Meski sempat tersendat, proyek hilirisasi industri berjalan lancar. Keberadaan sejumlah pabrik smelter akan menambah daya saing Indonesia.
“Ke depan kita memiliki daya saing di situ, competitiveness kita ada di situ. Itulah yang kita gunakan sebagai pijakan. Smelter ini fondasi untuk kita menjadi negara maju. Sebab yang semula bertumpu kepada konsumsi, kini bertumpu kepada produksi.”
Demikian disampaikan Presiden Joko Widodo, seusai meninjau pembangunan pabrik smelter PT Freeport Indonesia (FI) di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Selasa (20/6/2023), menandai babak baru perusahaan yang tambang utamanya di Papua. Sekalipun saat ini pembangunannya baru 72%, keberadaan smelter itu akan membuat FI-- beroperasi di Indonesia sejak April 1967—melakukan pengolahan hasil tambangnya di tanah air.
Terbangunnya smelter merupakan amanat UU nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Pemegang kontrak karya (KK) dilarang menjual mineral mereka ke luar negeri. Kecuali, telah memenuhi sejumlah persyaratan yang ditetapkan dalam Permen ESDM nomor 5 tahun 2017 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri.
Smelter sendiri berasal dari Bahasa Inggris "smelting" yang berarti peleburan. Namun dalam industri pertambangan mineral logam, smelter adalah bagian dari proses sebuah produksi.
Di fasilitas itu, mineral yang ditambang dari alam akan dibersihkan dan dimurnikan. Sebab biasanya, mineral tersebut masih tercampur kotoran berupa material bawaan yang tidak diinginkan. Setelah masuk smelter maka kandungan logam seperti timah, nikel, tembaga, emas, dan perak akan meningkat hingga mencapai tingkat yang memenuhi standar sebagai bahan baku produk akhir.
Lahirnya kebijakan yang mewajibkan perusahaan tambang membuat smelter ditujukan agar hasil tambang yang dieskpor tidak lagi dalam bentuk mentah. Sebab dengan smelter, nilai tambah mineral tambang dan itu memberikan keuntungan bagi Indonesia. Sejalan dengan UU 4/2009, sejak medio Januari 2014, bagi perusahaan tambang tidak mau membangun smelter-nya sendiri pun dilarang untuk melakukan ekspor.
Selanjutnya, pemerintah pun mendorong agar hasil produksi dari pabrik smelter diintegrasikan dengan hasil komoditas tambang lainnya yang tersebar di daerah. Mulai dari nikel di Sulawesi, bauksit di Bintan dan Kalimantan Barat, tin di Bangka Belitung, hingga copper foil di Gresik.
Keberadaan smelter perusahaan tambang, merupakan bagian penting dari program hilirisasi industri di Indonesia. Pemerintah kini terus berupaya mempercepat pembangunan industri hilirisasi di berbagai daerah karena memberikan nilai tambah yang berlipat bagi negara serta membuka lapangan pekerjaan yang luas bagi masyarakat.
Hilirisasi Pasca-2024
Meski dinilai positif, perjalanan proses hilirisasi di tanah air tidak selamanya mulus. Merujuk data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) per April 2022, ada 12 dari total 57 proyek hilirisasi yang mandek. Alasannya, proyek tersebut tergolong relaksasi, sehingga memiliki batas waktu.
Patut diketahui, proses hilirisasi dapat berjalan dengan baik mengingat Indonesia memiliki bahan baku atau sumber daya alam melimpah yang bisa diolah, termasuk nikel. Terlebih, nikel Indonesia mempunyai kontribusi 23 persen dari kapasitas potensi dunia.
"Mudah-mudahan ke depannya kita bisa dorong seluruh proses-proses hilirisasi yang saat ini masih tertunda," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif usai acara Penandatanganan Perjanjian Pembiayaan Smelter Nikel PT Ceria Metalindo Prima, Rabu (6/4/202).
Dalam pandangan Presiden Jokowi, program hilirisasi tidak menutup kemungkinan bisa saja dihentikan jika dinilai merugikan. Hal itu terkait dengan pemahaman hilirisasi industri.
“Ini adalah swasta, BUMN. Ekonomi, ya ekonomi. Bisnis, ya bisnis. Kalau ini untung, ya akan terus. Kalau tidak, akan disetop,” ujar Jokowi dalam kesempatan meninjau pembangunan pabrik smelter PT Freeport Indonesia di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Selasa (20/6/2023).
Jika kepemimpinan nasional nantinya bisa memahami secara detail terkait kegunaan dan manfaat dari hilirisasi industri, masih kata Jokowi, maka akan membawa Indonesia maju dan berdaya saing.
Pembangunan smelter merupakan fondasi bagi Indonesia untuk menjadi negara maju di masa mendatang. Keberadaan sejumlah pabrik smelter akan menambah daya saing yang dimiliki Indonesia dan mengubah ketergantungan ekonomi dari sektor konsumsi ke sektor produksi.
Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari