktinya, nilai ekspor pertanian pada dua tahun terakhir terus mengalami peningkatan.

Presiden Joko Widodo melepas ekspor komoditas pertanian secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, pada Sabtu, 14 Agustus 2021. Ekspor dilaksanakan secara serentak dari 17 pintu ekspor Indonesia dan akan dikirimkan ke 61 negara tujuan ekspor seperti Tiongkok, Amerika Serikat, India, Jepang, Korea Selatan, Thailand, Malaysia, Inggris, Jerman, Rusia, Uni Emirat Arab, dan Pakistan.

Ekspor dilepas dari 17 lokasi, antara lain Pelabuhan Tanjung Perak dengan nilai ekspor Rp1,3 triliun, Bandara Soekarno Hatta Rp40,36 miliar, Pelabuhan Laut Dwikora Rp194,31 miliar, Pelabuhan Pelindo 1 Rp1 triliun, Pelabuhan Belawan Rp431,6 miliar, Pelabuhan Tanjung Priok Rp435,1 miliar, dan Pelabuhan Tanjung Emas Rp400,57 miliar. Adapun 10 lokasi lain berada di Balikpapan, Bandar Lampung, Padang, Batam, Makassar, Banjarmasin, Palembang, Jambi, Tanjung Balai, dan Manado.

“Hari ini kita akan lakukan ekspor komoditas pertanian secara serentak dari 17 pintu ekspor melalui bandar udara dan pelabuhan laut di berbagai daerah di Indonesia sebagai momentum penguatan ekspor komoditas pertanian Indonesia dan menandai kebangkitan ekonomi nasional di tengah pandemi,” ujar Presiden Jokowi dalam sambutannya.

Presiden Joko Widodo dalam pidatonya juga mengatakan bahwa sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mampu bertahan dari hantaman pandemi Covid-19. Hal itu di antaranya tampak dari terus meningkatnya nilai ekspor pertanian pada dua tahun terakhir. Pada 2020, ekspor mencapai Rp451,8 triliun, naik 15,79 persen dibandingkan pada 2019 yang angkanya mencapai Rp390,16 triliun. Dan, pada semester pertama 2021, dari Januari--Juli 2021, ekspor mencapai Rp282,86 triliun, naik 14,05 persen dibandingkan periode yang sama pada 2020, yaitu sebesar Rp202,05 triliun.

Menurut Presiden Jokowi, peningkatan ekspor komoditas pertanian tersebut turut berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani. Hal tersebut, antara lain, ditunjukkan dengan nilai tukar petani yang terus membaik. Presiden Jokowi juga meminta agar para petani disambungkan dengan rantai pasok baik nasional maupun global. Dengan demikian, para petani dan pelaku-pelaku usaha pertanian dapat dengan mudah mengekspor produknya, sehingga bisa berkembang menjadi sentra-sentra produksi pertanian yang berorientasi ekspor.

“Pada Juni 2020 nilai tukar petani berada di angka 99,60, secara konsisten meningkat hingga Desember 2020 mencapai 103,25 dan Juni 2021 mencapai 103,59. Menurut saya ini sebuah kabar yang baik yang bisa memacu semangat petani-petani kita untuk tetap produktif di masa pandemi,” jelas Presiden Jokowi.

Terkait dengan ekspor beras yang mulai dilakukan, antara lain, ke Arab Saudi, Presiden Jokowi meminta jajarannya agar melakukan kalkulasi secara cermat sehingga stok beras untuk kebutuhan dalam negeri bisa tetap diamankan. “Kalau memang dihitung betul beras kita ini berlebih dan mampu kita ekspor, ya ekspor saja. Tetapi, sekali lagi, dikalkulasi, dihitung bahwa benar-benar stok yang ada itu cukup untuk kebutuhan dalam negeri terlebih dahulu. Artinya, kebutuhan dalam negeri didahulukan, kalau hitung-hitungan ada sisa, silakan diekspor,” ungkapnya.

Pada kesempatan tersebut, Presiden Jokowi juga meminta para kepala daerah untuk menggali potensi ekspor di daerahnya masing-masing. Presiden Jokowi pun menginstruksikan agar komoditas-komoditas pertanian yang potensial untuk dikembangkan segera digarap. Tak hanya itu, Presiden Jokowi juga mengingatkan agar petani diperkuat dengan akses permodalan, inovasi teknologi, dan pendampingan.

Presiden Jokowi mengatakan, dirinya sudah banyak berbicara dengan dirut-dirut perbankan agar pertanian mendapatkan perhatian khusus karena kini ada kesempatan. Ia mencontohkan, produk porang. Ada pasar yang besar yang bisa dimasuki. Tetapi ia berharap ekspornya jangan mentahan, apalagi masih dalam bentuk umbi-umbian. “Ya paling tidak sudah dalam bentuk tercacah, atau syukur bisa barang jadi atau beras porang yang sudah jadi. Target kita memang hilirisasi,” tegasnya.

Presiden juga meminta agar para petani disambungkan dengan rantai pasok baik nasional maupun global. Dengan demikian, para petani dan pelaku-pelaku usaha pertanian dapat dengan mudah mengekspor produknya, sehingga bisa berkembang menjadi sentra-sentra produksi pertanian yang berorientasi ekspor.

“Saat ini dari 514 kabupaten/kota di seluruh Indonesia, baru 293 kabupaten/kota yang memiliki sentra komoditas pertanian unggulan ekspor, baik itu produk sawit, karet, kopi, dan beberapa komoditas lain yang diminati pasar global. Masih banyak komoditas yang sangat potensial untuk dikembangkan” jelasnya.

Sejumlah komoditas pertanian lainnya yang masih memiliki potensi untuk diekspor, antara lain sarang burung walet, porang, minyak atsiri, bunga melati, tanaman hias, dan edamame. Namun, Presiden Jokowi mengingatkan, tidaklah cukup hanya fokus dalam peningkatan produksi. Yang juga penting menurut Presiden Jokowi adalah penguasaan teknologi untuk meningkatkan produktivitas.

“Melakukan hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah dan menghitung skala ekonomi dengan klasterisasi, ini penting sekali, serta melakukan mekanisasi pengembangan produk dan juga promosi produk berbasis digital. Ini juga harus kita kembangkan agar produk-produk pertanian kita makin dikenal luas dan makin kompetitif,” paparnya.

Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menjelaskan bahwa nilai total ekspor dalam kegiatan yang bertajuk Merdeka Ekspor Pertanian 2021 tersebut mencapai Rp7,29 triliun, meliputi komoditas yang pertama perkebunan 564,6 juta ton, tanaman pangan 4,3 juta ton, hortikultura 7,2 juta ton, peternakan 4,0 juta ton, dan beberapa komoditas lainnya.

Menteri Pertanian mengatakan, pemerintah sedang mulai menguji coba ekspor beras ke Arab Saudi dalam program Merdeka Ekspor 2021. "Oleh karena itu kami hari ini, kami lepas ekspor ke Saudi Arabia sebagai uji coba beras, ekspor daging ayam ke Jepang, Timor Leste, Qatar, UEA," ucap Syahrul.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pernah memastikan stok beras nasional surplus 10,2 juta ton per akhir Juli 2021. Hal itu terjadi karena produksi padi petani lokal pada sepanjang Januari--Juli 2021 berhasil mencapai 17,5 juta ton dan sisa stok beras tahun kemarin sebanyak 7,3 juta ton. Di tengah kondisi itu, konsumsi beras untuk periode sama Januari--Juli hanya tercatat 14,6 juta ton.

Ia juga mengungkapkan kemungkinan pasokan beras akan bertambah lagi karena petani mampu memproduksi 14 juta ton beras pada paruh kedua tahun ini. Angka itu diperoleh berdasarkan perhitungan kementeriannya.

Produksi tersebut sedikit banyak akan menambal konsumsi semester kedua yang diperkirakan sebanyak 18 juta ton beras. Dengan proyeksi itu, pihaknya memperkirakan stok beras nasional masih surplus 6,2 juta ton beras sampai akhir tahun nanti.

 

 

Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari