Produk organik dan ramah lingkungan berpeluang untuk merespons tren belanja generasi MZ (milenial dan Z) di Korea Selatan, yang menginginkan produk ramah lingkungan dan sadar akan pentingnya ‘nilai’ sebuah produk.
Sebanyak 14 usaha kecil, dan menengah (UKM) asal Indonesia mengikuti kegiatan ASEAN Trade Fair 2022 pada Pameran Seoul Food 2022 di Korea International Exhibition Center (KINTEX), Seoul, Korea Selatan, 7—10 Juni 2022.
Acara ini difasilitasi oleh Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) bekerja sama dengan ASEAN-Korea Centre (AKC).
Para UKM menempati dua Paviliun Indonesia. Mereka terdiri dari produsen produk minuman cokelat, air kelapa, keripik kentang, santan, minyak kelapa, mi, biskuit, dan peralatan makan kayu.
Kementerian Perdagangan mengatakan sektor makanan-minuman dipilih karena dinilai sebagai industri yang paling terdampak pandemi Covid-19. Sektor itu juga dinilai memiliki kesempatan yang besar di masa pemulihan ekonomi global, mulai dari jenis produk makanan yang mudah dimasak (easy-to-cook food) sampai peluang perdagangan melalui sistem elektronik (e-commerce).
Selain itu, AKC juga ingin mendorong promosi produk organik dan ramah lingkungan untuk merespons tren belanja generasi MZ (milenial dan Z) di Korea Selatan, yang menginginkan produk ramah lingkungan dan sadar akan pentingnya ‘nilai’ sebuah produk (value conscious consumption).
“Program ASEAN Trade Fair diharapkan dapat meningkatkan akses pasar dan internasionalisasi UKM ASEAN yang merupakan salah satu tujuan strategis ASEAN Strategic Action Plan for SME Development 2016—2025,” terang Dirjen PEN Kementerian Perdagangan Didi Sumedi.
Pameran secara resmi dibuka oleh Sekretaris Jenderal AKC Kim Hae-yong, didampingi Duta Besar 10 negara ASEAN untuk Korea Selatan, dan Direktur Jenderal PEN Kementerian Perdagangan. Sejak 2014, Indonesia dan negara-negara ASEAN telah mendorong para pelaku UKM untuk memasuki pasar Korea Selatan melalui partisipasi pada berbagai pameran dagang.
Dalam kegiatan kali ini, selain mengikuti pameran ASEAN Trade Fair, para pelaku usaha juga berkesempatan mengikuti seminar peningkatan kapasitas untuk mendapatkan informasi terkini mengenai peluang pasar Korea Selatan, tren yang berkembang, dan ketentuan impor yang berlaku.
Pada 2022, Paviliun Indonesia pada ASEAN Trade Fair menampilkan produk minuman serbuk coklat dari Indo Universal Spice; produk minuman air kelapa, santan, dan minyak kelapa dari PT Jagad Kelapa Nusantara; produk makanan ringan berbahan kentang dengan berbagai varian rasa dari PT Pacific Food Indonesia; serta produk peralatan makan kayu dari Art Classic International. ASEAN Trade Fair merupakan program pameran dagang tahunan yang diselenggarakan AKC dengan tujuan mendorong promosi produk UKM negara-negara ASEAN masuk ke pasar Korea Selatan.
Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Ni Made Ayu Marthini berharap, pemanfaatan berbagai program promosi yang diselenggarakan AKC dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Korea Selatan. Perlu diketahui, pada 2021, nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Korea Selatan mengalami kenaikan sebesar 41,8 persen.
“Kinerja ini merupakan kabar baik dalam mendorong percepatan pemulihan ekonomi Indonesia pascapandemi, khususnya karena Indonesia dan Korea Selatan memiliki Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA),” lanjut Ni Made seperti ditulis dalam rilis Kemendag.
Melalui IK-CEPA, pada perdagangan barang, Korea Selatan akan mengeliminasi hingga 95,54 persen pos tarifnya yang mencakup 97,33 persen nilai impor Korea Selatan dari Indonesia. Sementara itu, Indonesia mengeliminasi 92,06 persen pos tarifnya.
Pada sektor perdagangan jasa, Indonesia dan Korea Selatan berkomitmen membuka lebih dari 100 subsektor, serta meningkatkan integrasi beberapa sektor jasa di masa depan, antara lain, pada sektor konstruksi, layanan pos dan kurir, hingga franchise.
Sementara itu di bidang investasi, IK-CEPA juga akan mendorong terjadinya investasi dua arah. Sekilas tentang ASEAN-Korea Center (AKC) adalah organisasi antarpemerintah yang dibentuk untuk mendukung dan meningkatkan kemitraan ASEAN-Korea Selatan, mengembangkan saling pengertian melalui pertukaran kebudayaan dan people-to-people contact, serta mendorong upaya integrasi ASEAN.
AKC berdiri pada 13 Maret 2009 berdasarkan nota kesepahaman yang ditandatangani dalam Konferensi Tingkat Tinggi ke-11 ASEAN-Republic of Korea (ROK) dan beranggotakan 10 negara anggota ASEAN serta Korea Selatan. Dewan (council) ditetapkan sebagai lembaga pemegang kuasa tertinggi dalam pengambilan keputusan yang terdiri atas 11 direktur dewan (council director) yang ditunjuk dari masing-masing negara anggota.
Untuk Indonesia, yang bertindak sebagai direktur dewan adalah Dirjen PEN Kementerian Perdagangan. Terdapat tiga pilar kegiatan AKC, yakni perdagangan dan investasi, budaya, dan pariwisata, serta hubungan masyarakat dan pertukaran informasi.
Dalam misi dagangnya di Korea, delegasi Indonesia dijadwalkan melakukan pertemuan bilateral dengan Ministry of Trade, Industry, and Energy (MOTIE) Korea Selatan terkait kerja sama bilateral Indonesia-Korea Selatan, antara lain IK-CEPA dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).
Selain itu, delegasi Indonesia juga akan melakukan pertemuan bisnis dengan Busan Indonesia Center (BIC) dan juga dengan Korea Importers Association (KOIMA) dalam kegiatan Indonesia-Republic of Korea Business Forum and Business Matching.
Nilai total perdagangan Indonesia—Korea Selatan pada 2021 tercatat sebesar USD18,40 miliar. Dari nilai tersebut, ekspor Indonesia ke Korea Selatan sebesar USD8,98 miliar. Sedangkan, impor Indonesia dari Korea Selatan sebesar USD9,42 miliar.
Nilai total perdagangan Indonesia-Korea Selatan pada periode Januari-Maret 2022 telah mencapai USD6,09 miliar. Ekspor Indonesia ke Korea Selatan tercatat sebesar USD3,11 miliar. Impor Indonesia dari Korea Selatan sebesar USD2,98 miliar.
Produk ekspor nonmigas utama Indonesia adalah batu bara, tembaga, minyak nabati, alat pemancar sinyal TV, dan amonia. Sedangkan produk impor nonmigas utama Indonesia dari Korea Selatan adalah komponen elektronik (memori), suku cadang elektronik, tanker, komponen elektronik (prosesor), dan propylene.
Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari