Harga kedelai menembus 14.000 per kg. Tahu-tempe pun ikut mengungkit inflasi. Subsidi kedele diusulkan naik. Cadangan pangan pemerintah diharap bisa mengendalikan fluktuasi harga.
Harga kedelai bergolak lagi, bahkan kali ini menyentuh Rp14.000 per kg di Jakarta, Bekasi, Bogor, dan Bandung. Perajin tahu-tempe kembali puyeng. Setahun lalu, harganya masih pada level Rp10.500–Rp 11.000 per kg, dan melonjak menjadi Rp12.000 per kg pada Februari 2022. Selanjutnya, merayap sampai ke Rp13.000 pada September lalu. Kini, tiba-tiba melonjak ke Rp14.000 per kg atau lebih. Angka tertinggi selama ini.
Untuk meredam gejolak harga produk olahan kedelai, terutama tahu-tempe yang menjadi sumber protein rakyat, pemerintah memberikan subsidi Rp1.000 per kg. Subsidi ini dibagikan pada para pelaku usaha industri rumahan tahu-tempe, dan disalurkan melalui Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo), sejak April 2022, dan akan dilakukan setidaknya sampai Desember 2022.
Namun, besaran subsidi itu dianggap sudah tak memadai ketika harga kedelai sudah melampaui angka Rp13.000 per kg, apalagi kalau Rp14.000. Hal tersebut diakui oleh Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan. ‘’Sudah nggak nendang. Kita sedang bicarakan kemungkinan bisa naik ke Rp2.000 atau Rp3.000 per kg,’’ ujar Mendag Zulkifli, di sela-sela acara Rakernas Gakoptindo di Bogor, Minggu (30/10/2022).
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menghadiri Rakernas Gakoptindo itu untuk membahas harga kedelai dan pengaruhnya pada kinerja industri kecil dan mikro berbahan tahu-tempe. Kalangan Gakoptindo mendesak agar pemerintah menambah subsidi itu sampai Rp2.000 hingga Rp3.000 per kg.
Indonesia sudah sejak puluhan tahun silam bergantung pada kedelai impor. Dari sekitar 3 juta ton konsumsi kedelai nasional per tahun, 80 persen ialah kedelai impor. Sebagian terbesar kedelai itu mengalir ke industri rumahan tahu-tempe. Sebagian lainnya ke industri kecap, tauco, susu kedelai, dan pakan ternak. Limbah gilingan tahu (ampas tahu) bisa difermentasi menjadi oncom.
Harga kedelai di pasar internasional sendiri sebetulnya dalam tren menurun. Di Chicago Board of Trade, Amerika Serikat, harga kedelai dibanderol di level USD13,88 per bushel. Artinya harga per kilogramnya USD0,51 (Rp7.959) per kg. Satu bushel setara dengan 27,2 kg. Harga tersebut yang terendah sejak Februari lalu, dan 20 persen di bawah harga tertinggi pada akhir Mei lalu.
"Khusus untuk kedelai memang iya, sebetulnya tren harga dunianya turun. Tapi, pengirimannya itu kan 40 hari, jadi harga yang turun itu akan berlaku Desember atau Januari nanti. Yang sekarang ini masih harga yang kemarin, masih mahal,’’ kata Zulkifli Hasan.
Mendag juga menyebut masalah nilai tukar rupiah yang melemah kepada dolar. Ada pula isu kelangkaan peti kemas yang membuat biaya logistik lebih mahal. Dengan harga saat ini, kata Mendag, pengusaha pun mengusulkan subsidi naik Rp2.000--3.000 per kilogram.
Menteri Zulkifli akan membawa aspirasi ini ke sidang kabinet yang terdekat untuk segera diputuskan. Sekiranya target tidak tercapai, Zulkifli berharap pemerintah daerah bisa turun tangan membantu, dengan anggaran yang disisihkan dari APBD, untuk penanggulangan inflasi. ‘’Ini sesuai dengan perintah presiden. Instruksi presiden.”
Pemkot Bandung telah melakukannya dengan memberi subsidi kepada pelaku industri tahu tempe yang tidak kebagian subsidi pemerintah pusat. Besarnya Rp1.000 untuk per kg kedelai. Untuk waktu mendatang, urusan kedelai sudah ada jalannya. Pemerintah mengatur pengelolaan bahan pokok ini, termasuk kedelai, melalui Peraturan Presiden (Perpres) nomor 125 tahun 2022 tentang Cadangan Pangan Pemerintah (CPP). Di dalamnya ada 11 komoditas. Rinciannya, beras, jagung, kedelai, bawang, cabai, daging unggas, telur unggas, daging ruminansia, gula, ikan, dan minyak goreng. Untuk tahap pertama, beras, jagung, dan kedelai akan menjadi prioritas.
Perpres ini pada dasarnya tentang upaya pemerintah untuk menyiapkan stok pangan yang langsung dikuasai dan dikelola pemerintah sendiri. Pengadaannya melalui Bulog dan BUMN Pangan lainnya. Sebagai pelaksana yakni Badan Pangan Nasional.
Penyaluran CPP tersebut, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Perpres 125/2022 dilakukan untuk menanggulangi kekurangan pangan; gejolak harga pangan; bencana alam; bencana sosial; dan/atau keadaan darurat. Tindakan penyaluran pangan itu juga untuk mengantisipasi, memitigasi, dan untuk stabilisasi harga pangan, selain mengatasi masalah pangan, mengatasi krisis pangan, pemberian bantuan pangan, kerja sama internasional, pemberian bantuan pangan luar negeri, dan/atau keperluan lainnya.
Masalah pangan memang harus dikelola secara cermat. Dengan penduduk 275 juta, konsumsi atas bahan pangan secara nasional akan memberi dampak ekonomi yang besar. Kenaikan harga kedelai, misalnya, mulai berdampak kepada inflasi. Betapa tidak, sebab harga kedelai merupakan bahan baku produk olahan tahu dan tempe yang menembus semua segmen masyarakat.
Menurut catatan BI, harga tahu mentah naik sebesar 0,02% (mtm). Kenaikan harga tahu ini karena bahan baku tahu yakni kedelai mengalami kenaikan harga. Maka, harga kedelai dan semua produk turunannya pun meningkat. Walhasil, kedelai menjadi pengungkit inflasi terbesar ketiga, setelah BBM dan beras, untuk inflasi Oktober 2022.
Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari