Indonesia.go.id - Menambah Nilai Waduk Gajah Mungkur

Menambah Nilai Waduk Gajah Mungkur

  • Administrator
  • Rabu, 27 September 2023 | 19:37 WIB
INFRASTRUKTUR
  Warga menjaring ikan di jembatan jalan lama yang menghubungkan Kecamatan Wuryantoro dengan Eromoko di area Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, Jawa Tengah, Jumat (15/9/2023). Fenomena jalan lama yang hanya muncul saat debit air Waduk Gajah Mungkur menyusut akibat kemarau tersebut dimanfaatkan warga melintas untuk mempersingkat jarak dan waktu tempuh perjalanan. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Waduk Gajah Mungkur merupakan waduk terakhir yang dibangun sendiri oleh Kementerian Pekerjaan Umum tanpa melibatkan kontraktor. Konstruksinya diprediksi bertahan 100 tahun.

Kemarau panjang di 2023 memunculkan sejumlah fenomena unik. Selain ancaman kebakaran di lahan-lahan kering, juga kekurangan air bersih (sumur mengering) yang menjadi keluhan umum warga. Demikian halnya cadangan air baku di sejumlah waduk pun menyusut drastis dan berbuntut menurunnya hasil pertanian.

Salah satu bendungan yang menyusut drastis airnya adalah Waduk Gajah Mungkur, Jawa Tengah. Berkurangnya volume waduk itu memunculkan pemandangan tidak biasa. Yakni, terlihatnya hamparan tanah atau dasar waduk.

 

Untuk Mengatasi Banjir

Volume air waduk yang menyusut, sejatinya bukan hal baru. Di setiap kemarau panjang, dan ditambah sedimentasi, sejumlah waduk mengalami pendangkalan. Demikian halnya Waduk Gajah Mungkur.

Terlepas dari masalah penyusutan volume di musim kemarau, Waduk Gajah Mungkur yang lokasi persinya berada di sekitar enam kilometer di selatan pusat perkotaan Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, memiliki peran penting bagi warga di sekitar Sungai Bengawan Solo. 

Waduk ini dibangun, sebagaimana hasil studi Badan Kerja Sama Internasional Jepang atau disingkat JICA pada 1975, antara lain adalah untuk mengatasi banjir akibat meluapnya Sungai Bengawan Solo. Selain mengatasi banjir, Waduk Gajah Mungkur juga mampu menghasilkan 12,4 MW tenaga listrik.

Dalam studi JICA, Sungai Bengawan Solo sebagai sumber utama air waduk, di tahun 1970-an itu sering meluap saat musim hujan tiba. Buntutnya, menyebabkan banjir sekitar 93.600 hektare. Namun, pada musim kemarau, debit air di Bengawan Solo tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat sekitar.

Dengan luas daerah genangan lebih dari 8.800 ha, Waduk Gajah Mungkur menjadi salah satu waduk terbesar di Indonesia.  Dalam hitungan pemerintah, konstruksi Waduk Gajah Mungkur bisa bertahan 100 tahun. Waduk ini diberi nama Gajah Mungkur karena lokasinya yang tidak jauh dari Pegunungan Gajah Mungkur di bagian sisi barat waduk.

Tidak hanya memiliki cerita sejarah menarik, di Waduk Gajah Mungkur ini juga terdapat sebuah makam kuno yang cukup kontroversial. Presiden HM Soeharto meresmikan bendungan buatan itu pada 17 November 1981. Pembangunan waduk ini menghabiskan biaya sebesar USD111,056 juta atau sekitar Rp69,5 miliar saat itu.

Waduk Gajah Mungkur  membendung sungai terpanjang di Pulau Jawa, yaitu sungai Bengawan Solo. Proyek yang dibangun pada kurun 1976--1980 itu menenggelamkan 51 desa di tujuh kecamatan. Saat itu, sebagian besar dari  41.000 warga yang tinggal di 45 desa terdampak pembangunan waduk dipindahkah ke Sumatra. Sementara itu, makam tetap berada di situ.

“Waduk Gajah Mungkur memiliki fungsi sebagai pengendali banjir sebanyak 4.000 m3/detik, mengairi irigasi sawah seluas 30 ribu hektare, penyediaan air baku 600 liter/detik dan sebagai penghasil tenaga listrik 12,4 MW,” kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, (10/9/2023).

Waduk Gajah Mungkur didesain dengan cara membendung sungai terpanjang di Pulau Jawa, yaitu Sungai Bengawan Solo. Selain itu, Waduk Gajah Mungkur juga merupakan waduk terakhir yang dibangun sendiri oleh Kementerian Pekerjaan Umum tanpa melibatkan kontraktor.

 

Penataan Kawasan Wisata

Menurut Menteri Basuki, saat ini  Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya tengah melaksanakan penataan kawasan Waduk Gajah Mungkur. Tujuannya, untuk meningkatkan fungsi pariwisata di Waduk Gajah Mungkur.

“Waduk Gajah Mungkur memiliki potensi bentang alam yang luar biasa dan dapat dikembangkan menjadi kota wisata (lake view eco-tourism town). Sehingga, dengan penataan kawasan yang dilakukan Kementerian PUPR diharapkan akan membawa dampak yang begitu besar bagi masyarakat Kabupaten Wonogiri. Seperti pemberdayaan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan menjadi kebanggaan daerah,” terang Direktur Jenderal Cipta Karya Diana Kusumastuti.

Skenario pengembangan Kawasan Waduk Gajah Mungkur terbagi menjadi tiga zona. Zona 1 seluas 10 ha merupakan kawasan wisata Waduk Gajah Mungkur, dan pusat rekreasi anak dan remaja.  Zona 2 seluas 75 ha merupakan area perluasan kawasan wisata Waduk Gajah Mungkur dan Lakefront Tourism. Sementara, Zona 3 seluas 162 ha merupakan area pengembangan Bukit Joglo & Watu Cenik Adventure & View.

“Penataan kawasan Waduk Gajah Mungkur Zona 1 dilaksanakan sejak September 2022 dan ditargetkan selesai pada Desember 2023. Saat ini progres fisiknya telah mencapai 62,9%, dengan jumlah anggaran yang dialokasikan bersumber dari APBN sebesar Rp22,8 M,” jelas Diana.

Adapun lingkup pekerjaannya meliputi sub zona teras pantai dan promenade, main road, sub zona gerbang, sub zona plaza entrance, sub zona tematik garden, serta pembangunan elevated scenic walk (ESW). "ESW ini adalah promenade layang sekaligus viewing deck bagi pengunjung pejalan kaki dengan menerapkan prinsip universal access untuk menikmati keindahan Waduk Gajah Mungkur (WGM) yang diharapkan dapat menjadi ikon baru WGM," kata Diana.

Ditambahkan Diana, setelah konstruksi rampung, Waduk Gajah Mungkur akan diresmikan pada Desember 2023 dan dikelola oleh Pemkab Wonogiri.


Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari

Berita Populer