Sektor ILMATE memberikan kontribusi sebesar 4,19% terhadap PDB nasional dan 24,19% terhadap PDB industri nonmigas.
Data Badan Pusat Statistik yang diolah Kementerian Perindustrian (Kemenperin), pada kuartal I-2022menyebutkan, sektor industri logam, mesin, alat transportasi, dan elektronika (ILMATE) memberikan kontribusi sebesar 4,19% terhadap PDB nasional dan sebesar 24,19% terhadap PDB industri nonmigas. Pada kuartal I-2022 mengalami pertumbuhan positif sebesar 9,86% (year on year/yoy). Kinerja gemilang ini menunjukkan tren pemulihan ekonomi Indonesia yang terus menguat.
Sebelumnya, Kemenperin pada akhir 2021 melaporkan, PDB sektor ILMATE tumbuh 8,26 persen (yoy) lebih tinggi dari PDB nasional yang tumbuh 3,51 persen (YoY). PDB industri yang mengalami pertumbuhan signifikan didukung oleh pemberian insentif berupa pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) untuk kendaraan bermotor sejak Maret 2021. Selain itu, penyumbang PDB terbesar lainnya adalah industri logam dasar yang meningkat sebesar 9,52 persen (yoy).
Penyumbang terbesar pada pertumbuhan sektor ILMATE pada kuartal I didukung oleh sejumlah peningkatan subsektor ILMATE yang tumbuh positif. Misalnya, industri alat angkutan dengan pertumbuhan tertinggi, mencapai 14,20%. Disusul industri mesin dan perlengkapan sebesar 9,92%, industri logam dasar sebesar 7,90%, serta industri barang logam, komputer, barang elektronik, dan optik sebesar 6,80%.
“Sektor ILMATE merupakan kelompok industri manufaktur yang berperan penting pada pembentukan produk domestik bruto (PDB),” kata Sekretaris Direktorat Jenderal ILMATE Kementerian Perindustrian M Arifin di Jakarta, Jumat (27/5/3033), seperti ditulis dalam rilis Kemenperin.
Arifin menjelaskan, industri alat angkutan mengalami pertumbuhan signifikan di atas dua digit sejak kuartal II-2021. Hal ini disebabkan oleh pengaruh positif dari kebijakan perpanjangan insentif pajak penjualan atas barang mewah ditanggung pemerintah (PPnBM-DTP) yang diberlakukan sejak 1 Maret 2021.
Pada kuartal I-2022, laju perdagangan mobil, sepeda motor, dan reparasinya tumbuh 7,41%. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan penjualan mobil. Hingga saat ini, sudah ada 36 tipe kendaraan sampai dengan 2.500 cc dari tujuh perusahaan yang mendapatkan insentif PPnBM DTP. Begitu juga pertumbuhan PDB sektor industri alat angkut yang berkontribusi sebesar 1,53% di kuartal I-2022.
Sementara itu, industri mesin dan perlengkapan YTDL juga mengalami pertumbuhan positif sejak kuartal I-2021. Pada kuartal I-2022, peningkatan PDB subsektor ini didorong oleh kenaikan permintaan dan lapangan usaha pertambangan, terutama komoditas batu bara dan nikel. Selain itu, terjadi peningkatan permintaan luar negeri untuk produk ekskavator dan grader atau leveller.
“Peningkatan pertumbuhan industri mesin dan perlengkapan YTDL yang terjadi sepanjang 2021, salah satunya didorong oleh permintaan alat berat dari berbagai lapangan usaha termasuk sektor pertambangan, agro, konstruksi, dan kehutanan,” jelas Arifin.
Arifin menambahkan, industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik mengalami pertumbuhan PDB sebesar 6,80% pada kuartal I-2022. Capaian ini disebabkan oleh peningkatan permintaan luar negeri untuk beberapa produk seperti tiang kisi lainnya dari besi atau baja, pagar lainnya dari besi atau baja, dan kotak rokok bukan dari besi dan baja.
Namun begitu Direktorat Jenderal ILMATE terus berupaya meningkatkan pertumbuhan PDB industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik. Salah satu langkahnya, dengan memberlakukan kebijakan TKDN Wajib untuk produk handphone, komputer genggam, dan tablet (HKT) dengan teknologi 4G/LTE melalui Permenkominfo nomor 27/2015.
Tata cara penghitungan TKDN pada Permenperin nomor 29/2017 telah berhasil menurunkan impor dan meningkatkan jumlah produksi ponsel dalam negeri. Hasil dari penerapan aturan ini, impor ponsel sebesar 60,52 juta di tahun 2014 menurun menjadi 2,92 juta di tahun 2021.
Sementara itu, industri logam dasar merupakan sektor yang mampu bertahan selama pandemi dan mencatat pertumbuhan positif sejak kuartal I-2020. Pada kuartal I-2022, pertumbuhan industri logam dasar meningkat sebesar 7,90% (yoy), yang didorong oleh peningkatan luar negeri seperti produk ferro alloy nickel dan aluminium oxide dan peningkatan aktivitas konsumsi nasional di sektor industri besi dan baja.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan PDB industri logam dasar ini mencatat pertumbuhan positif dalam kurun lima tahun terakhir. Angka pertumbuhannya pun mencatatkan rekor pada tahun lalu. Sebelumnya, PDB industri ini hanya sebesar 77,29 triliun pada 2016. Angkanya naik 8,99% hingga mencapai Rp89,19 triliun pada 2018.
Setahun berikutnya, industri itu sempat mengalami pertumbuhan yang melambat sebesar 2,83% menjadi Rp91,72 triliun dan produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga konstan (ADHK) industri logam dasar sebesar Rp108,27 triliun pada 2021, tumbuh 11,5% yoy.
Pertumbuhan positif di sektor industri logam dasar ini sejalan dengan perbaikan kebijakan di Kemenperin terkait mekanisme smart supply-demand baja nasional. Misalnya, pertimbangan teknis yang terukur sesuai ketentuan Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) nomor 4 tahun 2021 yang merupakan penyempurnaan dari Permenperin nomor 1 tahun 2019 dan Permenperin nomor 32 tahun 2019.
Peningkatan PDB industri logam dasar juga sejalan dengan pengembangan industri smelter di Indonesia. Saat ini, Indonesia telah memilki satu industri smelter alumina refinerydengan kapasitas 1 juta ton, dan akan ditingkatkan menjadi 2 juta ton per tahun. Juga berdirinya satu industri smelterhydrometallurgy yang akan menghasilkan mixed hydroxide, yaitu paduan nikel dan cobalt yang dibutuhkan sebagai bahan baku baterai. Terbangun pula satu industri berbasis stainless steel yang terletak di Konawe, Sulawesi Tenggara yang menghasilkan billet stainless steel dan beroperasinya tiga industri smelter nikel yang menghasilkan nikel pig iron.
Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari