Indonesia.go.id - Langkah Cepat Menghalangi Penyebaran Omicron

Langkah Cepat Menghalangi Penyebaran Omicron

  • Administrator
  • Kamis, 2 Desember 2021 | 13:34 WIB
COVID-19
  Vaksin jadi AstraZeneca dan Covovax tiba di Bandara Soekarno-Hatta Sabtu (28/11/2021). Kedatangan Vaksin Covovax ini untuk memperkuat pencapaian vaksinasi untuk tercapainya herd immunity. INFOPUBLIK
Varian telah baru ditemukan. Sejumlah otoritas di dunia pun mengambil kebijakan antisipatif demi menghalangi penyebaran Omicron. Gerak cepat juga ditunjukkan para pelaku di dunia farmasi.

Dunia beberapa pekan belakangan seolah kembali disentak oleh temuan varian baru Covid-19 yang disebutkan memiliki daya tular jauh lebih tinggi dibandingkan varian awal yang ditemukan di Wuhan, Tiongkok, pada penghujung 2019. Langkah cepat pun diambil oleh banyak otoritas di dunia demi mencegah penyebaran varian baru itu.

Diketahui, pada Jumat (26/11/2021), Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) telah mengumumkan bahwa varian baru Covid-19 bernama Omicron ditemukan di Afrika Selatan. Varian yang diberi kode B.1.1.529 itu digolongkan ke dalam kategori variant of concern karena dianggap lebih menular.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, jumlah kasus baru Covid-19 meningkat drastis di Afrika Selatan dalam beberapa pekan terakhir yang bersamaan dengan penemuan varian tersebut. WHO pun menerangkan, varian baru ini memiliki sejumlah besar mutasi, yang beberapa di antaranya merisaukan.

Selain itu, WHO juga menyebutkan, bukti awal menunjukkan bahwa varian ini lebih meningkatkan risiko reinfeksi jika dibandingkan dengan varian lain. Menghadapi kondisi tersebut, sejumlah otoritas negara dunia bergegas mengambil langkah.

Sebut saja otoritas di Inggris yang baru saja mengumumkan langkah-langkah baru untuk mencoba memperlambat penyebaran varian Omicron. Langkah-langkah pencegahan penyebaran varian Omicron itu disampaikan langsung Perdana Menteri Boris Johnson.

Di antaranya memerintahkan agar kedatangan dari semua negara harus mengisolasi diri sampai menerima hasil negatif dari tes PCR. Lalu, masker pun harus dipakai dalam pengaturan ritel. Selain sudah waktunya untuk meningkatkan suntikan booster.

"Kita perlu mengulur waktu bagi para ilmuwan kita untuk memahami dengan tepat apa yang sedang kita hadapi," katanya dalam konferensi pers, seperti dilansir Reuters, Minggu (28/11/2021).

Sementara bagi mereka yang terlibat kontrak dengan pasien positif diduga varian Omicron, menurut Johnson, harus karantina mandiri selama 10 hari. Masker juga wajib dipakai di berbagai toko dan transportasi umum. Masker boleh dilepaskan saat di restoran maupun di pub.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Sajid Javid mengkonfirmasi, ada dua kasus varian Omicron di Inggris, di mana keduanya saling terkait karena melakukan perjalanan ke Afrika Selatan.

Satu kasus terdeteksi di Inggris tengah, yakni kota Nottingham, dan lainnya di Chelmshofrd, timur London.

Tak hanya Inggris, Omicron juga terdeteksi di beberapa negara Eropa lainnya. Yakni, Belgia, Jerman, Italia, dan Belanda. Temuan itu didapati setelah negara-negara itu secara intensif melakukan tes pengurutan keseluruhan genom (whole genome sequencing/WGS) untuk mendeteksi risiko masuknya varian Covid-19, Omicron.

Otoritas Belgia menjadi negara pertama di Eropa yang mengumumkan deteksi kasus Omicron atau varian B.1.1.529 dari Afrika di negaranya. Pihak berwenang di sana menuturkan, kasus Covid-19 varian Botswana itu menjangkit seorang perempuan dewasa muda yang belum divaksinasi.

Pasien tersebut baru tiba dari dari Mesir melalui Turki. Setelah 11 hari kembali, ia mengalami gejala ringan seperti flu. Pasien tersebut kemudian dites dan dinyatakan positif Covid-19 pada Senin (22/11/2021).

Terkait itu, perdana Menteri Belgia Alexander De Croo mengumumkan bahwa klub malam, bar, serta restoran harus tutup pukul 11 malam. Kapasitas tempat tersebut juga dibatasi maksimal enam orang per meja selama tiga minggu ke depan.

Di negara tetangganya, Belanda, langkah cepat diambil terhadap dua penerbangan dari Afrika Selatan pada Jumat lalu. Total ada 61 orang dari dua penerbangan itu yang melewati pengujian lebih lanjut untuk melihat apakah mereka terinfeksi dengan Covid-19 varian Botswana atau Omicron.

Otoritas kesehatan Belanda (NZa) pada Sabtu (27/11/2021) menyatakan, mungkin saja ada di antara 61 dalam penerbangan itu yang positif Covid-19 itu terjangkit Omicron. Para penumpang dalam penerbangan itu sendiri menjalani karantina di sebuah hotel dekat Bandara Schiphol, Amsterdam.

Sebagai langkah lanjut bagi mereka yang positif wajib karantina di hotel selama tujuh hari bila menunjukkan gejala, dan lima hari jika tak ada gejala. Sementara penumpang yang hasil tesnya negatif harus tetap di Belanda, dan melakukan isolasi mandiri di rumah.

Sementara itu, pada Sabtu (27/11/2021), Jerman mengumumkan konfirmasi dua kasus varian Covid-19 Omicron. Pasien itu diketahui tiba dari penerbangan Afrika Selatan ke Bandara Munich, Jerman. "Dua suspek kasus varian virus baru Omicron yang diklasifikasi oleh Badan Kesehatan Dunia sebagai variant of concern telah dikonfirmasi di Bavaria," demikian pernyataan Kemenkes di negara bagian selatan Jerman.

Jubir Kemenkes negara itu mengatakan, dua suspek itu proaktif memberitahukan kondisinya ketika mendapat kabar soal varian dari kawasan Afrika. Selain di Bavaria, di negara bagian Hesse, otoritas juga mendapati suspek Omicron dari orang yang baru melakukan perjalanan di Afrika Selatan.

Pemerintah Italia juga telah mengumumkan konfirmasi kasus Omicron pertama pada Sabtu lalu. Kasus Omicron nomor satu di Italia itu diketahui baru saja melakoni perjalanan ke Mozambik.

Italia juga telah melakukan pelarangan masuk bagi mereka yang datang dari selatan Afrika. Penerbangan-penerbangan dari wilayah itu pun sudah dibatalkan. Sementara bagi penduduk Italia yang dalam dua pekan ke belakang melakoni perjalanan ke Afrika bagian selatan itu diminta melapor ke petugas setempat, melakukan isolasi 10 hari, dan dites Covid-19 kembali.

Kemudian, rumah sakit regional di sebuah kota bagian utara Ceko, Liberec, juga mengonfirmasi infeksi varian Omicron pada seorang pasien perempuan. Menurut Perdana Menteri Ceko Andrej Babis, perempuan itu diketahui baru melakoni perjalanan ke Namibia. Ia kembali ke Ceko via Afrika Selatan dan Dubai. Babis mengatakan, perempuan itu sendiri telah lengkap divaksinasi Covid-19, dan diketahui sejauh ini bergejala ringan saja.

Tak hanya dibelahan Eropa, langkah cepat juga diambil Pemerintah Indonesia. Mengantisipasi masuknya varian Omicron, terhitung mulai 29 November 2021, larangan masuk diberlakukan bagi WNA dengan asal keberangkatan dari sejumlah negara tertentu, yakni Afrika Selatan dan Nigeria.

Di Indonesia, angka Covid-19 boleh dikatakan sudah sangat landai. Penambahan kasus per hari berada di angka sekitar 300-400 kasus dengan angka fatalitas sekitar belasan kasus setiap harinya. Keberhasilan menekan angka penularan Covid-19 di Indonesia mendapat apresiasi dari banyak pihak, setelah beberapa bulan berselang lonjakan penularan virus terjadi di tanah air.

 

Peran Dunia Farmasi

Tak hanya melakukan antisipasi penyebaran varian baru Omicron dengan menerbitkan kebijakan yang intinya membatasi mobilitas warga dari sejumlah negara, langkah antisipasi juga dilakukan para pelaku di dunia farmasi. Seperti yang dilakukan Novavax Inc.  

Perusahaan farmasi tersebut tengah mengembangkan vaksin untuk varian Omicron. Novavax Inc mulai mengerjakan versi vaksin yang menargetkan varian Omicron dan akan menyiapkan suntikan untuk pengujian dan pembuatannya dalam beberapa minggu ke depan. 

Pengembang vaksin mengeklaim, telah memulai mengembangkan protein lonjakan khusus berdasarkan urutan genetik varian yang diketahui, B.1.1.529. “Pekerjaan awal akan memakan waktu beberapa minggu,” kata juru bicara perusahaan, dilansir dari CNA, Minggu (28/11/2021).

Saham perusahaan ditutup naik hampir 9 persen pada 26 November 2021. Novavax menyebutkan, akan mengajukan persetujuan AS pada akhir tahun. Pengajuan persetujuan juga dilakukan dengan European Medicines Agency dan Kanada.

Novavax Inc diketahui telah telah memulai pembuatan vaksin virus Corona sejak Januari 2020. Empat bulan kemudian, perusahaan yang bermarkas di Maryland itu melancarkan uji coba klinis untuk vaksin. Selanjutnya, pada Juli, Pemerintah Amerika Serikat memberikan dana sebesar 1,6 miliar USD untuk mendukung uji coba dan pembuatan vaksin.

Selanjutnya, uji coba tahap II pun dilakukan terhadap 2.900 warga Afrika Selatan, pada Agustus. Sebulan setelahnya, Novavax melangsungkan uji coba tahap III di Inggris terhadap 15.000 sukarelawan. Uji coba di Inggris ini dilanjutkan terhadap 30.000 masyarakat Inggris. Uji coba ditunda karena adanya masalah pembuatan dosis untuk penelitian.

Hasil uji coba vaksin Novavax di Inggris menunjukkan efikasi atau kemanjuran sebesar 89%. Angka ini diperoleh selama tujuh hari setelah penerima vaksin menerima dua dosis vaksin. Namun, di Afrika Selatan, kemanjuran vaksin adalah 60% pada seseorang tanpa HIV.

Perbedaan tingkat kemanjuran di Inggris dan Afrika Selatan diyakini disebabkan lingkungan sosial ekonomi yang dapat memengaruhi kekuatan penularan oleh SARS COV-2 serta perbedaan varian virus korona yang berkembang di masing-masing negara. Varian virus tersebut memengaruhi kerentanan terhadap antibodi dalam tubuh seseorang, baik dari bentukan vaksinasi ataupun oleh infeksi alami.

Berdasarkan bukti ilmiah, vaksin Novavax adalah vaksin pertama yang dapat melindungi orang dari varian yang beredar di Afrika Selatan. Meskipun kemanjuran vaksin Novavax hanyalah 60% terhadap semua penyakit Covid-19 yang parah, angka efikasi tersebut telah melampaui kriteria dari World Health Organization (WHO) dan badan otoritas lainnya.

Berbeda dari jenis vaksin lainnya, vaksin keluaran Novavax dibuat dengan teknologi yang lebih baru, yakni berbasis protein. Vaksin Novavax bekerja dengan mengajarkan sistem kekebalan untuk membuat antibodi terhadap protein lonjakan tersebut.

Tak hanya Novavax, pengembang vaksin lain, termasuk BioNTech, Moderna, dan Johnson & Johnson, juga tengah menguji efektivitas suntikan vaksinnya terhadap varian baru ini.

Perusahaan farmasi BioNTech dan Moderna berencana memperbarui vaksin Covid-19 buatan mereka agar dapat lebih efektif melawan varian Omicron atau B.1.1.529 yang kini menjadi perhatian dunia.

BioNTech, salah satu perusahaan yang berkolaborasi dengan Pfizer dalam membuat vaksin, menyampaikan pihaknya membutuhkan lebih banyak data untuk menentukan apakah perusahaan itu perlu membuat memperbarui vaksinya agar efektif melawan Omicron.

BioNtech berharap data-data baru soal Omicron ini bisa didapat dalam dua minggu ke depan agar mempercepat keputusannya. "Kami mengerti kekhawatiran pakar (terkait Omicron) dan telah memulai penyelidikan terkait varian B.1.1.529," kata perusahaan BioNTech, seperti dikutip dari Reuters.

Pfizer dan BioNTech mengatakan, jika diperlukan mereka memperkirakan dapat memproduksi vaksin yang telah diperbarui itu dalam waktu sekitar 100 hari. BioNTech juga mengeklaim mereka dapat mendesain ulang vaksin mereka dalam waktu enam minggu.

Sementara itu, Moderna menyampaikan pihaknya tengah mengerjakan pengembangan vaksin booster untuk menghadapi varian Omicron. Mereka juga tengah melakukan pengujian dosis yang lebih tinggi terhadap vaksin yang tersedia sekarang.

Moderna mengatakan, pihaknya juga tengah mempelajari kandidat vaksin booster lain untuk melindungi beragam varian virus corona. "Dosis booster dari vaksin resmi merupakan satu-satunya strategi yang tersedia saat ini untuk meningkatkan kekebalan tubuh yang berkurang," kata Moderna.

Adapun perusahaan Inovio Pharmaceuticals Inc mengaku telah mulai menguji kandidat vaksinnya, INO-4800, untuk mengevaluasi efektivitasnya terhadap varian baru. Perusahaan itu memperkirakan, pengujian akan memakan waktu sekitar dua minggu.

Inovio sendiri mengeklaim tengah merancang kandidat vaksin baru yang secara khusus menargetkan Omicron. Awal bulan ini, Inovio melanjutkan uji coba tahap akhir vaksinnya di Amerika Serikat setelah 14 bulan ditahan secara klinis.

 

 

Penulis: Ratna Nuraini
Redaktur: Elvira Inda Sari