Indonesia.go.id - Waspada Kenaikan Sekecil Apapun

Waspada Kenaikan Sekecil Apapun

  • Administrator
  • Jumat, 10 Juni 2022 | 14:15 WIB
COVID-19
  Kenaikan penularan Cov-19 berlangsung lagi. Masyarakat diharap tetap waspada, jangan lengahdi tengah kegairahan untuk kembali beraktivitas normal. Antara Foto/ Indriyanto Eko S
Pada tiga pekan terakhir, infeksi Covid-19 naik 31 persen. Kasus baru kembali tercatat di atas 500 per hari. Subvarian BA.4, BA.5 dan BA.2.12.1 menarik perhatian. Vaksin tetap efektif.

Hati-hati, penularan Covid-19 menggeliat lagi. Peringatan ini disampaikan juru bicara yang sekaligus Koordinator Dewan Pakar Satgas Covid-19 Profesor Wiku Adisasmito, setelah melihat gejala  kenaikan angka kasus positif harian dan jumlah kasus positif dalam dua-tiga minggu terakhir.

Bila pada 22 Mei 2022 kasus positif baru (mingguan) berada di angka 1.814, pada 6 Juni melesat ke 2.383 kasus. Naik 31 persen. Jumlah pasien Covid-19 (kasus positif) antara 2–6 Juni 2022 terungkit 10 persen. "Meskipun angkanya terbilang belum signifikan, sudah seharusnya kita belajar dari kenaikan kasus pada gelombang Covid-19 yang telah kita alami bersama. Harus diwaspadai adanya kenaikan dalam jumlah sekecil apapun," ujar Wiku dalam Keterangan Pers Perkembangan Penanganan Covid-19 secara virtual, yang disiarkan YouTube kanal resmi Sekretariat Presiden, Rabu (8/6/2022).

Dengan kenaikan kasus positif 10 persen hanya dalam empat hari, di Indonesia per 6 Juni 2022 ada 3.433 pasien. Dari kasus aktif yang ada sebagian terbesar (yakni 46 persen) ada di DKI Jakarta. Jawa Barat menyumbang 17,5 persen, Banten 8,5 persen, Bali dan DIY 5 persen, dan dalam tingkat yang lebih rendah ada di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Jadi, Jawa-Bali serta NTB tetap menjadi inang yang penting bagi Covid-19.

Meski demikian, menurut Profesor Wiku Adisasmito, kenaikan kasus positif dan kasus aktif tidak diikuti kenaikan tren keterisian tempat tidur (BOR) maupun jumlah pasienisolasi mandiri. Angka kematian akibat infeksi coronavirus juga terus bergerak pada tren yang menurun, dengan rata-rata harian di bawah 10 kasus.

Meski secara absolut jumlah pasien Covid-19 terbesar ada di DKI Jakarta, kenaikan angka kasus harian sepekan terakhir, yang tertinggi ialah Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan lonjakan 45 persen. Pada periode yang sama, kasus harian di Banten meningkat 38 persen, Jawa Timur 37 persen, Jawa Barat 18 persen, dan di DKI Jakarta 30 persen.

Profesor Wiku Adisasmito menyabutkan, aktivitas masyarakat yang mulai kembali normal boleh jadi menjadi salah satu pemicu kenaikan kasus aktif di daerah-daerah padat penduduk itu. ‘’Mohon dicermati oleh pemerintah daerah maupun masyarakat pada provinsi tersebut,’’ katanya.

Lebih jauh, para gubernur, bupati, dan wali kota diharapkan segera memantau dan memitigasi kenaikan kasus yang terjadi, dengan mengevaluasi kebijakan dan peraturan yang berlaku, apabila diperlukan. Kepada masyarakat, Profesor Wiku menganjurkan agar tetap waspada, jangan lengah, di tengah kegairahan untuk kembali beraktivitas normal.

‘’Virus masih ada di tengah-tengah kita. Tetap disiplin memakai masker dan rajin mencuci tangan, akan sangat membantu terhindar dari penularan,’’ tuturnya.

Ditanggung Negara

Diingatkannya pula, protokol kesehatan adalah kuncikeberhasilan di masa pemulihan ekonomi dan aktivitas masyarakat. Bila terkena gejala, cepat memeriksakan diri ke dokter. ‘’Pengobatan Covid-19 masih ditanggung oleh negara,’’ kata Profesor Wiku.

Guru besar epidemiologi dari Universitas Indonesia itu juga menekankan agar masyarakat terus melindungi dirinya dengan vaksin. Lengkapi vaksinasi dua dosis dan perkuat dengan booster vaksin agar mendapatkan kondisi imunnitas tubuh yang optimal.

Dalam situsi pandemi, fluktuasi kasus positif sulit dihindari. Saling tukar pengaruh dari satu ke lain negara juga terjadi. Pada perkembangan pandemi Covid-19 per 8 Juni 2022 secara nasional, kasus baru bertambah 520 dan 44 kasus di antaranya dari pelaku perjalanan luar negeri (PPLN). Namun, secara umum situasi terkendali.

Dengan adanya tambahan 520 kasus baru itu maka ada 3.922 kasus aktif per 8 Juni, atau 0,06 persen dari seluruh kasus yang terkonfirmasi. Angka ini termasuk terendah baik di kawasan Asia Tenggara maupun secara global.

Angka kesembuhan nasional mencapai sekitar 97,4 persen. Namun, dengan 156.628 kasus kematian, fatality rate di Indonesia adalah 2,6 persen, hampir dua kali dari kematian rata-rata global. Relaksasi protokol kesehatan, yang dilakukan untuk pemulihan kegiatan sosial dan ekonomi rakyat, memang berpengaruh pada cakupan vaksinasi.

Pada 8 Juni 2022, tercatat hanya ada tambahan 53 ribu penyuntikan vaksin dosis 1. Secara kumulatif, cakupan vaksinasi tahap 1 ini telah mencapai 96 persen dari targetyang 208 juta jiwa. Vaksinasi tahap 2 bertambah 63 ribu dosis hingga cakupan menjadi 80 persen, dan vaksinasi boosterbertambah 195 ribu menjadi 22,5 persen dari target.

Laju vaksinasi melambat. Begitu halnya dengan aktivitas surveilans. Dengan surutnya kewajiban tes PCR dan  tes antigen untuk perjalanan dan aktivitas sosial, surveilans mengendor, termasuk untuk para PPLN. Pada 8 Juni 2022 dilaporkan bahwa tes PCR, TCM (tes cepat molekuler), dan tes antigen, secara nasional hanya 73 ribu per hari. Termasuk di dalamnya tes bagi 4.026 kasus suspek. Angka ini memang masih masuk pada batasan surveilance 0,1 persen populasi per bulan seperti anjuran WHO. Namun, di tengah situasi yang tak menentu kapan pandemi berakhir, boleh jadi perlu dirumuskan kembali batas aman yang diperlukan.

Varian Baru

Secara global, pandemi Covid-19 terus menyusut pada 13 pekan terakhir. Pada pekan pertama Juni 2022 ini, menurut WHO, kasus baru turun 12 persen dibanding  pekan sebelumnya, dengan 3,023 juta kasus baru. Sebagian kasus baru itu muncul di Kawasan Amerika, Eropa, dan Pasifik Barat. Ada lonjakan kasus di Mediterania Timur, terutama Maroko, Arab Saudi, Bahrain, dan Uni Emirat Arab.

Di Asia Selatan dan Tenggara ada pula lonjakan, dan yang menjadi sorotan ialah India, Thailand, dan Indonesia. Namunsecara umum lonjakan di kedua regional itu dianggap tak seberapa. Kasus baru di Mediterania Timur (sekitar 20 negara) dalam sepekan “hanya” 21 ribu dan di Asia Selatan-Tenggara “hanya” 51 ribu, utamanya dari India dan Thailand yang masing-masing sekitar 24 ribu kasus.

Lonjakan kasus ini biasa dikaitkan dengan varian baru. WHO sendiri dalam Update Epidemiologis Covid-19 mingguannyakembali menyoroti kiprah varian BA.2  dan varian terbaru Omicron yang sedang naik daun, BA.4 dan BA.5 dan turunan BA.2 yakni BA.2.12.1.

Pada awal Januari 2022, varian Omicron BA. 2 menguasai 90persen dari seluruh kasus Covid-19 di dunia. Tapi, pemeriksaan atas data  genome sequencing, yang masuk ke GISAID pada 15-16 Mei 2022, menunjukkan bahwa dominasi BA.2 (original) mulai kempis, yakni 44 persen varian, dan 19 persen BA.2.x (simbol yang merujuk ke turunan dari BA.2).Selebihnya adalah subvarian Omicron lainnya yang berjumlah 10 jenis.

Sampai pekan pertama  Juni 2022, BA.2 masih tetap menjadi varian dominan. Namun, subvarian BA.2.12.1 menunjukkan kenaikan prevalensi yang mengejutkan. Data genome srquencing GISAID menunjukkan prevalensi subvarian  ini meningkat menjadi 28 persen, sementara turunan  varian BA.2 yang lain menyusut di bawah satu persen.

Pada saat yang sama, BA.4 dilaporkan telah masuk ke 42 negara dan menyumbang 4 persen dari seluruh kasus Covid-19. Subvarian BA.5 pun menyeruak ke-47 negara dan berkontribusi 2 persen. Selebihnya adalah 10 jenis subvarian dari  turunan Omicron yang lain. Sedangkan varian lama seperti varian Wuhan, Alpha, Beta, Gamma, Kappa, dan yang lain tak lagi terjaring oleh uji petik genome squencing yang ada. Namun, WHO tak berani menyebut varian ini telah punah.

Sejauh ini subvarian BA.2.12.1, BA.4, dan BA.5 tak menunjukkan efek keparahan yang lebih tinggi dari yang lain. Namun fakta subvarian ini bisa bertahan itu menunjukkan bahwa varian ini lebih kuat beradaptasi di tengah masyarakat yang sudah semakin kebal karena imunitasnya meningkat, baik akibat vaksinasi maupun karena infeksi alamiah.

Imunitas yang terus meningkat itu pula yang membuat subvarian baru itu tak mengakibatkan penularan penularan besar-besaran. Faktanya, jumlah kasus Covid-19 terus menurun. Laporan mingguan WHO juga menyebutkan, bahwa vaksin yang beredar saat ini cukup ampuh untuk melindungi masyarakat dari varian Covid-19 yang ada.

Beberapa penelitian menyebutkan, efektivitas vaksin bisa mencapai 70 persen. Vaksin booster juga disebut efektif untuk mengurangi tingkat keparahan dan menekan angka kematian dari pasien Covid-19.

 

Penulis : Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari