Indonesia.go.id - Tarik Ulur Harga Karet

Tarik Ulur Harga Karet

  • Administrator
  • Jumat, 30 September 2022 | 21:49 WIB
KARET ALAM
  Ilustrasi: Seorang buruh tani menyadap karet di perkebunan karet Ujung Jaya, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Harga jual berada di titik terendah pasar karet dunia. ANTARA FOTO/ Raisan Alfarisi
Setelah menyentuh harga tertinggi April lalu, harga karet alam terus turun dan mencapai tingkat terendah pada September 2022. Sentimen pelambatan ekonomi global ikut menekan.

Harga karet remah rakyat dipatok Rp2.015 per kg pada Kamis, 22 September lalu, di Palembang. Ada kenaikan sebesar Rp125 per kg dibanding hari sebelumnya. Patokan harga itu ditentukan oleh Dinas Perdagangan Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) bersama-sama Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumsel. Acuannya adalah harga dari pasar spot Singapore Commodity, yang mematok angka USD1,34 per kg kadar karet kering (KKK).

Muncul perdebatan hangat setelah sejumlah media online di Palembang mengangkat kabar bahwa di hari yang sama karet sadapan petani di Kecamatan Pendopo, Kabupaten Empat Lawang, 334 km dari Palembang, hanya dihargai Rp8.000 per kg. Itu untuk karet kering. Yang agak basah Rp6.500 per kg dan yang lebih basah Rp6.000 per kg. Kondisi itu dianggap njomplang.

Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perdagangan Sumsel Achmad Mirza pun bergegas memberikan penjelasan bahwa harga karet di pasar bisa bervariasi tergantung kualitas. Salah satu penentu kualitas adalah kadar air, dan berikutnya kebersihan produk  karet itu sendiri. Karet yang yang bersih dari campuran daun dan tanah dihargai lebih mahal.

Karet yang harganya tinggi berasal dari getah yang bersih dan diolah secara layak. Pengolahannya sederhana, yaitu getah karet digumpalkan dengan asam semut (2%) yang diaduk rata dan dicetak dalam boks kayu ukuran 40 x 60 cm dan tebal 5 cm. Produk cetakan itu disebut slab karet.

Untuk mendapat harga yang lebih tinggi, slab karet itu dikeringkan dengan cara digiling dengan batang kayu bulat, sampai tipis, agar air di dalamnya menetes keluar. Toh, perlakukan itu belum cukup. Slab karet itu masih perlu dikeringkan dengan cara diasapi, lalu diangin-angin sampai kering. Jadilah dia rubber smoke sheet.

Karet olahan jenis itu yang dianggap punya nilai jual terbaik. Pun, dia harus ditera dengan kadar karet kering yang standar. Bila setara, produk olahan itu disebut kadar karet kering 100 persen. Jenis ini yang memperoleh harga di atas Rp20.000 di Palembang, menjelang akhir September 2022.

Bila tingkat kekeringannya 70 persen dari KKK 70 persen, dia disebut KKK 70, harganya Rp14.008 per kg. Yang KKK 60 dibanderol Rp12.007 per kg, KKK 50 nilainya Rp10.006, dan kualitas terendah KKK 40 seharga Rp8.004 per kg. Maka, harga murah di Pendopo, Empat Lawang, itu diperkirakan dari KKK 50. Unsur jarak yang 334 km dari pusat perdagangan Palembang menjadi variabel harga lainnya.

Keluhan terhadap harga karet itu belakangan muncul lagi seiring dengan terus merosotnya harga sejak Maret-April 2022. Ketika itu, harga karet mencapai tingkat tertinggi dalam lima tahun terakhir, yakni USD1,85 per kg karet kualitas KKK 100 persen. Pada titik puncak itu, harga karet mentah kualitas KKK 50 bisa laku Rp14.000 di Palembang dan Rp12.000 di Pendopo.

Indonesia adalah produsen karet terbesar kedua di dunia, setelah Tiongkok. Produksi nasional pada 2021 mencapai 3,12 juta ton setara karet olahan mentah. Dari jumlah itu, 2,4 juta ton di antaranya diekspor dalam bentuk karet mentah. Selebihnya diserap oleh industri dalam negeri, dan sebagian lagi diekspor sebagai produk olahan, seperti selang karet, seal, glove, dan banyak lainnya.

Sumsel adalah provinsi penyumbang terbesar untuk karet nasional. Dari 3,69 juta ha kebun karet di Indonesia, 872 ribu ha di antaranya ada di Sumatra Selatan. Produsen besar lainnya adalah Sumut dengan 397 ribu ha, Kalimantan Barat 392 ribu ha, Jambi 398 ribu ha, dan Provinsi Riau 330 ribu ha.  Hampir 80 persen area karet nasional adalah perkebunan rakyat.

Angka produksi dan ekspor karet nasional terus berfluktuasi dari waktu ke waktu. Pada 2021, Indonesia mencatatkan ekspor karet remah (olahan sederhana) senilai USD3,8 miliar, naik 36 persen dari tahun sebelumnya. Kenaikan itu, antara lain, didorong oleh tingginya permintaan karet untuk sarung tangan (glove) dan perkakas medis terkait pandemi Covid-19.

Tujuan ekspor terbesar ialah Amerika Serikat, dengan pengapalan sekitar 840 ribu ton. Yang kedua Jepang sebesar 740 ribu ton, lalu India 270 ribu ton, Tiongkok 260 ribu ton, dan Korea Selatan 228 ton. Ekspor 2021 itu sesungguhnya bisa lebih diungkit  besar. Hanya saja, para eksportir dari Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) mengeluhkan kelangkaan peti kemas yang membuat arus ekspor agak tersendat.

Untuk 2022, diperkirakan nilai ekspor karet mentah (rubber smoke sheet) Indonesia akan menyusut nilai dan volumenya. Di bursa berjangka Singapura, karet diperdagangkan sekitar angka USD1,30 sen per kg pada awal September, seiring dengan menguatnya kekhawatiran pada inflasi global. Sampai akhir September 2022 pun, harga itu belum terungkit naik secara signifikan, seraya menjadikannya yang terendah dalam tiga tahun terakhir.

Isu pelambatan ekonomi masih membayangi bursa karet Singapura sampai akhir September 2022. Turunnya produksi mobil di Tiongkok, selama tiga bulan berturut-turut, dengan pengurangan 36.000 unit pada Agustus, menjadi salah satu isu yang paling mengemuka. Isu lainnya ialah kebijakan Honda Motor yang akan memangkas 40 persen produksi pada dua pabriknya di Jepang, karena ada masalah rantai pasok.

Pabrik mobil adalah industri yang banyak menggunakan bahan karet alam. Tak pelak, isu di sektor otomotif itu langsung berpengaruh pada harga karet. Produksi karet dunia pun terus meningkat. Bila 10 tahun silam, produksi karet mentah dunia baru mencapai 25 juta ton, sejak 2016--2018 produksi dunia sudah pada kisaran 29 juta ton per tahun. Elastisitas harga karet menjadi tak sempurna, cepat mengerut dan megar-nya makan waktu lama.

Bila tak ada lonjakan permintaan, harga karet mentah cenderung lemah. Harga karet di Pendopo, Kabupaten Empat Lawang, sulit beranjak naik. Situasi tentu akan berubah bila serapan karet alam  dalam negeri meningkat. Gebrakan hilirisasi karet rakyat ini tampaknya sudah makin mendesak.

 

Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari