Komplikasi campak bisa sangat berbahaya. Diare berat hingga kematian adalah bentuk ancamannya. Anak-anak dan dewasa bisa terjangkiti.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat banyaknya kasus campak yang terjadi di tanah air belakangan ini tidak terlepas karena pandemi Covid-19. Situasi wabah Covid-19 itu membuat para orang tua tidak berani membawa anaknya ke luar rumah, sehingga target realisasi imunisasi pun turun signifikan.
Target Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) 2022 untuk mengejar imunisasi campak dan rubella di luar Jawa-Bali pun tak tercapai. Dari target 95 persen, realisasinya hanya 60,13 persen. Di Pulau Jawa dan Bali capaian target sebesar 98 persen. Namun, cakupan BIAN secara nasional sebesar 72,2 persen.
Cakupan imunisasi yang tidak optimal tersebut menyebabkan sampai awal Januari 2023, Kementerian Kesehatan melaporkan terdapat 55 status Kejadian Luar Biasa (KLB) campak di 34 kabupaten/kota di 12 provinsi. Suatu daerah disebut KLB kalau ada minimal dua kasus campak di daerah tersebut yang sudah terkonfirmasi laboratorium dan kasus ini memiliki hubungan epidemiologi.
“Selama 2022, jumlah kasus campak yang ada di negara kita memang cukup banyak lebih dari 3.341 laporan kasus. Kasus–kasus ini menyebar di 223 kabupaten/kota di 31 provinsi,” ungkap Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Prima Yosephine, MKM, Jumat (20/1/2022).
Jumlah kasus ini didapat selama kurun waktu Januari sampai Desember 2022. Jika dibandingkan dengan 2021, ada peningkatan yang cukup signifikan kurang lebih 32 kali lipat. Pemicunya jelas sudah dua tahun berturut-turut Indonesia tidak bisa mencapai target untuk pelayanan imunisasi rutin. Ditambah lagi sejumlah daerah masih ada yang menolak program imunisasi.
Campak akan sangat berbahaya jika terjadi komplikasi. Dampaknya dapat menyebabkan diare berat hingga kematian. Penyakit ini tidak semata menyerang anak-anak tapi juga remaja dan orang dewasa yang rendah tingkat kekebalannya.
“Komplikasi campak ini umumnya berat, kalau campak mengenai anak yang gizinya jelek maka anak ini bisa langsung disertai komplikasi seperti diare berat, pneumonia, radang paru, radang otak, infeksi di selaput matanya sampai menimbulkan kebutaan. Ini yang kita khawatirkan,” ujar Prima.
Secara umum, gejala campak dapat berupa demam, batuk pilek, mata berair, lalu disertai timbulnya bintik-bintik kemerahan di kulit. Biasanya muncul 2 sampai 4 hari setelah dari gejala awal.
Campak disebabkan oleh virus campak dan penularannya melalui droplet, percikan ludah saat batuk, bersin, bicara, atau bisa melalui cairan hidung. Karena campak ini salah satu penyakit yang sangat menular.
Ciri-ciri Penderita
Menurut Kepala Staf Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Djatnika Setiabudi, munculnya wabah campak salah satunya dipengaruhi pandemi Covid-19.
Apa ciri-ciri dari penderita campak? Seseorang yang tertular campak akan mengalami fase gejala awal, seperti demam tinggi, batuk pilek, hingga mata merah. Fase ini merupakan fase yang paling mudah menularkan.
Penularan campak dilakukan tidak melalui sentuhan kulit, tetapi melalui percikan droplet di udara. Untuk itulah, Djatnika mendorong agar orang yang bergejala itu segera untuk berobat ke fasilitas kesehatan.
Bagi anak-anak yang terkena campak, sebaiknya diam di rumah. Sehingga tidak menularkan ke orang lain. Jika anak yang sakit sudah bisa menggunakan masker, maka sebaiknya senantiasa bermasker selama masih menunjukkan gejala.
“Yang sehat juga perlu memakai masker, karena penularan campak melalui pernapasan,” jelasnya.
Dalam menghadapi KLB tersebut, lanjut Djatnika, pemerintah perlu menggiatkan surveilans epidemiologinya. Pemerintah harus dapat menemukan populasi penularan virus dengan tujuan untuk melindungi mereka yang sehat atau belum terkena. “Ring immunization juga bisa dilakukan. Artinya daerah yang fokus penyakitnya dipagari dengan diberikan imunisasi massal di daerah sekelilingnya,” kata Dokter Djatnika.
Oleh karena itu, Kemenkes akan melakukan penguatan surveilans campak dan rubella. Jadi kasus yang diduga campak rubella, yaitu pasien yang mengalami demam dan ruam-ruam, harus diambil spesimennya dan diperiksa di laboratorium.
Jadi penguatan surveilans dilakukan dengan segera menemukan kasus suspek campak rubella dan segera melaporkan supaya pasien dapat penanganan segera dan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Satu hal, imunisasi campak diberikan bersamaan dengan vaksin rubella dalam satu kemasan vaksin Campak-Rubella (Measles-Rubella/MR). Secara rutin imunisasi MR diberikan sebanyak tiga kali, yaitu pada umur 9 bulan, 18 bulan, dan pada anak usia kelas 1 SD/MI/sederajat.
Sebelumnya, untuk percepatan pencapaian cakupan imunisasi campak telah dilaksanakan Bulan Imunisasi Anak Nasional dan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), yaitu pemberian imunisasi campak dan rubella tanpa memandang status imunisasi sebelumnya, yang dimulai pada Mei 2022 untuk provinsi di luar Jawa Bali, dan Agustus 2022 untuk Provinsi Jawa dan Bali.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari