Industri keramik di tanah air terus memacu produksi untuk memenuhi pasar domestik dan ekspor.
Tahun 2022 diyakini pemerintah dan para pelaku usaha sebagai momentum kebangkitan sektor industri ubin keramik di tanah air. Hal itu ditandai dengan langkah penggelontoran dana segar ke dalam sektor industri itu, dalam rangka memperkuat investasi serta memenuhi permintaan pasar domestik dan global.
Plt. Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian, Ignatius Warsito menyampaikan hal itu saat memberikan sambutan mewakili Menteri Perindustrian, ketika meninjau proyek perluasan pabrik ubin keramik PT Arwana Citramulia, pada Rabu, 20 Juli 2022. Keyakinan itu, menurut Warsito, didasari fakta bahwa kinerja positif industri keramik sebagai subsektor dari industri bahan galian nonlogam, tumbuh 1,35% dengan kontribusi 0,47% (year on year/yoy) pada triwulan I-2022.
Capaian positif itu sekaligus menempatkan industri bahan galian nonlogam sebagai peringkat kedua dalam kontribusi perkembangan investasi di sektor industri kimia, farmasi, dan tekstil (IKFT) sebesar 2,69%. “Pada triwulan I-2022, industri manufaktur mampu tumbuh sebesar 5,47%, melampaui pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,01%. Pencapaian industri pengolahan nonmigas tersebut juga didukung kinerja positif sektor IKFT yang tumbuh sebesar 4,71% atau naik 0,14% dibandingkan kuartal akhir 2021,” ungkapnya.
Warsito menambahkan, permintaan pasar dalam negeri untuk ubin keramik mencapai 7,8 juta ton pada 2021. “Daya saing industri ubin keramik dalam negeri akan semakin kuat dengan ditandai meningkatnya proporsi supply lokal dibanding impor,” imbuhnya.
Optimisme kebangkitan industri bahan bangunan nasional, khususnya ubin keramik nasional juga semakin jelas terlihat dengan adanya Undang-Undang nomor 3 tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara (IKN) serta Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 9/M Tahun 2022 tentang Pengangkatan Kepala dan Wakil Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara.
Bayangkan, bentang keseluruhan luas daratan IKN sebesar 256.142 hektare (ha) dengan proyeksi pembangunan kawasan pengembangan IKN Nusantara sebesar 78% atau seluas 199.962 ha. Kondisi tersebut tentu bisa dimanfaatkan oleh seluruh stakeholder bahan bangunan dan jasa konstruksi nasional untuk mulai menetapkan IKN Nusantara sebagai potential market, dalam peningkatan utilitas produksi dan dalam upaya menekan laju impor.
Apalagi pemerintah telah menerbitkan regulasi Peraturan Presiden nomor 12 tahun 2021 tentang Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri dalam Pengadaan Barang/Jasa. Di mana pemerintah yang mewajibkan kementerian, lembaga, dan perangkat daerah untuk menggunakan produk dalam negeri, termasuk rancang bangun dan perekayasa nasional yang mempersyaratkan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) paling sedikit 40%.
Pengembangan itu didukung pula dengan strategi pemerintah dalam pemulihan kinerja industri ubin keramik. Pemerintah melibatkan kolaborasi antara Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Keuangan melalui pemberlakuan peraturan perpanjangan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) atau safeguard ubin keramik selama tiga tahun melalui regulasi Peraturan Menteri Keuangan nomor 156/PMK.010/2021.
Strategi selanjutnya yang juga berdampak signifikan adalah insentif harga gas bumi tertentu (HGBT) bagi industri sebesar USD6 per MMBTU melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 89K/10/MEM Tahun 2020, yang selanjutnya diperbarui dengan Keputusan Menteri ESDM Nomor 134.K/HK.02/MEM.M Tahun 2021. Kebijakan itu terbukti meningkatkan efisiensi biaya operasional di tengah masa pandemi Covid-19.
Capaian utilitas kinerja industri ubin keramik pada 2021 juga mencapai 72%, atau tertinggi dalam lima tahun terakhir. Strategi pemulihan yang tepat tentunya berdampak pada perbaikan berkesinambungan sehingga kinerja ekspor industri keramik nasional pada kuartal I tahun 2022 mampu tumbuh positif sebesar 12% dengan total volume 3,9 juta meter persegi.
Kinerja ekspor itu didukung oleh peningkatan penjualan ke negara Filipina, Malaysia, dan Thailand. Pencapaian positif juga diikuti dengan penurunan volume impor sebesar 21% (yoy) dari 18,5 juta meter persegi menjadi 14,4 juta meter persegi, yang berdampak pada kenaikan utilitas pada kuartal I-2022 berada di level 83%.
Peningkatan Investasi
Multiplier effect dari insentif HGBT untuk industri keramik termasuk peningkatan investasi seperti yang dilakukan PT Arwarna Citramulia Tbk di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Diketahui, pabrik Plant 5C PT Arwana Citramulia Tbk di Mojokerto, Jawa Timur, melakukan perluasan pabrik Plant 5B.
Dari catatan Kemenperin, PT Arwana Citra Mulia Tbk menggelontorkan dana sebesar Rp300 miliar untuk menambah kapasitas sebesar 3 juta meter persegi dari Plant 5B untuk produksi ubin keramik 60x60 cm. Selain itu, dilakukan penambahan kapasitas sebanyak 4,4 juta meter persegi dari proyek Plant 5C, yang mulai berproduksi pada awal 2023. Untuk itu, dibutuhkan tenaga kerja lokal hingga 401 orang.
PT Arwana Citramulia Tbk juga tengah bersiap membangun pabrik baru Plant 4C di Ogan Ilir, Sumatra Selatan. Investasi yang dialokasikan sebesar Rp300 miliar, dengan kapasitas produksi sebesar 3,7 juta meter persegi per tahun. “Sehingga, dengan tambahan Plant 5B, Plant 5C, dan Plant 4C, Arwana Ceramics akan mencatatkan total kapasitas terpasang sebesar 72 juta meter persegi per tahun,” kata Direktur Utama PT Arwana Citramulia Tbk Tandean Rustandy.
Ekspansi PT Arwana Citramulia Tbk di Mojokerto berpeluang mengambil alih proporsi ubin keramik impor. Optimisme semakin didukung dengan pencapaian hasil usaha pada semester pertama 2022, di mana Arwana Ceramics tercatat memperoleh laba bersih sebesar Rp305,8 miliar, yang merupakan peningkatan 38,4% yoy.
Pihak perusahaan juga meyakini, target penjualan maupun laba bersih untuk 2022 bisa tercapai dengan didukung produk ARNA Gres dari Plant 5B yang memiliki profit margin yang lebih besar dibandingkan lini-lini produk lainnya. Profitabilitas perusahaan berpotensi semakin meningkat lagi saat Plant 5C dan Plant 4C sudah mulai beroperasi.
Selain PT Arwana, selama semester I-2022 juga terdapat dua investasi lainnya di sektor ubin keramik, yaitu di Kawasan Industri Kendal sebesar Rp1,2 triliun dan di Kawasan Industri Terpadu Batang dengan nilai investasi mencapai Rp1,5 triliun.
Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari