Indonesia.go.id - Geopolitik Memanas, Sektor Industri Tetap Menjanjikan

Geopolitik Memanas, Sektor Industri Tetap Menjanjikan

  • Administrator
  • Jumat, 22 April 2022 | 07:00 WIB
EKSPOR
  Foto udara mobil-mobil yang akan diekspor di Terminal Kendaraan Pelabuhan Patimban, Subang, Jawa Barat, Selasa (29/3/2022). ANTARA FOTO/ M Ibnu Chazar
Sektor industri konsisten menjadi kontributor terbesar dalam capaian nilai ekspor nasional.

Perang antara Rusia-Ukraina masih berlangsung hingga kini. Ekonomi global tentu terpengaruh perang tersebut, termasuk Indonesia.

Dampak lanjutan dari tensi geopolitik Rusia-Ukraina adalah terjadinya inflasi bagi terhadap ekonomi sejumlah negara. Imbas lainnya, berupa kemacetan rantai pasok bahan baku yang bisa menekan kinerja sektor manufaktur.

Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers bersama Presidensi G20 Indonesia, Kamis (21/4/2022), mengakui bahwa dunia kini menghadapi proses pemulihan ekonomi yang masih rapuh. Selain pandemi Covid-19 yang masih menjadi tantangan, ada gangguan mata rantai logistik yang ujungnya membuat sejumlah negara mengalami inflasi.

Bagaimana Indonesia? Gubernur Bank Indonesia optimis inflasi tahun ini tetap terkendali dalam sasaran 2--4 persen, sejalan dengan masih memadainya sisi penawaran dalam merespons kenaikan sisi permintaan. Yang lebih menggembirakan, kondisi geopolitik dunia yang tak menentu tak mempengaruhi kinerja ekspor di sektor industri.

Kinerja ekspor industri pengolahan tetap mencatat geliat menjanjikan, yakni mencapai USD50,52 miliar pada Januari-Maret 2022. Bila dibandingkan pencapaian periode sebelumnya, pencapaian periode Januari--Maret 2022 itu naik 29,68 persen.

Sepanjang kuartal I-2022, sektor industri tetap memberikan kontribusi paling dominan, yakni 76,37 persen dari total nilai ekspor nasional yang berada di angka USD66,14 miliar.

“Sektor industri masih konsisten menjadi kontributor terbesar dalam capaian nilai ekspor nasional, di tengah kondisi perekonomian global yang tidak menentu, terutama dampak pandemi dan perang antara Rusia-Ukraina,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Selasa (19/4/2022).

Menperin memberikan apresiasi kepada para pelaku industri manufaktur di Indonesia. Sektor industri telah menunjukkan geliat dan resiliensinya. “Lewat kombinasi kombinasi fasilitas insentif fiskal dan nonfiskal yang diberikan pemerintah, kinerja sektor industri makin gemilang dan agresif di triwulan pertama 2022 ini,” tuturnya.

Menteri Agus optimis, sektor industri menjadi penopang utama dalam upaya pemulihan ekonomi nasional. Salah satu kebijakan Kementerian Perindustrian yang tetap fokus dijalankan adalah hilirisasi industri untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam Indonesia.

“Di tengah momentum kenaikan harga komoditas, Indonesia perlu terus memacu hilirisasi komoditas unggulan. Sehingga ekspor Indonesia tidak lagi berasal dari komoditas hulu, namun mengandalkan komoditas hilir yang memiliki nilai tambah tinggi,” paparnya.

 

Waspadai Tren Global

Hanya saja, pemerintah dan pelaku usaha tentu harus waspada terhadap pengaruh eksternal tersebut. Sebab bila tensi geopolitik Rusia-Ukraina masih terus berlangsung dan berkepanjangan, cepat atau lambat tetap bisa mempengaruhi kinerja sektor industri. Menjadi tugas pemerintah sebagai pengampu dunia usaha untuk menjaga agar momentum ekspansi yang masih berlangsung hingga kini masih bisa dipertahankan.

Sejumlah indikator yang menunjukkan masih on the track-nya sektor industri tergambarkan dari laporan Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia (PMI-BI) pada kuartal I-2022 yang menunjukkan angka 51,77 persen, naik dari triwulan sebelumnya sebesar 50,17 persen.

Pada kuartal kedua tahun ini, PMI-BI diperkirakan melonjak hingga 56,06 persen. Meski demikian, yang perlu menjadi catatan adalah secara historis PMI-BI belum pernah menyentuh angka 55 persen, sejak pertama kali survei dilakukan pada 2012.

Dalam rangka tetap mempertahankan pertumbuhan di sektor industri, pada tahun lalu pemerintah memang telah menggelontorkan sejumlah insentif untuk menggenjot konsumsi. Kebijakan ini tentu patut diapresiasi.

Salah satu yang dinilai berhasil adalah Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) mobil Ditanggung Pemerintah. Selain itu, ada pula insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) sektor industri, yang masih berlaku sampai dengan September 2022.

Bagaimana kinerja sektor industri terutama di kuartal kedua tahun ini? Harapannya, pertumbuhannya tetap terjadi. Sektor manufaktur memiliki peluang untuk tetap tumbuh ekspansif pada kuartal kedua.

Pasalnya, momentum Lebaran tahun ini diharapkan bisa jadi penopang kinerja manufaktur pada kuartal kedua tahun ini, meski inflasi masih membayangi. Kebijakan pemerintah yang telah memerintahkan alokasi belanja APBN dan APBD untuk produk dalam negeri sebesar Rp400 triliun pada tahun ini akan turut menopang kinerja tersebut.

Selain itu, adanya sejumlah insentif yang digelontorkan pemerintah diharapkan tetap mempertahankan tingkat konsumsi masyarakat. Begitu juga mulai longgarnya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) juga mendorong masyarakat menjadi lebih leluasa untuk berusaha sehingga roda ekonomi tetap bergerak.

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari