Sebanyak 123 tenaga medis dan kesehatan yang gugur dalam tugas menghadapi pandemi Covid-19 menerima tanda kehormatan dari negara.
Sesuai tradisi dalam memperingati Hari Kemerdekaan RI, Presiden RI selaku Kepala Negara memberikan tanda kehormatan kepada warga negara yang berjasa bagi kemanusiaan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan masyarakat luas. Pada tahun ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menganugerahkan tanda kehormatan kepada total 127 orang dari pelbagai latar profesi.
Penganugerahan tanda kehormatan dalam rangka memperingati Kemerdekaan ke-77 Republik Indonesia itu digelar di Istana Negara, Jakarta, Jumat (12/8/2022). Tahun ini, tanda kehormatan yang terdiri atas Bintang Mahaputera, Bintang Jasa, dan Bintang Budaya Parama Dharma dianugerahkan kepada para penerima dengan berdasarkan pada Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 64, 65, dan 66/TK/TH 2022.
Keputusan Presiden tersebut ditetapkan di Jakarta pada 11 Agustus 2022. Adapun penerimaan tanda kehormatan tersebut diwakili oleh tujuh orang penerima atau ahli waris penerima yang hadir secara langsung di Istana Negara.
Tujuh orang penerima tersebut adalah:
- Almarhum Ajip Rosidi, sastrawan, dianugerahi tanda kehormatan Bintang Mahaputera Pratama;
- Letjen (Purn) Ida Bagus Purwalaksana, Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan 2019-2022, dianugerahi tanda kehormatan Bintang Jasa Utama;
- Almarhum Profesor Dr Mundardjito, arkeolog, dianugerahi tanda kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma;
- Almarhumah dr Carolina Rezeki Sihombing, dokter spesialis di RSUD Kota Depok, mendapatkan tanda kehormatan Bintang Jasa Pratama;
- Almarhum Sunjaya, Kepala Puskesmas pada UPTD Puskesmas Sukatani, Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, mewakili 98 penerima lainnya yang masing-masing dianugerahi tanda kehormatan Bintang Jasa Pratama;
- Almarhum Gugum Gumbira, seniman tradisi Sunda, menerima tanda kehormatan Bintang Jasa Nararya;
- Almarhumah Dewi Wikantini, bidan penyelia pada UPT Puskesmas Baktijaya Kota Depok, Jawa Barat, mewakili 22 penerima lainnya yang masing-masing dianugerahi tanda kehormatan Bintang Jasa Nararya.
Lantas bagaimana sosok penerima tanda kehormatan RI pada tahun ini? Berikut profil dari 127 penerima tanda kehormatan dari presiden:
Sastrawan Produktif
Ajip Rosidi adalah salah satu sastrawan dan budayawan paling produktif yang dimiliki Indonesia. Selama sekitar lima dekade berkecimpung di dunia sastra, ia banyak menulis cerita pendek (cerpen), sajak, esai, saduran, terjemahan, hingga kritik dalam bahasa Sunda maupun Indonesia. Ratusan karya sudah dihasilkannya.
Selain itu, pria kelahiran Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat, pada 31 Januari 1938 itu tercatat pernah menjabat sebagai redaktur, pemimpin dari perusahaan penerbitan, serta pendiri Yayasan Kebudayaan Rancage, yang bergerak dalam bidang pelestarian dan pengembangan kebudayaan daerah.
Kendati tidak pernah tamat sekolah menengah atas, Ajip Rosidi dipercaya sebagai dosen, bahkan menerima Gelar Kehormatan bidang Ilmu Budaya dari Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran (Unpad).
Bahkan di era 1980-an, Ajip Rosidi diangkat sebagai guru besar tamu di Osaka Gaikokugo Daigaku (Universitas Bahasa-Bahasa Asing Osaka). Selain itu, ia menjadi guru besar luar biasa di Kyoto Sangyo Daigaku (Universitas Industri Kyoto), di Tenri Daigaku (Universitas Tenri), dan di Osaka Gaidai (Osaka University of Foreign Studies).
Pada 2001, bersama beberapa sastrawan dan budayawan Sunda, Ajip Rosidi menyusun Ensiklopedi Kebudayaan Sunda. Terakhir, pada 2008, ia juga menerbitkan autobiografi bertajuk "Hidup Tanpa Ijazah, Yang Terekam dalam Kenangan".
Ajip Rosidi wafat pada 29 Juli 2020 dalam usia 82 tahun karena komplikasi penyakit.
Maestro Jaipongan
Almarhum Gugum Gumbira Tirasondjaja atau dikenal Gugum Gumbira dikenal sebagai penata tari kondang asal Jawa Barat. Dia mengembangkan tari rakyat ketuk tilu hingga menjadi sebuah tontonan menarik yang lebih dikenal dengan tari jaipongan atau jaipong. Berkat tangan dinginnya tari ini sampai dikenal hingga ke mancanegara.
Goyang tari jaipongan merupakan hasil yang paling populer dari studinya memperbarui musik ritual desa bernama ketuk tilu dengan gerakan dari pencak silat, seni bela diri Indonesia, dan musik dari tarian teater bertopeng, topeng banjet, dan teater wayang golek.
Kreasi tari Gugum dibuat di Studio Jugala dan Sanggar Tari Jugala di Bandung yang dikhususkan untuk membuat tari-tarian jaipongan dan orkestra jugala. Orkestra jugala memainkan instrumen gamelan sunda, drum, rebab dan suling, memainkan jaipongan dan musik degung kontemporer.
Meski berkarier sebagai seniman, pria kelahiran Bandung, 4 April 1945 ini juga pernah dipercaya menjabat sebagai Manajer Persib Bandung 2001-2003. Klub sepak bola kebanggaan Bandung dan Jawa Barat.
Gugum Gumbira meninggal dunia dalam usia 74 tahun di RS Santosa Bandung akibat sakit, pada 4 Januari 2020.
Bapak Arkeolog Indonesia
Profesor Dr Mundardjito (8 November 1936–2 Juli 2021) merupakan seorang arkeolog dari Indonesia yang dijuluki sebagai Bapak Arkeologi Indonesia. Julukan itu dilekatkan setelah Mundardjito memperkenalkan ilmu metodologi arkeologi yang ia dipelajari dari Universitas Athena di Yunani pada 1969-1972.
Dari sinilah di Indonesia muncul cabang ilmu baru, yaitu ekologi dalam arkeologi ruang pada 1993. Mundardjito merupakan mantan guru besar tetap di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Setelah pensiun pada 2001, dia menjadi guru besar tidak tetap di Universitas Indonesia (UI).
Pak Otti (panggilan akrab Mundardjito) juga pernah mendapatkan penghargaan nasional seperti Penghargaan Ahmad Bakrie Award pada 2014 dan Satyalencana Karya Satya pada 1994.
Penghargaan Satyalencana 30 tahun diberikan langsung oleh Presiden Soeharto atas ketekunan, kontribusi, kinerja, dan prestasinya dalam dunia arkeologi. Mundardjito merupakan salah satu dari 10 ahli arkeologi lainnya yang mendirikan Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) sebagai wadah bagi para sarjana dan ahli arkeologi untuk bekerja sama dalam membangun arkeologi di Indonesia.
Pada berbagai kesempatan ia kerap menyatakan dengan tegas tentang peran masyarakat dan publik yang ikut andil dalam pelestarian situs serta kawasan arkeologi. Selain nama-nama di atas, ada 123 penerima tanda kehormatan lain yang merupakan tenaga medis dan kesehatan yang gugur dalam menangani pandemi Covid-19.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari