Program Gerakan Pangan Murah dibuat untuk menjaga stabilitas harga pangan di tingkat konsumen. Tingkat inflasi pun dapat terjaga.
Ratusan orang antre di ruas Jl Cut Nyak Dhien, Pekanbaru, Riau, Selasa (27/6/2023). Mereka beramai-ramai "menyerbu” ajang Gerakan Pangan Murah (GPM) yang digelar Dinas Ketahanan Pangan (Disketapang) Pekanbaru bersama Badan Pangan Nasional (Bapanas) RI, Bank Indonesia, dan BUMN ID Food.
Ada sejumlah komoditas pangan yang disediakan dalam GPM kali ini. Mulai dari beras, gula, minyak goreng, ayam dan bebek beku, nugget, dan telur ayam.
Hanya dalam hitungan menit, seluruh komoditas yang jumlahnya mencapai 10 ton lebih itu ludes diborong warga Pekanbaru. Umumnya masyarakat merasa sangat beruntung bisa berbelanja di gelaran pasar murah tersebut. Apalagi, pasar murah tersebut digelar menjelang Hari Raya Iduladha.
“Iyalah, kami beli beras hanya Rp40.000, gula Rp12.000, minyak goreng Minyakita Rp12.000, telur Rp45.000. Di pasar mana ada harga yang semurah ini?" ungkap Ana, salah seorang warga yang ikut di barisan antrean.
“Bahkan, untuk ayam beku, per kilogramnya hanya dijual Rp30.000. Harga ayam sekarang mahal Pak...,” ungkap Ana seperti dikutip dari laman pekanbaru.go.id.
Harga-harga komoditas yang dijajakan di Jl Cut Nyak Dhien, Pekanbaru itu memang jauh lebih murah dibandingkan harga pasar. Seluruh produk pangan yang dijual di GPM, harganya tidak melebihi Harga Acuan Pembelian/Penjualan (HAP) dan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan.
Data Bapanas sampai 27 Juni 2023 menunjukkan sejumlah komoditas bahan pokok di pasar terus mengalami kenaikan dalam seminggu terakhir. Seperti harga daging ayam pada Minggu (25/6/2023) rata-rata Rp38.040 pada Selasa (27/6/2023) menjadi Rp38.530. Begitu pun telur ayam yang biasanya dijual pada harga Rp20 ribuan kini menjadi Rp30 ribuan. Harga cabai merah paling tinggi kenaikannya, dari Rp36.030 pada Minggu (25/6/2023) menjadi Rp39.870 pada Selasa (27/6/2023). Begitu juga dengan cabai rawit, pada Minggu (25/6/2023) rata-rata dijual Rp40.600 dua hari berikutnya naik menjadi Rp42.280.
Pasar murah Pekanbaru itu merupakan satu dari program Gerakan Pangan Murah (GPM) yang digelar serentak di 342 titik di 301 kabupaten/kota seluruh Indonesia pada Senin (26/6/2023). Kegiatan itu dilakukan sampai Rabu (28/6/2023).
GPM ini dikoordinasi oleh Badan Pangan Nasional melalui kerja sama dengan kementerian dan lembaga terkait, seperti Kemenko Perekonomian, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, Bank Indonesia, Pemerintah Daerah, BUMN, BUMD, korporasi, serta asosiasi.
Pemasok bahan pokok dalam program GPM adalah BUMN Pangan, yaitu Perum Bulog dan ID Food. Lalu ada juga dari BUMD, asosiasi, koperasi, gabungan kelompok tani, serta pelaku usaha setempat lainnya.
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan, tujuan dari program GPM ini agar dapat menjaga stabilitas harga pangan di tingkat konsumen. Dengan begitu, tingkat inflasi dapat terjaga. “GPM ini menjadi aksi nyata peran kita semua dalam menjaga inflasi pangan termasuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi pelaku usaha pangan mulai dari petani dan peternak,” kata Arief dalam peluncuran GPM, di Jakarta, Senin (26/6/2023).
Sampai Mei 2023 tercatat inflasi dalam negeri masih terjaga di level 4 persen year on year/yoy. Menurut Kepala Bapanas hal ini turut disumbang tingkat harga pangan di tingkat konsumen yang relatif stabil. Menggelar pasar murah merupakan upaya pemerintah meredam gejolak harga pangan atau komoditas bahan pokok masyarakat yang biasanya melonjak di saat Hari Raya.
Stabilnya kondisi pangan menjelang Iduladha juga tidak bisa dilepaskan dari terus digenjotnya pelaksanaan program-program stabilisasi lainnya, seperti Fasilitasi Distribusi Pangan (FDP), kegiatan penyaluran Cadangan Beras Pemerintah (CBP) di Bulog untuk beras SPHP dan bantuan pangan beras kepada 21,3 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM), penyaluran bantuan pangan telur dan daging ayam kepada 1,4 juta Keluarga Rawan Stunting (KRS), pengadaan pangan yang berpotensi defisit secara terukur, serta pemantauan berkala kondisi stok dan harga melalui dashboard secara real time sehingga mempercepat intervensi gejolak pangan di daerah.
Namun ke depan tantangan pangan semakin berat karena ada perubahan iklim El-Nino yang diprediksi akan berdampak pada penurunan produksi pangan. Hal lain adalah dampak dari konflik geopolitik global yang menyebabkan harga pangan dunia terfluktuasi.
Menyikapi hal itu, pihak Bapanas sudah menyerahkan anggaran dokensentrasi ketahanan pangan sebesar Rp142,67 miliar kepada pemerintah provinsi melalui OPD pangan provinsi. Total anggaran sebesar Rp142,67 miliar untuk 38 provinsi, dan secara khusus untuk pengendalian kerawanan pangan sebesar Rp45,588 miliar untuk 38 provinsi.
Pemberian anggaran tersebut mengacu pada data dari Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) yang mengungkapkan adanya 74 kabupaten/kota atau 14 persen dari jumlah daerah di Indonesia masuk kategori rentan rawan pangan pada 2022.
Adapun puluhan daerah yang masih masuk kategori rentan rawan pangan tersebut disebabkan beberapa faktor di antaranya, rendahnya produksi pangan di daerah tersebut dibandingkan kebutuhan, tingginya prevalensi stunting, terbatasnya akses terhadap air bersih, dan tingginya penduduk miskin.
Stok Pangan Cukup
Satu hal, Badan Pangan Nasional memastikan ketersediaan bahan pangan masih aman hingga akhir Juli 2023. Namun, masih ada beberapa komoditas pangan yang membutuhkan pasokan impor, seperti kedelai, bawang putih, daging kerbau, dan gula konsumsi.
Data Prognosa Neraca Pangan Indonesia Januari--Juli 2023 Bapanas mengungkap adanya ketersediaan beras di Indonesia yang masih surplus sebanyak 7,85 juta ton sampai akhir Juli 2023. Jumlah itu didapatkan dari total ketersediaan beras sebanyak 25,64 juta ton dikurangi kebutuhan pada Januari--Juli 2023 yang sebesar 17,79 juta ton.
Untuk jagung, Bapanas memperkirakan neracanya masih surplus sebesar 6,59 juta ton hingga akhir Juli 2023. Jumlah itu berasal dari ketersediaan jagung sebanyak 16,63 juta ton, sedangkan kebutuhannya 10,04 juta ton.
Neraca gula konsumsi juga surplus sebesar 569.783 ton. Kemudian, minyak goreng dan kedelai diproyeksikan surplus masing-masing sebesar 355.545 ton dan 300.022 ton.
Ada pula daging ayam ras yang diperkirakan surplus sebesar 298.977 ton hingga akhir bulan depan. Selanjutnya, telur ayam ras diperkirakan surplus sebesar 90.683 ton.
Neraca bawang merah dan cabai rawit masing-masing menuai surplus sebesar 82.429 ton dan 48.572 ton. Kemudian, neraca daging lembu mengalami surplus 41.991 ton hingga akhir Juli 2023.
Surplus cabai besar diperkirakan sebanyak 21.397 ton. Sementara, bawang putih diproyeksikan mengalami surplus sebanyak 4.816 ton hingga akhir Juli 2023.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari