Lansia masuk kategori penduduk paling rentan. Pada 2045, diprediksi jumlah lansia mencapai sekitar seperlima dari total penduduk. Pemerintah pun hadir di antaranya dengan memenuhi kebutuhan hunian untuk lansia.
Menjadi lanjut usia (lansia) adalah keniscayaan. Jumlah penduduk kelompok tersebut, dari waktu ke waktu terus meningkat dan diproyeksikan akan mencapai hampir seperlima dari total penduduk Indonesia pada 2045.
Lansia masuk kategori penduduk yang paling rentan. Sebab mereka harus menghadapi beberapa tantangan berat, termasuk di antaranya adalah risiko tinggi untuk mengalami kerentanan ekonomi dan berada dalam decent work deficit (tidak adanya kesempatan kerja yang cukup), tidak memadainya perlindungan sosial, penyangkalan hak atas pekerjaan, dan terbatas dalam interaksi sosial.
Masalah lainnya adalah kebutuhan pendampingan dan juga kebutuhan akan hunian yang nyaman dan aman. Statistik menunjukkan, dari jumlah lansia di Indonesia sebanyak 86,12% bekerja di sektor informal, 75,59% merupakan pekerja rentan, dan 19,15% menjadi pekerja tidak tetap.
Secara umum, jumlah lansia perempuan (51,81%), lebih banyak daripada laki-laki (48,19%). Sedangkan jumlah lansia lebih banyak ada di perkotaan (56,05%), dibanding dengan di pedesaan (43,95%).
Mirisnya, sebanyak 41,11% lansia tinggal di rumah tangga dengan tingkat ekonomi 40% terbawah. Terkait masalah tempat tinggal para lansia itulah, pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memberikan perhatian serius.
Wujudnya adalah dilakukan pembangunan rumah susun (rusun) khusus bagi para orang lanjut usia (lansia). Satu di antaranya adalah rusun lansia Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti di Jl Karya Bhakti, Cibubur, Jakarta Timur.
Melalui rusun itu, Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR Iwan Suprijanto mengatakan, pemerintah berharap para lansia bisa menikmati masa tua di hunian yang layak dan nyaman, dengan berbagai fasilitas pendukung yang ada.
“Rusun Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti merupakan rusun khusus lansia. Rusun yang dibangun pada 2015 itu merupakan rusun khusus lansia pertama yang dibangun oleh Kementerian PUPR,” katanya.
Selain ditujukan untuk memberikan fasilitas hunian bagi para lansia, agar dapat beristirahat dengan layak dan nyaman, Kepala Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan (BP2P) Jawa I Firsta Ismet menegaskan, pembangunan rusun dimaksudkan agar para lansia dapat bersosialisasi dengan lansia lain di masa tuanya.
“Rusun ini memiliki satu tower berukuran panjang 86,75 x 20,7 meter dengan sistem konstruksi beton precast yang terdiri dari tiga lantai dengan total 90 unit hunian tipe 24. Rusun ini diharapkan dapat menjadi percontohan untuk pembangunan rusun lansia berikutnya yang akan dibangun oleh Kementerian PUPR di daerah,” katanya.
Desain khusus
Rusun tersebut juga dirancang khusus untuk lansia dengan menggunakan desain ramah disabilitas yang dilengkapi dengan ramp dan lift untuk kursi roda serta hand rail di sepanjang koridor. Selain itu, di setiap lantai juga disediakan ruang interaksi sosial yang dilengkapi kursi untuk bersantai serta ruang terbuka berupa taman dan ruang ibadah di lanskap bangunan.
Dalam rangka memperingati Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) ke-27 yang diperingati pada 29 Mei 2023, Kementerian PUPR melakukan serah terima dokumen Berita Acara Serah Terima (BAST) Aset Rusun Lansia Sasana Tresna Werdha RIA Pembangunan kepada Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan agar dapat dikelola sepenuhnya sebagai tempat tinggal para lansia.
Prosesi seremonial serah terima dilaksanakan secara langsung oleh Kepala BP2P Jawa I Firsta Ismet dan Kepala Sub Direktorat Wilayah II Direktorat Rumah Susun Noviza Temenggung kepada Ketua Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan Sri Kusumo Amdani di hadapan para lansia penghuni Rusun pada 30 Mei 2023. Indira Larasati (82 tahun), pensiunan guru salah satu SMA di Madiun yang menghuni rusun lansia, mengatakan bahwa pembangunan rusun itu sangat bermanfaat bagi para lansia. Selain fasilitasnya lengkap, desain bangunan dan lanskap yang tertata dengan baik juga membuat para lansia merasa betah tinggal di sana.
“Saya betah tinggal di rusun ini, soalnya fasilitasnya lengkap dan petugas yang berjaga juga sangat ramah dan baik. Di setiap kamar juga sudah ada tempat tidur serta kasur dan bantal, lemari pakaian, meja dan kursi makan serta kamar mandi yang bersih dalam unit huniannya,” ujarnya.
Wanita yang sudah tinggal di panti jompo selama 16 tahun tersebut meminta pemerintah untuk lebih memperbanyak pembangunan rusun untuk para lansia di berbagai kota di Indonesia. Pasalnya, keberadaan para lansia mau tidak mau juga harus menjadi perhatian mengingat jumlahnya juga semakin meningkat setiap tahunnya.
Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari