Indonesia.go.id - Menguatkan Peran Pemuda di Era Digital

Menguatkan Peran Pemuda di Era Digital

  • Administrator
  • Jumat, 25 Februari 2022 | 07:37 WIB
G20
  Petani Milenial memanfaatkan aplikasi digital di lahan pertanian desa Suntenjaya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. AGRO JABAR
Anak-anak muda adalah agen perubahan karena kemampuan adaptif mereka terhadap perkembangan teknologi digital dan mampu mentransformasikannya sebagai sebuah kekuatan ekonomi digital.

Indonesia memiliki kesempatan untuk menunjukkan kepada dunia akan kemampuan para pemudanya dalam mengembangkan teknologi digital untuk ikut membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat secara nasional dan dapat diadaptasi secara global.

Demikian yang terungkap dari kegiatan West Java Urban 20 Talks bertema "Kota, Desa, dan Pemuda di Era Digital" yang digelar di Bandung, Jawa Barat, Kamis (24/2/2022) malam. Dalam sambutannya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemuda merupakan lokomotif perubahan dan diharapkan sebagai agent of change untuk mentransformasikan ekonomi digital secara tepat sasaran.

Airlangga mengatakan, saat ini Indonesia berada pada bagian awal dari gelombang pertama digitalisasi. Berbarengan dengan peningkatan infrastruktur di sektor 5G, internet of thing (IoT), block chain, kecerdasan buatan (artificial intellegent), dan komputasi awan (cloud computing). Ini tentu dibutuhkan dan perlu dikuasai oleh masyarakat terutama para pemuda yang disiapkan untuk mengalami gelombang kedua dari ekonomi digital.

Perkembangan pesat era digital di tanah air juga diakui oleh T20 Lead Co-Chair, Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro. Menurutnya, teknologi digital yang digerakkan oleh anak-anak muda penuh ide kreatif dan segar baik di desa maupun perkotaan telah membantu banyak pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk bangkit dan kembali bergerak roda ekonominya.

Mantan Menteri Riset dan Teknologi Indonesia/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Indonesia Kabinet Indonesia Maju ini menyoroti terselamatkannya usaha para pelaku UMKM. Selama pandemi, para pelaku UMKM yang merupakan tulang punggung perekonomian nasional ini diselamatkan dengan adanya teknologi digital. Lewat digitalisasi tadi, pelaku UMKM dapat menjangkau pasar lebih luas dengan jumlah konsumen yang lebih banyak.

Teknologi digital juga sudah diterapkan dalam sejumlah layanan masyarakat termasuk sektor transportasi umum dan kesehatan. Bambang menilai, kecenderungan itu disebabkan oleh kemampuan anak-anak muda di belakang layar pengembangannya karena lebih adaptif dalam mengantisipasi perkembangan teknologi digital.

Doktor Ekonomi Pembangunan pada  University of Illinois ini  mengakui jika bicara riset teknologi digital, Indonesia pasti kalah dengan Tiongkok dan Amerika Serikat. "Namun yang harus kita angkat adalah kearifan lokal berbasis digital. Bagaimana digital itu membantu dan membuat masyarakat sejahtera," ujar Bambang.

Senada dengan Bambang, Gubernur Jabar Ridwan Kamil menjelaskan bahwa pihaknya memiliki program petani milenial. Ia mengajak anak-anak muda di kota untuk kembali ke desa dan merebut cuan dari desa.

"Di Jabar ada petani milenial, saya ajak anak-anak kota membangun desa dan meraih rezeki dari desa. Mengapa pangan? Karena selama pandemi ada tiga sektor yang tidak pernah turun permintaannya yakni pangan, kesehatan, dan digital. Kita juga ada program satu pesantren satu produk, satu desa satu bisnis. Semua benang merahnya adalah digital," rincinya.

Pihaknya juga menyiapkan akses digital di desa lewat Program Desa Digital tadi. Saat ini sebanyak 35 juta warga di Bumi Pasundan sudah terhubung dengan internet dan 80 persen di antaranya memakai sarana handphone. Sehingga bukan lagi sebagai alat komunikasi saja, namun handphone sudah menjadi alat produksi.

Ridwan yang merupakan pakar teknologi urban ini menambahkan, pandemi juga telah melahirkan banyak ide bagi daerah untuk mengembangkan diri meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Di Jabar ada Pikobar atau Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar.

Emil, demikian ia biasa disapa, mengatakan ketika di awal pandemi pihaknya kerap kerepotan untuk melayani aneka pertanyaan masyarakat Jabar seputar perkembangan kasus Covid-19. Demikian pula keinginan untuk menolong dan memberikan bantuan, atau sekadar ingin tahu tempat-tempat untuk melakukan rapid test, layanan telemedisin atau cara mendapatkan bantuan sosial (bansos).

Lewat Pikobar, semua dibuat jadi satu pintu dan telah dimanfaatkan oleh jutaan orang di mana di dalamnya sudah ada fitur-fitur sesuai dengan permasalahannya. Semua teknologi ini dikembangkan oleh anak-anak muda Jabar.

Hal serupa juga terjadi di Jakarta di mana lewat aplikasi Jakarta Kini atau Jaki, masyarakat dapat melakukan 80 jenis layanan kemasyarakatan dan tergabung ke dalam platform besar Jakarta Smart City. Jaki juga telah terintegrasi dengan PeduliLindungi.

Selain itu selama pandemi Jakarta juga mengembangkan akses internet gratis di lebih dari 9.250 titik lewat JakWIFI dan telah dimanfaatkan oleh lebih dari 24 juta orang. Aplikasi Jaki juga telah mendapat ASEAN ICT Award 2021 untuk kategori Public Sector di mana finalisnya yaitu Jakarta, Singapura dan Kamboja.  

Penghargaan internasional bergengsi juga telah diterima oleh pihak Ridwan lewat Program Desa Digital Jabar. Program ini memenangi penghargaan kategori Digital Equity and Accessibility dalam ajang IDC Smart City Asia Pacific Award 2020.

Ridwan berpendapat, digitalisasi di Indonesia akan melampaui zamannya asalkan ekosistem seperti peraturan, political will para pemimpin mau merangkul pemuda. Ridwan dan Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan dalam forum "Urban 20 Talks" tersebut mengakui bahwa digitalisasi yang dilakukan di daerah mereka tak lepas dari peran anak-anak muda karena kemampuan adaptif mereka dalam mengembangkan teknologi digital. 

Pandemi juga mesti diartikan sebagai cara bagi para penyelenggara pemerintahan melakukan perubahan yang dipercepat untuk semakin meningkatkan pelayanan yang serba digital. Lantaran mengurangi interaksi dan bagi masyarakat terjadi perluasan akses. Ini bisa menjadi contoh bagi negara-negara G20 untuk diterapkan di masa depan sebagai sebuah tren.

 

Komunike U20

Dalam kesempatan itu Anies selaku Co-Chair Urban 20 bersama Ridwan, menjelaskan mengenai mekanisme Urban 20 atau U20 yang akan berpuncak pada U20 Mayors Summit 2022. U20 akan menggelar sejumlah pertemuan teknis di tingkat working level difasilitasi C40, sebuah organisasi berisi pemerintahan 40 kota dunia dan United Cities and Local Government (UCLG).

Hasil pertemuan teknis ini akan dibawa untuk dibahas pada U20 Mayors Summit 2022 sekaligus sebagai best practice kota-kota di dunia untuk saling bertukar pikiran dan pengalaman. U20 sendiri muncul pada G20 2018 di Buenos Aires, Argentina dan menjadi wadah para pemimpin pemerintahan perkotaan negara-negara G20 untuk membahas masalah-masalah yang menjadi pencetus di sebuah negara.

Dalam setiap pembahasan dan percakapan para pemimpin negara-negara G20 mengenai masalah-masalah nasional selalu bermuara dari apa yang terjadi di wilayah perkotaan. Misalnya pencemaran lingkungan hidup yang telah menguat sebagai masalah global.

Semua diawali dari urbanisasi dan industrialisasi di perkotaan dan berdampak kepada pencemaran lingkungan. Inilah yang kemudian menjadi pemikiran Mauricio Macri, Presiden Argentina ketika menjadi Presidensi G20 2018. Ia adalah mantan Wali Kota Buenos Aires yang memahami permasalahan perkotaan..

Terdapat enam masalah penting yang akan diangkat oleh para pemimpin pemerintahan kota negara-negara G20 dalam pertemuan Urban 20 Mayors Summit 2022, yakni pemulihan ekonomi untuk semua (economy recovery for all), dan untuk perkotaan adalah pemenuhan hunian produktif terjangkau, energi baru terbarukan, mobilitas penduduk, kesehatan mental dan ketahanan terhadap pandemi, serta masa depan pekerjaan.

Apabila disepakati dalam U20 Mayors Summit 2022, tema tersebut akan menjadi komunike bersama untuk dibawa ke tingkat KTT G20. Komunike kemudian diserahkan kepada Presidensi G20 Indonesia dan akan disepakati untuk kemudian dilaksanakan di seluruh negara anggota G20.

 

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Elvira Inda Sari