Pesan Presiden RI, riset harus mampu menjawab persoalan kedaulatan pangan dan energi.
Momentum peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-27 tidak sekadar kegiatan seremonial, melainkan dapat menjadi pendorong para periset di tanah air untuk terus berkarya menghasilkan inovasi.
Peringatan Hakteknas 2022 mengusung tema “Riset Inovasi untuk Kedaulatan Pangan dan Energi”. Tema ini sejalan dengan pesan Presiden RI, yakni riset harus mampu menjawab persoalan kedaulatan pangan dan energi.
Sebagai upaya mewujudkan kedaulatan pangan dan energi, menurut Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Tri Laksana Handoko, pihaknya memegang peranan penting melalui riset dan inovasi yang melibatkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang dimiliki para perisetnya.
Saat ini, BRIN juga telah dilengkapi berbagai infrastruktur modern yang tersebar di empat kawasan sains dan teknologi (KST) nasional maupun 12 kawasan riset dan inovasi lainnya. Tepat pada Hakteknas 2022, yang digelar BRIN di Gedung Genomik, Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Soekarno, di Cibinong Bogor, Rabu (10/8/2022), dilakukan rebranding empat kawasan sains dan teknologi tersebut.
Adapun empat KST nasional tersebut, yakni KST Soekarno di Cibinong, KST Habibie di Serpong, KST Siwabessy di Pasar Jumat, dan KST Samaun Samadikun di Bandung. Keseluruhan KST nasional ini dapat menggambarkan secara lengkap kondisi dan strategi riset dan inovasi di tanah air.
Handoko mengungkapkan, KST Soekarno dibangun di atas tanah seluas 198 hektare dan diinisiasi oleh Presiden ke-1 RI Soekarno sejak tahun 1964. KST yang berlokasi di Cibinong, Jawa Barat, telah bertransformasi menjadi pusat riset hayati, baik pangan, kesehatan maupun lingkungan yang terintegrasi.
“KST Soekarno memiliki peran strategis, tidak hanya secara nasional, tetapi juga secara global,” imbuh Handoko.
Keberadaan KST tak lepas dari Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (LIPI) sebagai cikal bakal BRIN. Di era pemerintahan Ir Soekarno mulai dibentuk Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI) melalui Undang-Undang (UU) nomor 6 tahun 1956. Tugasnya adalah membimbing perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memberi pertimbangan kepada pemerintah dalam hal kebijakan ilmu pengetahuan.
Lantas pada 1962, pemerintah membentuk Departemen Urusan Riset Nasional (Durenas) dan menempatkan MIPI di dalamnya dengan tugas tambahan membangun dan mengasuh beberapa lembaga riset nasional. Hingga pada 1966, status Durenas menjadi Lembaga Riset Nasional (Lemrenas). Lalu pada 1967, terbentuklah LIPI.
Dijelaskan Handoko, keberadaan KST Soekarno dengan berbagai fasilitasnya diharapkan mampu mendorong dan mempercepat pengembangan berbagai varietas unggul baru untuk ternak maupun pertanian. Selain itu, KST ini dilengkapi alat deteksi cepat, baik untuk deteksi penyakit dini, maupun deteksi kualitas bibit sedini mungkin.
KST Habibie yang berlokasi di Serpong, Tangerang Selatan, Banten, merupakan rebranding yang sebelumnya bernama Kompleks Puspitek menjadi KST Habibie.
Siapa tak kenal Profesor Dr Ing BJ Habibie? Pakar aeronotika yang juga merintis lembaga BPPT dan memimpin Kemenristek selama dua dekade hingga menjadi Presiden RI periode 1998-1999.
Kawasan tersebut direvitalisasi mulai 2023 yang meliputi pemindahan fasilitas pengembangan roket dan satelit di Tarogong dan Rancabungur, Bogor, ke KST Habibie. Sekaligus, dimulainya revitalisasi fasilitas nuklir dan aplikasinya.
Menurutnya revitalisasi terhadap fasilitas nuklir dilakukan guna memperkuat dan memberdayakan fasilitas yang ada, bekerja sama dengan para pelaku usaha, menjadi fasilitas bersama aplikasi nuklir, khususnya di bidang industri sterilisasi produk pangan dan alat kesehatan, serta kebutuhan medis.
KST berikutnya bernama Siwabessy yang berlokasi di Pasar Jumat, Jakarta Selatan. KST ini difokuskan untuk penyediaan fasilitas bagi industri sterilisasi baik pangan maupun alat kesehatan, penyediaan produk radiofarmaka, serta terapi medis berbasis iradiasi seperti terapi proton untuk penderita kanker.
“Indonesia saat ini belum memiliki fasilitas terapi kanker yang memadai, padahal prevalensi penderita kanker sangat tinggi. Infrastruktur untuk terapi berbasis iradiasi sangat mahal serta membutuhkan biaya operasional dan pemeliharaan yang tinggi,” terang Kepala BRIN.
KST terakhir diberi nama Samaun Samadikun yang berlokasi di Bandung. KST ini difokuskan untuk riset teknologi informasi dan komunikasi. Samaun Samadikun merupakan pakar elekronika ITB, pernah menjabat Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) periode 1989-1995 dan Dewan Riset Nasional 1993-1996, serta salah satu pendiri Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI).
“Pusat-pusat riset di KST Samadikun fokus pada pengembangan berbagai teknologi cerdas, termasuk kecerdasan artifisial dan big data. Kedua teknologi kunci ini tidak hanya penting untuk teknologi informasi, melainkan justru menjadi kunci di ranah bioinformatika, terutama untuk pengembangan obat melalui molecular docking, serta pertanian dan peternakan cerdas (smart farming),” tuturnya.
Keempat KST tersebut tidak hanya dapat dimanfaatkan oleh para periset BRIN untuk keperluan riset, melainkan untuk industri maupun Perguruan Tinggi. BRIN diharapkan mampu menjadi fasilitator bagi periset dan dunia usaha yang memanfaatkan riset dan inovasi.
Teknologi Pendidikan
Sementara itu, Puncak Peringatan Hakteknas 2022 di Kemendikbudristek, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengaku, terharu atas capaian transformasi digital Kemendikbudristek dalam menyediakan platform yang bermanfaat bagi ekosistem pendidikan di Indonesia.
Sejauh ini, Ekosistem Teknologi Pendidikan di Indonesia sudah menjangkau 364 ribu satuan pendidikan di 514 kabupaten/kota dari total 435 ribu sekolah dasar, menengah, kejuruan, dan PAUD, 2,7 juta lebih guru dari 3,7 juta guru, 724 ribu mahasiswa, 2.655 perguruan tinggi dan vokasi dari total 3.115 seluruh Indonesia, 2.700 lebih mitra industri, 84 ribu lebih penyedia barang dan jasa, serta 35 juta total peserta didik (data per Agustus 2022).
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari