Indonesia.go.id - Perekonomian Indonesia Tetap Melaju di Tengah Badai

Perekonomian Indonesia Tetap Melaju di Tengah Badai

  • Administrator
  • Jumat, 15 September 2023 | 13:12 WIB
INDUSTRI
  Data IMF memperkirakan, Indonesia masih menjadi negara dengan PDB terbesar di kawasan ASEAN. manufaktur jadi pendorong. ANTARA FOTO
Negara anggota ASEAN perlu bahu-membahu dalam menavigasi tantangan perekonomian global agar bisa menjadi peluang.

Perhelatan KTT ke-43 ASEAN baru saja tuntas dilaksanakan di Jakarta. Sejumlah komunike telah dihasilkan dari pertemuan pemimpin negara di kawasan Asia Tenggara itu. Semuanya bertujuan membawa kawasan ASEAN sebagai episentrum pertumbuhan, sesuai dengan esensi yang dibangun melalui Keketuaan ASEAN Indonesia.

Untuk mencapai tujuan bersama, negara-negara di kawasan memiliki modal menggapai pertumbuhan ekonomi dan episentrum pertumbuhan. Berdasarkan proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) dalam IMF World Economic Outlook 2023, total produk domestik bruto (PDB) negara ASEAN pada tahun ini diperkirakan mencapai USD3,94 triliun. Angka itu memberi andil hampir empat persen dari estimasi total PDB dunia tahun ini. 

Mengutip situs organisasi tersebut, dengan jumlah populasi lebih dari 660 juta, ASEAN merupakan regional dengan perekonomian terbesar ketiga di Asia. ASEAN juga merupakan kekuatan ekonomi terbesar kelima di dunia setelah AS, Tiongkok, Jepang, dan Jerman. 

Data IMF memperkirakan, Indonesia masih menjadi negara dengan PDB terbesar di kawasan ASEAN. IMF memproyeksikan, nilai PDB Indonesia pada tahun ini mencapai USD1,39 triliun. Angka tersebut lebih dari dua kali lipat nilai PDB Thailand, yang merupakan negara ASEAN dengan PDB terbesar kedua.

“Saya ingin menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada seluruh pemimpin negara dan undangan yang hadir. Selama tiga hari, setidaknya 12 pertemuan KTT telah diselenggarakan dan menghasilkan 90 outcome documents serta sejumlah kesepakatan konkret dengan mitra,” ujar Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengawali pidato penutupnya, Kamis (7/9/2023).

Selama pertemuan, lanjut Presiden Jokowi, dirinya menangkap optimisme dan energi yang positif. “Jujur saya katakan, ini menguatkan harapan dan semangat untuk terus melanjutkan perjuangan dalam mewujudkan kawasan yang damai, stabil, dan sejahtera.”

“Mari kita kukuhkan kawasan Indo-Pasifik sebagai teater perdamaian dan inklusivitas, serta fondasi kunci yang akan mengantar ASEAN ke masa depan lebih baik untuk rakyat dan dunia. Inilah esensi yang dibangun Keketuaan Indonesia menjadikan ASEAN Matters: Epicentrum of Growth,” tambah Jokowi.

Menurut Presiden Jokowi, tugas ASEAN dalam mengatasi dinamika dan tantangan global tidak mungkin dapat selesai hanya dalam satu keketuaan. Untuk itu, negara-negara ASEAN perlu bahu-membahu dalam menavigasi tantangan menjadi peluang.

Selain itu, tambahnya, adanya rivalitas menjadi kolaborasi, eksklusivitas menjadi inklusivitas, dan perbedaan menjadi persatuan. “Dengan demikian, ASEAN dapat mengukuhkan relevansinya kepada masyarakat dan dunia.”

 

Indeks Manufaktur Naik

Di tengah-tengah kesuksesan penyelenggaraan KTT ke-43 ASEAN, perekonomian Indonesia mendapatkan kabar baik dan memotivasi ekonomi negara ini terus melaju di tengah perekonomian dunia yang dilanda ketidakpastian. Di tengah situasi itu, pelaku industri manufaktur nasional mendapatkan kabar baik dari S&P Global, yakni lembaga dunia itu mencatat Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia di level 53,9 pada Agustus 2023, naik 0,6 poin dari bulan sebelumnya yang berada di angka 53,3.

Lembaga itu menilai, ada banyak peningkatan yang terlihat di sektor manufaktur Indonesia selama periode Agustus. Sebagai pendorong kenaikan PMI Manufaktur Indonesia disebabkan adanya permintaan yang meningkat itu, termasuk permintaan dari luar negeri.

Lembaga pemeringkat global itu menilai pendongkrak kenaikan indeks Indonesia yang mencatat laju ekspansi pada Agustus 2023 tersebut merupakan yang paling cepat dalam kurun waktu hampir setahun, didorong oleh pertumbuhan permintaan baru yang lebih cepat dan peningkatan kapasitas.

Menurut S&P Global, kondisi permintaan utama yang lebih baik menyebabkan peningkatan tajam pada arus permintaan baru pada pertengahan menuju triwulan ketiga, dengan laju pertumbuhan mengalami percepatan hingga mencapai posisi tertinggi sejak Oktober 2021.

"Data PMI S&P Global terbaru memperlihatkan bahwa ada banyak peningkatan yang tercatat di sektor manufaktur Indonesia pada Agustus. Permintaan meningkat, termasuk permintaan luar negeri, merupakan kekuatan utama yang mendorong percepatan ekspansi produksi," ujar Economics Associate Director S&P Global PMI Market Intelligence Jingyi Pan melalui siaran pers, Jumat (1/9/2023).

Sebagai gambaran, laporan S&P Global juga mengeluarkan rilis PMI negara-negara di kawasan ASEAN lainnya. Bila dilihat secara peringkat PMI per Agustus 2023, Indonesia menduduki peringkat pertama di level ekspansi, yakni 53,9. Tiga negara lainnya yang dilevel ekspansi adalah Singapura (53,6), Myanmar (53), dan Vietnam (50,3).

Sementara itu, negara di kawasan ASEAN yang mengalami kontraksi adalah Filipina (49,7), Thailand (48,9), dan Malaysia di level 47,8.

Di sisi lain, PMI Manufaktur sejumlah negara di belahan dunia lainnya, seperti Jerman (39,1), Inggris (42,5), Belanda (45,9), Amerika Serikat (47,0), Korea Selatan (48,9), dan Jepang (49,6), juga tergambarkan sedang tidak baik-baik saja. Hanya Tiongkok yang masih menunjukkan kinerja ekspansi, yakni di level 51,0.

Adanya gambaran dari S&P Global itu telah mendongkrak rasa percaya diri pelaku industri manufaktur di tanah air. Mereka pun melakukan perluasan usahanya karena didukung permintaan pasar yang meningkat dan kebijakan pemerintah yang probisnis.

Apalagi, Bank Indonesia telah mengeluarkan pernyataan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 diperkirakan tetap kuat pada batas atas kisaran 4,5 persen--5,3 persen.

Menanggapi tren tersebut, Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita mengemukakan, laju ekspansi PMI Manufaktur ini masih didorong oleh pertumbuhan dari permintaan baru, terutama permintaan luar negeri atau global yang turut memacu percepatan produksi. “Hal ini juga berdampak pada penambahan serapan tenaga kerja,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Jumat (1/9/2023).

Dari gambaran di atas, PMI Manufaktur Indonesia pada Agustus 2023 menggenapkan selama 24 bulan berturut atau sepanjang dua tahun terakhir ini berada di atas 50 poin, menandakan bahwa sektor manufaktur Indonesia masih bertahan dalam kondisi ekspansif. Laju ekspansi PMI Manufaktur Agustus 2023 juga merupakan yang paling cepat dalam kurun waktu hampir setahun.

Menperin menjelaskan, geliat industri manufaktur di Indonesia juga terlihat dari capaian positif Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Agustus 2023 yang dirilis oleh Kementerian Perindustrian, dengan mencapai level 53,22 atau dalam fase ekspansi.

Bahkan, pertumbuhan impresif dari industri manufaktur nasional tampak pula dari hasil Prompt Manufacturing Index (PMI) Bank Indonesia pada triwulan II-2023 yang menunjukkan ekspansi sebesar 52,39 persen, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya 50,75 persen.

Baik hasil survei PMI manufaktur maupun IKI sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,17 persen pada triwulan II-2023, dengan sektor industri berkontribusi sebesar 16,30 persen terhadap PDB di periode tersebut.

“Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan pengembangan industri sudah pada jalurnya. Kinerja positif ini menunjukkan optimisme yang tinggi di sektor industri manufaktur dalam menilai prospek ekonomi Indonesia ke depan,” kata Menperin.

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari