Selain pemanfaatan layanan irigasi, bendungan juga diharapkan melayani kebutuhan air domestik masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau PUPR melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya sedang membangun Bendungan Mbay di Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Pembangunan ini merupakan dukungan program ketahanan pangan dan meningkatkan tampungan air di NTT.
Melalui Perpres nomor 109 tahun 2020 ditetapkan Bendungan Mbay sebagai proyek stategis nasional (PSN). Itu artinya, pembangunan infrastruktur air itu dijamin oleh pemerintah pusat sampai selesai baik pembangunan fisik maupun penyediaan anggarannya.
Pembangunan bendungan terbesar di NTT ini telah melalui proses yang panjang sejak 1999-2000 feasibility study, 2001-2002 detail desain, dilanjutkan pada 2018 AMDAL, LARAP,dan review desain, 2019 lanjutan penyelidikan geologi, pembuatan model tes, sertifikasi desain Bendungan Mbay,dan penetapan lokasi Bendungan Mbay.
Selama pekerjaan berlangsung dibuatkan terowongan pengalih aliran air (saluran pengelak) sepanjang 355 m dengan lebar 5 m, sehingga lokasi pekerjaan bangunan utama bendungan tetap kering. Bendungan utama tipe zonal inti tegak dengan tinggi 48 m, panjang puncak 380 m, lebar 12 m. Saluran pelimpah (spillway) dengan tipe pelimpah samping dan lebar ambang 50 m.
Bendungan ini menjadi pendukung program pemerintah dalam ketahanan air dan pangan nasional. Selain pemanfaatan layanan irigasi, bendungan juga diharapkan melayani kebutuhan air domestik masyarakat melalui pembangunan jaringan air baku dan IPA.
Konstruksi bendungan didesain dengan tinggi 48 meter, lebar 12 meter, dan panjang 436 meter. Bendungan ini didesain dengan tipe zonal dengan inti tegak. Pembangunan Bendungan Mbay terbagi dua paket. Progres fisik paket I kurang lebih 2,21 persen dan paket II sekitar 0,83 persen.
Paket I dikerjakan kontraktor PT Waskita Karya (Persero) Tbk-Bumi Indah KSO dan Paket II PT Brantas Abipraya. Supervisi dikerjakan PT Indra Karya-Rancang Semesta-Sabana (KSO). Dalam pembangunan proyek ini, Waskita menggarap paket I yang melingkupi enam pekerjaan yaitu pekerjaan persiapan, pekerjaan pembuatan atau relokasi atau rehabilitasi jalan, bendungan utama, pekerjaan bangunan fasilitas dan penunjang, penyelenggaraan sistem manajemen kesehatan, dan pekerjaan lain-lain.
Sedangkan paket II dikerjakan Brantas Abipraya dengan ruang lingkup pekerjaan clearing dan grubbing lokasi inlet tunnel, pekerjaan clearing dan grubbing lokasi outlet ke disposal dan stockpile, pekerjaan pembuatan jalan akses rencana galian inlet di disposal dan stockpile, pekerjaan pembuatan jalan akses outlet ke disposal, persiapan pekerjaan galian inlet dan perisapan pekerjaan shotcrete, material, mobilisasi alat.
“Bendungan Mbay yang merupakan salah satu upaya kami dalam mendukung program pemerintah dalam ketahanan air dan pangan nasional. Bendungan ini memiliki volume tampung total 51,74 juta m3 dengan luas genangan 499,55 hektare (ha),” ujar Miftakhul Anas, Sekretaris Perusahaan Brantas Abipraya dalam rilisnya pada 25 Mei 2022.
Proyek Bendungan yang akan berlangsung 2021--2024 ini dibangun dengan anggaran Rp1,915 triliun. Bendungan ini akan menghasilkan air baku 0,21 meter kubik per detik dan memberikan manfaat irigasi terhadap 5.899 hektare lahan pertanian.
Bendungan Mbay memiliki potensi besar untuk destinasi wisata baru di Kabupaten Nagekeo, NTT, dikombinasikan dengan rencana penataan Kampung Adat Kawa yang dekat dengan lokasi bendungan Mbay oleh Pemkab Nagekeo.
Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Do menyatakan, dukungan penuh pada pembangunan bendungan Nagekeo yang akan membawa manfaat besar bagi masyarakat Nagekeo dan khususnya warga terdampak. Ditegaskan penentuan lokasi merupakan keputusan dari hasil penelitian secara teknik dan bukan suka atau tidak suka.
Nagekeo sebagai salah satu Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) butuh infrastruktur maupun sarana pendukung di antaranya infrastruktur SDA. Pembangunan Bendungan Mbay menambah jumlah tampungan air yang dibangun Kementerian PUPR dalam mendukung ketahanan pangan dan air di NTT.
Sejak 2015, ada tiga bendungan di NTT yang telah diselesaikan dan diresmikan Presiden Joko Widodo. Tiga bendungan itu adalah Bendungan Raknamo di Kabupaten Kupang pada 2018, Bendungan Rotiklot di Kabupaten Belu pada 2019, dan Bendungan Napun Gete di Kabupaten Sikka pada 2021.
Proyek yang tengah diselesaikan adalah pembangunan Bendungan Manikin di Kabupaten Kupang dengan progres 34,19 persen dan Bendungan Temef di Kabupaten Timor Tengah Selatan 56,27 persen, serta Bendungan Kolhua di Kota Kupang yang akan dibangun pada 2022. Air su dekat di Nagekeo.
Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari