Indonesia.go.id - Hub Utama Baru Bernama Terminal Kijing

Hub Utama Baru Bernama Terminal Kijing

  • Administrator
  • Sabtu, 13 Agustus 2022 | 20:49 WIB
PELABUHAN
  Presiden Joko Widodo meresmikan pembangunan Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak yang terletak di Kabupaten Mempawah, Provinsi Kalimantan Barat. SETPRES
Pembangunan Terminal Kijing selesai. Satu demi satu proyek strategis bisa dituntaskan sesuai dengan komitmen.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru saja meresmikan Terminal Kijing, di Pelabuhan Pontianak, Selasa (9/8/2022). Sebagai bagian dari proyek strategis nasional (PSN) dan telah diinisiasi sejak 2013, tuntasnya pelabuhan itu tentu sangat menggembirakan masyarakat Kalimantan Barat.

Infrastruktur baru berupa terminal pelabuhan itu tak hanya megah dan besar. Menyandang taraf internasional, terminal itu membuat provinsi tersebut kini memiliki pintu gerbang yang memadai bagi kegiatan ekspor dan impor barang.

Itulah sebabnya, Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji bergegas mengajak semua pihak, terutama pihak otoritas terkait Pelabuhan Internasional Kijing di Mempawah, untuk mengoptimalkan operasional infrastruktur itu dengan sebaik mungkin. “Keberadaan Pelabuhan Internasional Kijing, yang ada di kabupaten Mempawah, akan menjadi fasilitas penting untuk kemajuan Kalbar. Pelabuhan Kijing itu sangat strategis,” kata Sutarmijdi.

Dibangunnya Terminal Kijing disebabkan Pelabuhan Dwikora, Pontianak, sudah tidak memungkinkan diperluas. Lantaran, pelabuhan itu berada di tengah kota dan menggunakan lalu lintas Sungai Kapuas sebagai jalur pelayarannya. Sehingga, sangat rentan jika terjadi pendangkalan.

Upaya mewujudkan pelabuhan peti kemas dan curah terbesar di Kalimantan itu bukanlah hal mudah. Setidaknya dibutuhkan waktu sekitar tujuh tahun bagi pemerintah untuk menggarap Terminal Peti Kemas Kijing, sebelum akhirnya diresmikan. Itulah sebabnya, besar harapan bahwa infrastruktur itu bisa berkontribusi maksimal dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional. 

Sebagai informasi, pembangunan Terminal Kijing itu didanai oleh APBN, dengan nilai yang mencapai Rp2,9 triliun. Terminal Kijing ditetapkan sebagai PSN berdasarkan Perpres nomor 43/2017 tentang Percepatan Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak di Kalimantan Barat.

Terminal Kijing memiliki dermaga dengan panjang lima kilometer dan memiliki kapasitas terminal peti kemas mencapai 500.000 Teus per tahun, terminal curah cair lima juta ton per tahun, terminal curah kering menampung tujuh juta ton per tahun, dan barang serbaguna sebanyak 500.000 ton per tahun.

Kelak sebagai kelanjutan dari tahap pertama, kapasitas terminal itu akan ditingkatkan hingga menjadi 950.000 ton per tahun untuk peti kemas, terminal curah cair berdaya tampung 8,34 juta ton per tahun, dan terminal curah kering 15 juta ton per tahun. Pembangunan Terminal Kijing sendiri dibagi dalam tiga tahap. Kini operasional Terminal Kijing berada di tahap I. 

Kini, terminal tersebut juga telah menyandang status sebagai salah satu pelabuhan hub dari tujuh hub utama di Indonesia.

 

Pembangunan KEK

Rencananya, selain membangun terminal, di areal tersebut juga akan dibangun kawasan industri berupa kawasan ekonomi khusus (KEK), yang akan berdiri di atas lahan 200 hektare. KEK itu nantinya menjadi daerah asal kargo (hinterland), khususnya bagi produk olahan mineral dan komoditas perkebunan, seperti CPO dan karet.

Diketahui, Provinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu sentra produksi CPO Indonesia. Produksi CPO di provinsi itu pada 2021 mencapai 5 juta ton dan diproyeksikan mencapai 7 juta ton pada 2030. 

Kalimantan Barat juga memiliki cadangan bauksit terbesar di Indonesia, yakni 840 juta ton atau 67 % dari total cadangan bauksit di tanah air.

Berkaitan dengan pengoperasian Terminal Kijing, Presiden Jokowi mengatakan, pengoperasian terminal itu merupakan bagian dari kebijakan hilirisasi pemerintah. "Pengoperasian Terminal Kijing larinya menuju hilirisasi, larinya ke industrialisasi. Di situlah kami akan mendapatkan nilai tambah, baik itu urusan pendapatan negara dan pembukaan lapangan kerja sebanyak-banyaknya," ujar Presiden Jokowi.

Lebih jauh, Presiden Jokowi mengatakan, Terminal Kijing dapat mempercepat proses logistik dan meningkatkan konektivitas. Oleh karena itu, sambung dia, aksesibilitas konektivitas logistik sangat diperlukan,  

Dengan kata lain, perlu adanya pelebaran jalan arteri menuju Terminal Kijing untuk memperlancar distribusi barang. Seiring itu, Presiden Jokowi pun telah meminta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono untuk melakukan pelebaran jalan arteri dari dan menuju Terminal Kijing.

Tujuan pelebaran jalan itu, menurut Presiden Jokowi, perlu dilakukan agar arus perjalanan kontainer menuju Terminal Kijing kian lancar. "Tujuan akhir kita dalam mengoperasikan Terminal Kijing adalah memperkuat daya saing itu betul-betul bisa kita lakukan," kata Jokowi.

Terkait KEK di provinsi itu, Presiden Jokowi pun mengundang investor untuk ikut melakukan pembangunan kawasan industri, sehingga membawa capital inflow dan memperkuat perekonomian di Indonesia. “Itulah kenapa juga dibangun pelabuhan ini, untuk kecepatan, untuk konektivitas dan yang paling penting daya saing produk kita.”

Pendapat senada disampaikan Menteri BUMN Erick Thohir. Dia berharap, Terminal Kijing bisa mendukung program penghiliran untuk memaksimalkan ekspor dengan cara-cara baru.

Menurut Menteri Erick, pembangunan Terminal Kijing dilakukan menggunakan pendanaan mandiri BUMN, hasil kolaborasi antara Pelindo dan WIKA. Hal itu dilakukan guna mengakselerasi Pelindo menjadi operator pelabuhan bertaraf internasional. 

Dia juga berharap, Pelindo dapat menghubungkan belasan ribu pulau Nusantara, membawa arus pertumbuhan perekonomian, dan menaikkan daya saing Indonesia. 

“Keberadaan Terminal Kijing ini harus dimanfaatkan secara optimal sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia, khususnya Kalimantan Barat yang memiliki potensi crude palm oil, bauksit, dan sumber alam lainnya,” ujarnya.

Menteri Erick menambahkan, kontribusi pelabuhan tersebut juga bisa memperkokoh posisi Pelindo sebagai operator terminal peti kemas terbesar ke-8 di dunia. Dengan total arus peti kemas atau throughput mencapai 16,7 juta TEUs.

Diharapkan, terminal itu juga mampu memperkuat ekosistem industri pelabuhan nasional, sekaligus daya saing pelabuhan Indonesia sebagai jalur strategis perdagangan di Asia Tenggara. Selain, memiliki nilai strategis bagi pemerataan dan akselerasi pertumbuhan ekonomi di daerah dan nasional.

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari