Indonesia.go.id - Ciptakan Gelaran Internasional di Kota Lama Semarang

Ciptakan Gelaran Internasional di Kota Lama Semarang

  • Administrator
  • Selasa, 19 September 2023 | 16:23 WIB
PARIWISATA
  Sejumlah peserta berpose mengenakan busana kebaya saat mengikuti parade milenial berkebaya dalam acara Festival Kota Lama 2023 di Taman Garuda Kota Lama, Semarang, Jawa Tengah, Minggu (17/9/2023). ANTARA FOTO
Festival Kota Lama Semarang mendorong dibukanya rute penerbangan langsung internasional ke Semarang dari kota-kota besar di Asia. Menjadi bagian kebangkitan ekonomi dan penciptaan 4,4 juta lapangan kerja baru.

Kabar baik pariwisata Indonesia datang dari Kota Semarang, Jawa Tengah. Perhelatan Festival Kota Lama 2023 di Taman Garuda Kota Lama, Semarang, yang berlangsung pada 7--17 September 2023, berhasil masuk dalam 10 besar gelaran terbaik nusantara yang dirangkum dalam Karisma Event Nusantara Kemenparekraf/Baparekraf. Festival Kota Lama dinilai dapat ditingkatkan skala penyelenggaraannya menjadi berkelas internasional.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno berpendapat, ragam acara yang dihadirkan selama 11 hari penyelenggaraan menunjukkan Festival Kota Lama memiliki daya tarik yang kuat bagi wisatawan untuk berkunjung. Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu pun mendorong agar Festival Kota Lama dapat ditingkatkan kualitas dan skala penyelenggaraannya menjadi event berkelas internasional.

"Festival Kota Lama layak menjadi event internasional. Ini akan mendorong dibukanya rute penerbangan langsung internasional ke Semarang dari kota-kota besar di Asia sebagai bagian dari kebangkitan ekonomi dan penciptaan 4,4 juta lapangan kerja baru di tahun 2024," ujar Menparekraf dalam keterangan tertulis yang diunggah di situs resmi Kemenparekraf, Rabu (13/9/2023).

Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kemenparekraf/Baparekraf Vinsensius Jemadu berharap, penyelenggaraan event khususnya yang masuk dalam Karisma Event Nusantara itu dapat memperkuat capaian target pergerakan wisatawan nusantara sebesar 1,2 miliar hingga 1,4 miliar di tahun ini.

"Kalau kita lihat pergerakan yang paling banyak itu dari Jawa Timur 26 persen, Jawa Tengah ini 24 persen, dan Jawa Barat 16 persen. Kota Semarang dengan kondisi geografis antara kabupaten sudah dihubungkan dengan jalan tol, kondisi ini sangat mendukung," ujar Vinsensius Jemadu.

Lantaran itu dia juga berharap, penyelenggaraan Festival Kota Lama juga melibatkan kabupaten/kota yang ada di sekitar Jawa Tengah. Festival Kota Lama diselenggarakan rutin setiap tahun. Tahun ini merupakan penyelenggaraan Festival Kota Lama ke-12, dengan mengangkat tema "Heritage in Harmony", menggambarkan keragaman budaya khas Kota Semarang.

Festival Kota Lama 2023 menghadirkan sederet acara seperti Festival Kuliner Nostalgia Pasar Sentiling, pameran Pikat Wastra Nusantara, pameran produk unggulan dalam UMKM Expo, Nusantara Folklore Festival, Orchestra in Harmony, Wayang Orang on the Street, Festival Jalur Nusantara, dan lain-lain. 

Rangkaian Festival Kota Lama 2023 juga diisi dengan kegiatan pameran kain nusantara bertajuk Pameran Pikat Wastra Nusantara. Kegiatan pameran yang diselenggarakan di Gedung Oudetrap Kota Lama ini menampilkan koleksi desainer kenamaan Samuel Wattimena. 

Pameran kain yang baru pertama kali diselenggarakan di Semarang ini menampilkan berbagai kain batik maupun tenun seluruh Indonesia. Ada kain atau wastra dari NTT, Maluku, Bali, Kalimantan, Irian bahkan dari Nusa Tenggara Barat, sehingga ini bisa tahu, bahwa motif-motif ini dari Sabang sampai Marauke.

Pameran ini mengingatkan generasi muda bahwa banyak budaya yang harus dilestarikan. Berbagai kain nusantara memiliki motif yang berbeda setiap daerah. “Intinya saya ingin berbagi kepada masyarakat Semarang bahwa disetiap daerah di nusantara memiliki hasil wastra, wastra itu kain. Dan ini tentunya bisa menambah wawasan bagi masyarakat sini,” ucap Samuel Wattimena dilansir laman resmi Pemkot Semarang, Selasa (19/9/2023).

Rangkaian Festival Kota Lama 2023 tidak hanya memperlihatkan kebanggaan terhadap budaya Indonesia tetapi juga menunjukkan ketertarikan pada kebaya, salah satu pakaian tradisional khas tanah air.

Parade Milenial Berkebaya Peranakan yang diselenggarakan oleh Komunitas Diajeng Semarang di Taman Garuda, Kawasan Kota Lama, Minggu (17/9/2023) mendapat sambutan positif dari pengunjung. Ratusan perempuan dari berbagai sekolah, kampus, dan komunitas di Kota Semarang dan sekitarnya tampil cantik dengan kebaya.

Founder Komunitas Diajeng Semarang Maya Diana Kusuma Dewi mengatakan, Parade Milenial Berkebaya Peranakan merupakan upaya mengenalkan serta melestarikan salah satu busana khas Indonesia kepada generasi muda. Melalui kegiatan ini anak-anak muda di kota Semarang ingin mencitrakan Semarang sebagai kota kebaya peranakan.

Dikutip dari Suara Merdeka, Senin (18/9/2023), Maya menjelaskan, Kota Semarang mempunyai ciri khas kebaya yakni kebaya peranakan. Mengutip Widjajanti Dharmowijono, penulis buku ‘Bukan Takdir: Kisah Pencitraan Orang Tionghoa di Nusantara’, Maya menyebut ada dua jenis kebaya peranakan yakni peranakan Belanda yang disebut kebaya noni dan peranakan Tionghoa yang disebut kebaya encim.

Dalam bukunya, Widjajanti menulis, Pemerintah Kolonial Belanda sempat melarang peranakan Belanda mengenakan busana pribumi. Pun demikian halnya dengan peranakan Tionghoa. Mereka dilarang mengenakan busana Eropa.

Kemudian dibuatlah kebaya peranakan noni dengan ciri khas hiasan renda. Sedangkan kebaya peranakan encim memiliki ciri khas bordir. Pada awal pembuatannya semua kebaya berwarna putih. Karena warna putih di budaya Tionghoa melambangkan kedukaan. Barulah belakangan kebaya dimodifikasi bermacam warna. Kebaya peranakan ini kali pertama populer dikenakan di Semarang kemudian berkembang menjadi tren.

Beberapa mahasiswa asing asal Ukraina, Kyrgistan, dan Rusia yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Negeri Semarang (UNNES) turut ambil bagian dengan mengenakan kebaya. Elizaveta Lebedeva, mahasiswa Program Darmasiswa Non-Degree, UNNES, asal Rusia, mengaku dirinya bangga berkesempatan mewakili UNNES dalam parade milenial berkebaya tersebut.

“Kebaya adalah simbol keindahan dan keanggunan Indonesia. Saya sangat senang bisa mengenakannya dan merasa seperti seorang putri. Ini adalah pengalaman budaya yang tak terlupakan,” ucapnya seperti dilansir laman resmi UNNES, Senin (18/9/2023).

Elizaveta, yang mengenakan kebaya merah, turut meramaikan Parade Milenial Berkebaya Peranakan bersama rekan-rekannya, Aziza Niiazova (S2 ilmu Hukum), Aisu Zhumalieva (S1 Pendidikan Ekonomi), Lytvynenko Tetiana (S2 Bahasa Indonesia), dan Periza Abdilova Abdilovna (S1 Pendidikan Bahasa Inggris).

Festival Kuliner Nostalgia Pasar Sentiling yang berlokasi di Metro Poin menyajikan berbagai kuliner legendaris dari beberapa daerah dan juga makanan modern. Ada 58 sajian kuliner yang bisa dinikmati mulai dari jajanan legendaris seperti es conglik Semarang, nasi jamblang Cirebon, tengkleng gajah Jogja, pisang plenet pemuda, dan lumpia Mba Lien.

 

Redaktur: Ratna Nuraini
Penulis: Dwitri Waluyo