Perpanjangan kontrak kerja sama bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan LNG domestik, melainkan juga ekspor.
Di penghujung akhir 2022, Indonesia mencatat sejarah besar di bidang investasi. Pada Jumat (23/12/2022), bertempat di kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), telah ditandatangani perpanjangan kontrak kerja sama (KKS) Tangguh.
Perpanjangan kontrak itu ditandatangani Menteri ESDM Arifin Tasrif, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto, dan BP Regional President Asia Pacific Low Carbon Energy Kathy Wu, beserta perwakilan dari para mitra Tangguh.
Perpanjangan KKS Tangguh membuat BP dan mitranya bisa mengembangkan proyek Tangguh liquefied natural gas (LNG) hingga 2055. Wilayah KKS Tangguh melingkupi Wiriagar, Berau, dan Muturi di Teluk Bintuni Papua Barat.
Di proyek Tangguh LNG, BP berperan sebagai operator dengan porsi kepemilikan 40,22 persen. Kemudian MI Berau BV 16,3 persen, CNOOC Muturi Ltd 13.90 persen, Nippon Oil Exploration (Berau) Ltd 12.23 persen, KG Berau Petroleum Ltd 8.56 persen, KG Wiriagar Petroleum Ltd 1.44 persen, dan Indonesia Natural Gas Resources Muturi Inc 7.35 persen.
Menteri ESDM mengemukakan, perpanjangan kontrak kerja sama ini ada guna memastikan ketersediaan LNG dalam memenuhi kebutuhan. Tidak hanya kebutuhan domestik, melainkan juga untuk mendukung kebutuhan LNG negara lain. “Salah satunya untuk mendukung pencapaian target transisi energi Indonesia,” ujarnya dalam keterangannya yang dirilis, Jumat (23/12/2022).
Menurutnya, LNG sangat penting bagi Indonesia. Sebagai negara yang tengah memasuki periode transisi energi. “Kami harus mencapai target net zero emission (NZE) pada 2060,” tambahnya.
Arifin Tasrif menambahkan, pihaknya percaya bahwa gas akan memiliki peran penting dalam mencapai target tersebut. Indonesia memiliki potensi yang besar untuk memproduksi gas di masa depan.
Oleh karena itulah, pemerintah meminta kontraktor untuk dapat bekerja sama dan mengembangkan sumber daya. Pada kesempatan itu, Menteri ESDM juga meminta agar BP segera menyelesaikan proyek Tangguh train 3 yang menjadi salah satu proyek strategis nasional di sektor hulu migas.
Apalagi, gas bumi dianggap menjadi komoditas yang memiliki peran penting pada masa transisi energi menuju NZE pada 2060. “LNG sangat penting bagi Indonesia. Kami percaya bahwa gas akan memiliki peran penting dalam mencapai target tersebut. Indonesia memiliki potensi yang besar untuk memproduksi gas di masa depan, maka dari itu pemerintah meminta kontraktor untuk dapat bekerja sama dan mengembangkan sumber daya,” katanya.
Satu riset yang dilakukan International Energy Agency (IEA) berkaitan dengan permintaan gas. Lembaga itu memproyeksikan, pembangkit listrik tenaga gas masih akan tumbuh untuk menggantikan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbasis batu bara dalam skenario net zero emission.
Hingga 2035, IEA memprediksi gas masih akan digunakan untuk menjembatani transisi energi global, khususnya saat peralihan dari PLTU ke pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT).
Oleh karena itu, wajar pemerintah akan mendukung seluruh upaya yang dilakukan oleh kontraktor KKS untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada di dalam negeri. Hal itu pun membuat pemerintah lebih terbuka dalam kerja sama pengelolaan hulu migas di dalam negeri.
Untuk diketahui, proyek Tangguh train 3 diproyeksikan bisa onstream pada kuartal pertama tahun depan. Targetnya, proyek tersebut bisa memproduksi 700 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) gas, dan 3.000 barel kondensat per hari.
Adapun, investasi yang dibutuhkan untuk proyek Tangguh train 3 ditaksir mencapai USD8,9 miliar. Tangguh LNG sendiri sudah dimulai sejak 2009 dan telah mengirimkan lebih dari 1.450 kargo dari kedua train produksi LNG yang beroperasi saat ini, dengan kapasitas produksi hingga 7,6 juta ton LNG per tahun.
Pada kesempatan yang sama, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, selain memberikan kepastian pasokan gas, perpanjangan KKS Tangguh juga akan mendatangkan komitmen investasi tambahan hingga USD4,6 miliar.
Selain itu, negara juga diproyeksikan bakal mendapatkan penerimaan hingga USD5,5 miliar sejak 2035 hingga 2055. “Perpanjangan kontrak ini juga memberikan dampak positif berupa kontribusi dalam menggerakkan perekonomian nasional maupun daerah, serta multiplier effect lainnya,” katanya.
Menurutnya, perpanjangan kerja sama tersebut juga mencerminkan komitmen pemerintah untuk terus menciptakan iklim investasi yang kondusif, serta memberikan kepastian terhadap kegiatan investasi di tanah air.
Apalagi, Tangguh selama ini menjadi produsen gas terbesar di Indonesia. Sebagai informasi, sekitar 20 persen produksi gas di dalam negeri berasal dari proyek tersebut.
Anja-Isabel Dotzenrath, BP Executive Vice President Gas & Low Carbon Energy, mengatakan bahwa perpanjangan kontrak tersebut memberikan kesempatan bagi pihaknya untuk melanjutkan pekerjaan yang selama ini dilakukan bersama dengan pemerintah dan SKK Migas. “Perpanjangan ini membantu membuka peluang-peluang baru bagi masa depan Tangguh,” ujarnya.
Dia menyebut, BP memiliki komitmen yang kuat melanjutkan kerja sama jangka panjang di bidang investasi, terutama untuk memenuhi kebutuhan energi di Indonesia. “Kami menantikan kerja sama lebih lanjut dengan Indonesia dan para mitra kami di tahun-tahun mendatang,” jelasnya.
Sementara itu, Kathy Wu menyebutkan, perpanjangan kontrak yang diterima pihaknya memungkinkan perusahaan untuk melanjutkan percepatan kegiatan eksplorasi hulu migas di dalam negeri. “Dengan tambahan blok-blok baru kami di Indonesia, ini semua menunjukkan kepercayaan kami kepada Pemerintah Indonesia dalam meneruskan investasi, dan menghadirkan berbagai solusi kebutuhan energi,” ucapnya.
Selain sedang mengembangkan Tangguh train 3, BP dan para mitranya juga telah memulai proyek Tangguh UCC yang meliputi pengembangan lapangan gas Uba dari, enhanced gas recovery (EOR) melalui penangkapan, penggunaan, dan penyimpanan karbon (EGR/ CCUS) di lapangan Vorwata, serta onshore compression. Di luar proyek Tangguh LNG, BP juga mempunyai kepemilikan di Blok Andaman II, serta Blok Agung I dan Agung II.
Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari