Indonesia.go.id - Saatnya Membuat Mitigasi Risiko Museum dan Cagar Budaya

Saatnya Membuat Mitigasi Risiko Museum dan Cagar Budaya

  • Administrator
  • Minggu, 1 Oktober 2023 | 07:02 WIB
BUDAYA
  Petugas berjaga di area Museum Nasional pasca kebakaran di Jakarta, Minggu (17/9/2023). Tim asing dilibatkan dalam mengevakuasi sejumlah koleksi museum. ANTARA FOTO
Keterlibatan para ahli dalam upaya pemulihan Museum Nasional menjadi bukti nyata kekayaan budaya Indonesia merupakan warisan bersama.

Sampai Rabu (27/9/2023), Tim Khusus Penanganan Unit Museum Nasional Indonesia (MNI) terus bekerja dan berupaya penuh menangani proses evakuasi, identifikasi, dan restorasi koleksi benda serta bangunan bersejarah yang terdampak akibat kebakaran Museum Nasional Indonesia (MNI), Jakarta. Insiden yang menimpa museum tertua di Indonesia itu terjadi pada Sabtu malam (16/9/2023).

Proses evakuasi koleksi dan benda bersejarah dari Gedung A Museum Nasional Indonesia berjalan lancar dan dilaksanakan dengan sangat hati-hati. Hampir 100 orang dikerahkan oleh tim MNI bekerjabsama dengan Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) telah berhasil menyelamatkan sejumlah besar artefak berharga dan sejarah yang ada di dalam Gedung A.

Sejak musibah kebakaran yang terjadi pada Sabtu malam (16/9/2023), tim MNI dengan sigap membentuk tim investigasi dan evakuasi lintas unit, penutupan enam ruangan yang terdampak oleh puslabfor, penutupan terbatas pada satu ruangan terdampak untuk investigasi lebih lanjut sementara proses evakuasi dan pemindahan koleksi benda bersejarah perlahan dilakukan pada kelima ruangan lainnya.

Proses evakuasi dilakukan dengan mengerahkan tim tenaga ahli khusus untuk mengangkat puing dengan diawasi dan diarahkan oleh tim evakuasi koleksi agar dapat mencermati dan mengambil tindakan yang tepat perihal pengangkatan koleksi sejarah maupun material bangunan yang terbakar. Untuk itu, diperlukan beberapa alat berat dan teknik pengangkatan atap gedung yang rusak untuk proses evakuasi dan penyelamatan koleksi dan benda bersejarah yang berada di ruangan terdampak.

Dilaporkan oleh pengelola Museum Nasional Indonesia, total koleksi dan benda bersejarah yang disimpan di Museum Nasional Indonesia sendiri sebanyak 194.000 koleksi. Sedikitnya, 817 koleksi berada pada enam ruangan yang terdampak. Koleksi dan benda bersejarah tersebut merupakan koleksi berbahan perunggu, keramik, terakota, dan kayu serta koleksi miniatur dan replika benda prasejarah yang ditemukan dalam kondisi utuh maupun rusak ringan sampai berat.

Begitu pentingnya keberadaan museum ini, Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim dan Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid langsung meninjau lokasi di Museum Nasional Indonesia seusai kebakaran sudah bisa dikendalikan petugas pemadam kebakaran pada Minggu dini hari (17/9/2023).

“Ruangan pameran koleksi pra-sejarah, perunggu dan sebagian terakota telah berhasil di evakuasi, dan kami sudah mulai mengevakuasi ruangan koleksi keramik. Tenaga ahli tambahan untuk tim identifikasi juga kita galakkan guna mempercepat proses tahapan identifikasi. Hingga hari ini terdapat 243 koleksi yang berhasil kami identifikasi,” jelas Ahmad Mahendra, selaku Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya (MCB).

Bersamaan dengan berjalannya proses percepatan evakuasi, Kemendikbudristek terus menjalin komunikasi intensif dengan para ahli, komunitas, dan mitra di dalam dan luar negeri dalam merancang rencana pemulihan MNI dan perbaikan kualitas museum dan cagar budaya secara umum. Rangkaian diskusi rencana pemulihan MNI dan peninjauan langsung ke MNI bersama dengan para ahli arkeolog, antropolog, budayawan, sejarawan, kurator dan akademisi telah mulai dilakukan pada 23 September 2023.

Rencana pemulihan MNI akan dibagi menjadi beberapa tahap. Setelah tahap penyelamatan koleksi yang terdampak didokumentasikan dan diidentifikasi, identifikasi kerusakan bangunan MNI yang juga merupakan bangunan yang terklasifikasi sebagai cagar budaya akan dilaksanakan. Bahkan, selama masa restorasi, ada rencana untuk menutup museum nasional ini hingga setahun ke depan.

Pada Selasa (26/9/2023) juga dilaksanakan pertemuan Kemendikbudristek bersama World Bank untuk mendiskusikan perancangan disaster risk management plan atau program dan asesmen risiko terhadap bencana khusus untuk museum dan cagar budaya. Program ini dilakukan untuk mempersiapkan museum dan cagar budaya di Indonesia dalam menanggulangi potensi dan tantangan bencana yang dihadapi.

“Bersama dengan World Bank, kami akan berkolaborasi untuk menyusun program dan rencana kerja tanggap darurat terhadap bencana pada museum dan cagar budaya. Program ini juga akan menggunakan pedoman cagar budaya tangguh bencana yang diterbitkan Ditjen Kebudayaan pada tahun 2023 sebagai referensi awal,” imbuh Mahendra.

Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid menyampaikan, keterlibatan para ahli, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, dalam upaya pemulihan MNI adalah bukti nyata bahwa kekayaan budaya Indonesia adalah warisan bersama yang membutuhkan kolaborasi berbagai pihak.

Salah satu negara yang pernah mengalami hal serupa, yakni Prancis, sempat berbagi pengalaman penanganan musibah kebakaran Katedral Notre-Dame. Katedral yang merumahi benda-benda bersejarah tersebut terbakar pada 2019 dan sampai sekarang pun upaya restorasi dan pemugaran masih dilakukan.

Museum Nasional Indonesia adalah tempat bersejarah legendaris bukan saja sebagai etalase perabadaban Nusantara, Asia Tenggara, namun dunia. Mengingat ada koleksi manusia prasejarah sebagai asal usul nenek moyang manusia modern. Pemerintah Hindia Belanda mendirikan gedung museum di Jl Merdeka Barat 12, Jakarta, pada 1862, dan mulai dibuka untuk umum pada 1868.

Setelah kemerdekaan Indonesia, Lembaga Kebudayaan Indonesia yang mengelola menyerahkan museum tersebut kepada pemerintah Republik Indonesia, tepatnya pada 17 September 1962. Sejak itu pengelolaan museum dilakukan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Mulai 2005, Museum Nasional berada di bawah pengelolaan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata sehubungan dengan dipindahnya Direktorat Jenderal Kebudayaan ke lingkungan kementerian tersebut.

Oleh masyarakat, Museum Nasional juga tersohor dengan sebutan Museum Gajah. Ketika itu, pihak kolonial Belanda mendapat hadiah patung gajah berbahan perunggu dari Raja Chulalongkorn dari Thailand pada 1871. Patung gajah ini yang kemudian dipasang di halaman depan museum. Sejak itu, patung gajah itu menjadi ikon utama Museum Nasional. Kendatipun demikian, sejak 28 Mei 1979, nama resmi lembaga ini adalah Museum Nasional Republik Indonesia.

Seiring perkembangan zaman, publik bisa merasakan pengalaman dan menikmati koleksi Museum Nasional secara virtual lewat platform virtual tour. MNI juga sudah mengembangkan ruangan ImersifA bagi para pengunjung yang merasakan narasi prasejarah secara tiga dimensi (3D).

 

Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari