Indonesia.go.id - Pertamina Masuk, Blok Masela on Stream 2029

Pertamina Masuk, Blok Masela on Stream 2029

  • Administrator
  • Jumat, 4 Agustus 2023 | 19:46 WIB
MIGAS
  Pengembangan Blok Masela membutuhkan dana besar. PT Pertamina (Persero) telah menggandeng Petronas untuk mengeloloa Blok Masela . PERTAMINA
Pertamina berkepentingan mengambil alih aset yang lama terbengkalai demi meningkatkan nilai kapitalisasi perusahaan.

Blok kaya migas di timur Indonesia, tepatnya di Maluku Tenggara, Blok Masela lama tak terdengar. Padahal blok itu telah lama dieksplorasi sejak 1998. Bahkan, blok itu sudah memiliki Plan of Development (PoD).

Namun apa lacur, banyak hambatan yang menyertainya sehingga sampai sekarang produksi masih terkendala. Ada beberapa faktor penyebab, mulai dari adanya cadangan baru, pemindahan skema plant LNG dari laut ke darat, hingga mundurnya Shell dari pengelolaan blok itu pada 2019.

Ketika itu, Shell menyatakan tidak mampu untuk ikut mengembangkan blok tersebut. Mereka beralasan, kondisi arus kas yang terdampak situasi pandemi Covid-19. Selain itu, Shell memutuskan untuk memfokuskan pada proyek lain yang tengah berlangsung di Indonesia.

Tak bisa disangkal, pengembangan Blok Masela membutuhkan dana yang jumbo. Dari sisi investasi saja (capex), blok itu membutuhkan dana sekitar USD19,8 miliar. Belum lagi, biaya operasi (opex) USD14,8 miliar.

Nah hengkangnya Shell dari Blok Masela pada 2019 itu kontan menyisakan pertanyaan besar. Yakni, ihwal pihak yang akan membeli 35 persen saham milik Shell tersebut?

Baru setelah empat tahun berlalu, beredar kabar tentang sosok yang akan mengakuisisi saham Shell. Adalah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif yang mengungkapkan bahwa proses negosiasi divestasi 35 persen hak partisipasi Shell di Blok Masela telah mencapai titik temu.

Rumor masuknya Pertamina ke blok raksasa di Maluku Tenggara itu sebenarnya sudah beredar sejak akhir 2022. Tapi kabar itu baru terkonfirmasi ketika Arifin Tasrif melakukan rapat kerja dengan Komisi VII DPR, Selasa (13/6/2023).

Dia menjelaskan, Shell telah sepakat untuk melepas sahamnya di Blok Masela ke PT Pertamina (Persero). Kesepakatan pengalihan saham tersebut ditargetkan rampung pada akhir Juni 2023. "Alhamdulillah, Masela sudah ada titik temu, jalan keluar, Shell mau melepas sahamnya ke Pertamina dan ini dieksekusi akhir Juni. Jadi telah disepakati," ujar Arifin.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati pun membenarkan hal itu. Menurutnya, perseroan memiliki kepentingan untuk segera mengambil alih saham Shell di Blok Masela, sebagai upaya untuk meningkatkan nilai kapitalisasi atau market cap perusahaan migas pelat merah tersebut. 

Selain itu, kata Nicke, penyelesaian proses ambil alih hak pengelolaan itu diharapkan ikut meningkatkan penerimaan negara serta daerah sekitar nantinya. “Dengan tuntasnya penyelesaian proses ambil alih hak pengelolaan itu diharapkan ikut meningkatkan penerimaan negara serta daerah sekitar nantinya. Komitmen kami bagaimana sesegera mungkin gas di dalam perut bumi ini bisa dimonetisasi. Target kami on stream pada 2029,” ujar Nicke, dalam media briefing capaian kinerja 2022 Pertamina, Jakarta, Selasa (6/6/2023). 

Masuknya konsorsium PT Pertamina (Persero) dan Petronas di Blok Masela kembali diumumkan secara resmi oleh Shell, Selasa (25/7/2023). Pada hari yang sama, ketiga pihak juga menyepakati sales and purchasing agreement (SPA), pelepasan saham, setara 35 persen kepada pemilik baru, Pertamina dan Petronas.

Berdasarkan pernyataan resmi Shell, nilai divestasi 35 persen hak pengelolaan Shell Upstream Overseas Services (I) Limited (SUOS), anak usaha Shell plc, itu dilepas dengan harga sebesar USD650 juta setara dengan Rp9,75 triliun (asumsi kurs Rp15.002 per dolar AS) kepada Pertamina yang menggandeng Petroliam Nasional Berhad atau Petronas sebagai mitra konsorsium.

Dengan begitu, Pertamina menggelontorkan biaya USD371,8 juta atau Rp5,58 triliun, sisanya Petronas. Sedangkan komposisi kepemilikan masing-masing Pertamina melalui PT Pertamina Hulu Energi (PHE) bakal memiliki 20 persen hak partisipasi Blok Masela, sementara Petronas 15 persen. 

Signing devestasi Shell Abadi Masela sudah selesai. Alhamdullilah. Berikutnya, kami akan signing dengan beberapa perusahaan migas lainnya,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto di sela-sela agenda IPA Convex, BSD Tangerang, Selasa (25/7/2023). 

Rencananya, transaksi divestasi itu bakal dilunasi lewat dua termin pembayaran, yakni USD325 juta secara tunai dan tambahan USD325 akan dilunasi konsorsium Pertamina dan Petronas saat final investment decision (FID) yang ditarget rampung pada triwulan ketiga tahun ini.

“Harapannya (setelah signing) proyeknya segera jalan lagi dan selesai, kan proyeknya tertunda,” ujar Dwi Soetjipto.

Blok Masela merupakan salah satu prospek ladang migas terbesar di Indonesia. Produksinya diestimasikan dapat mencapai 1.600 juta kaki kubik per hari (MMscfd) gas atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun MTPA dan gas pipa 150 MMscfd, serta 35.000 barel kondensat per hari (bcpd). 

Proyek yang diperkirakan menelan biaya investasi hingga USD19,8 miliar itu menjadi aset pengelolaan gas terbesar kedua dari Inpex, setelah Ichthys LNG Project di Australia.  Proyek Blok Abadi Masela itu bakal menutupi lebih dari 10 persen kebutuhan impor LNG tahunan Jepang nantinya.

Tidak itu saja, sebagai bentuk kolaborasi tiga negara, proyek itu juga diharapkan dapat menjaga ketahanan pasokan energi di Indonesia, Jepang, dan beberapa negara Asia lainnya.

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari