Indonesia.go.id - Ekonomi Indonesia Tetap kuat di Tengah Terpaan Global

Ekonomi Indonesia Tetap kuat di Tengah Terpaan Global

  • Administrator
  • Selasa, 19 April 2022 | 21:16 WIB
PERTUMBUHAN EKONOMI
  Ilustrasi. Ekonomi membaik. Terlihat dari nilai tukar rupiah masih sebatas normal, depresiasinya tidak sedalam negara lainnya, seperti Malaysia, Thailand, dan India. ANTARA FOTO/ Muhammad Adimaja
Kendati tetap mewaspadai gejolak eksternal, stabilitas sistem keuangan Indonesia dalam kondisi normal.

Kini, wajah pelaku bisnis bisa jadi tengah semringah. Pasalnya, laporan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memberikan jaminan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat, termasuk selama kuartal pertama tahun ini.

Wajar saja muncul kekhawatiran dari pelaku bisnis terhadap kondisi perekonomian global yang suram, menyusul pecah perang di dataran Eropa antara Rusia dan Ukraina, termasuk dampak dari wabah Covid-19.

Dampak dari perang Rusia dan Ukraina, mulai terlihat dengan kebijakan bank sentral AS (The Fed) yang melakukan aksi berupa menaikkan suku bunga. Sejumlah tekanan eksternal itu tak meluruhkan Bank Indonesia (BI).

Seperti disampaikan Gubernur BI Perry Warjiyo, pihaknya dalam merespons dinamika global, termasuk penaikan suku bunga The Fed, Bank Indonesia terlebih dalu akan melakukan langkah-langkah awal seperti pengurangan likuiditas atau yang sering disebut dengan tapering off, sebelum mengerek suku bunga.

Untuk pengurangan likuiditas ini, BI sudah melakukannya sejak 1 Maret dengan menaikkan kewajiban setoran giro wajib minimum (GWM) oleh perbankan. “Jadi, kebijakan moneter yang dilakukan Bank Indonesia dalam mengatasi kondisi eksternal adalah, pertama stabilisasi nilai tukar, normalisasi likuiditas, dan kemudian sesuai perkiraan inflasi adalah bagaimana menakar suku bunga,” ujar Perry Warjiyo, dalam konferensi pers Hasil Rapat Berkala KSSK II Tahun 2022 di Jakarta, Selasa (13/4/2022).

Sejauh ini, dia menambahkan, BI akan mempertahankan di level 3,5 persen hingga ada tanda-tanda kenaikan inflasi ke depan. Sebagai informasi, level suku bunga acuan 3,5 persen sudah berlangsung sejak Februari 2021.

 

Kisaran 2--4 Persen

Berkaitan dengan inflasi, Perry Warjiyo masih optimistis, inflasi hingga akhir tahun akan tetap berada di kisaran 2 persen--4 persen. “Jadi, terkait tekanan harga pangan ataupun energi, BI tidak akan merespons dampak pertamanya. Yang kami respons adalah dampak rambatannya bila inflasi berdampak secara fundamental, yang indikatornya inflasi inti,” ujar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.

Bila mengacu ke laporan Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi pada Maret 2022 tercatat sebesar 0,66 persen. Artinya, inflasi tahun kalender Maret 2022 terhadap Desember 2021 sebesar 1,2 persen dan inflasi tahun ke tahun (yoy) Maret 2022 terhadap Maret 2021 sebesar 2,64 persen.

Sedangkan inflasi inti pada Maret 2022 sebesar 0,30 persen, sehingga inflasi inti tahun kalender 2022 sebesar 1,03 persen dan secara tahun ke tahun 2,37 persen. Sementara itu, Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang juga Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat di tengah meningkatnya ketidakpastian global akibat pertikaian Rusia vs Ukraina.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan berada di kisaran 4,5 persen 5,2 persen dengan titik tengah 5 persen. Demikian pula nilai tukar rupiah masih sebatas normal, depresiasinya tidak sedalam negara lainnya, seperti Malaysia, Thailand, dan India.

Meskipun kondisi perekonomian di tataran global lagi memanas, Sri Mulyani memastikan, kondisi stabilitas sistem keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun ini berada dalam kondisi normal di tengah tekanan eksternal yang meningkat akibat perang Rusia dan Ukraina.

“Meski demikian, KSSK memastikan akan tetap mewaspadai potensi gejolak eksternal.  Stabilitas sistem keuangan Indonesia dalam kondisi normal di tengah tekanan eksternal yang meningkat akibat perang di Ukraina," ujar Menteri Keuangan, sekaligus Ketua KSSK Sri Mulyani Indrawati.

Sri Mulyani menilai, pemulihan ekonomi yang terjaga ditopang kian membaiknya penanganan Covid-19 yang diikuti dengan pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan tetap kuat didukung oleh kegiatan konsumsi masyarakat, kegiatan investasi, serta dukungan belanja pemerintah.

Menurut Sri Mulyani, sejumlah indikator perekonomian hingga awal Maret terlihat membaik. Hal ini terlihat dari kinerja Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK), penjualan eceran, penjualan kendaraan bermotor, konsumsi semen, dan konsumsi listrik. 

"Kinerja ekspor juga mengalami peningkatan signifikan, tetapi harus diwaspadai adanya perkembangan perdagangan ekonomi global dan pertumbuhan ekonomi global yang terancam oleh perang Rusia dan Ukraina," kata dia. 

Respons kebijakan moneter negara maju terhadap inflasi yang dihadapkan pada potensi perlambatan ekonomi menimbulkan riak pada aliran modal asing di negara emerging market, termasuk Indonesia.

"Ini sejalan langkah investor melakukan realokasi aset untuk mencari tempat yang aman atau safe heaven assets," katanya.    

Sri Mulyani juga mencatat terjadi aliran modal asing keluar dari investasi portofolio sepanjang kuartal pertama tahun ini mencapai USD 1,3 miliar. Namun, ia menekankan, tekanan aliran modal asing keluar ini masih lebih baik dibandingkan emerging market lainnya.

Kondisi inflasi dan nilai tukar rupiah juga masih terjaga dengan baik.  "KSSK tetap mewaspadai dan akan terus memantau stabilitas sistem keuangan untuk tetap menjaga stabilitas sistem keuangan kita," ujarnya. 

Pada kesempatan yang sama, Ketua Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso mengatakan, stabilitas sistem keuangan dalam kondisi terjaga dengan kinerja industri jasa keuangan dalam tren membaik seiring dengan percepatan pemulihan ekonomi, yang didukung dengan kebijakan strategis OJK.

Dalam konteks itu, misalnya, intermediasi perbankan per Februari 2022 melanjutkan tren meningkat dengan pertumbuhan kredit 6,33 persen (yoy), terutama ditopang kredit UMKM-retail dan korporasi dengan pertumbuhan masing-masing 8,75 persen dan 5,83 persen.

Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) meneruskan pertumbuhan double digit sebesar 11,11 persen yang utamanya didukung kenaikan giro sebesar Rp30,1 triliun. Dari industri keuangan nonbank (IKNB), Wimboh juga menjelaskan, penyaluran pembiayaan meningkat ke level Rp372 triliun dan tumbuh positif sebesar 2,43 persen (yoy) didorong oleh jenis pembiayaan modal kerja dan investasi dengan mayoritas sektoral mengalami pertumbuhan positif.

Industri perasuransian berhasil menghimpun premi pada Februari 2022 sebesar Rp18,0 triliun dengan premi asuransi jiwa sebesar Rp11,9 triliun dan asuransi umum Rp6,1 triliun. Penghimpunan dana di pasar modal hingga akhir 5 April 2022 telah mencapai Rp63,93 triliun dengan penambahan emiten baru sebanyak 17 emiten. Perkembangan pasar modal cukup positif di tengah downside risk sentimen global, ditunjukkan dengan IHSG yang mencatatkan rekor all time high di level 7.210,84 pada 8 April 2022 dan menguat sebesar 9,56 persen (ytd).

“Perkembangan tersebut merefleksikan keyakinan investor dan masyarakat terhadap perekonomian Indonesia masih baik. Hal ini juga ditandai dengan aliran dana masuk investor nonresiden di pasar saham dalam tren positif yang hingga 8 April 2022 tercatat menjadi Rp37,52 triliun,” ujar Wimboh.

Menurutnya, OJK terus mengamati perkembangan kondisi perekonomian terhadap stabilitas sektor jasa keuangan terutama akibat perang Rusia-Ukraina, percepatan normalisasi kebijakan moneter negara maju, dan dampak dari kenaikan inflasi global.

OJK terus bersinergi bersama KSSK dalam memperkuat ketahanan sektor jasa keuangan dan menjaga stabilitas sistem keuangan (SSK) serta meningkatkan peran sektor jasa keuangan dalam mendorong akselerasi pemulihan ekonomi nasional termasuk ekonomi hijau.

Wimboh juga menegaskan, OJK berkomitmen untuk terus memberikan dukungan bagi pengembangan UMKM. Kebijakan mendukung UMKM melalui peningkatan pendalaman pasar keuangan dengan mendorong pembiayaan alternatif berbasis digital kepada pelaku UMKM di antaranya melalui BWM Digital, P2P Lending, dan Securities Crowdfunding.

OJK juga membuka peluang bagi UMKM untuk melakukan penghimpunan dana di pasar modal, salah satunya melalui Papan Akselerasi UMKM termasuk memberikan kesempatan kepada BPR untuk melakukan IPO di pasar modal.

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari