Proyek Strategis Nasional (PSN) Bendungan Margatiga ditargetkan segera selesai agar manfaatnya dapat dirasakan masyarakat.
Pangan menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat di sebuah negara. Maka dari itulah, penting bagi negara tersebut untuk menjamin ketahanan pangan.
Pada dasarnya ketahanan pangan adalah ketersediaan dan kemampuan seseorang untuk mengakses pangan. Di Indonesia, pengertian ketahanan pangan disebutkan secara terperinci dalam UU nomor 18 tahun 2012. Bahwa, untuk mewujudkan ketahanan pangan perlu memperhatikan kondisi ekonomi, politik, sosial dan keamanan.
Apabila keempat aspek tersebut tak dipenuhi, dampaknya dapat meluas ke segi lainnya yang merugikan masyarakat termasuk ketahanan pangan. Sebagai bentuk untuk memperkuat ketahanan pangan, pemerintah telah melakukan pelbagai upaya.
Antara lain, memperbaiki sistem irigasi, sistem produksi pangan, bahkan juga menyiapkan beberapa wilayah sebagai lumbung pangan. Salah satunya adalah wilayah Lampung,
Pilihan Lampung sebagai daerah lumbung pangan tidaklah salah. Dari sisi geografis, daerah itu sangat dekat dengan Pulau Jawa sehingga ketika pangan dibutuhkan sangat mudah menjangkau daerah itu, apalagi daerah itu bisa dijangkau melalui darat.
Dalam satu kesempatan, Gubernur Arinal Djunaidi sebelum lengser menegaskan, daerah itu telah menjadi lumbung pangan nasional. Sebagai informasi, produksi padi di Provinsi Lampung pada 2022 mencapai 3,2 juta ton.
Angka produksi padi ini melebihi target 2,8 juta ton. Adapun produksi padi di 2023 ditargetkan minimal 3 juta ton. Di sisi lain, produksi jagung pada 2022 sebanyak 3,2 juta ton, ubi kayu 6,7 juta ton dan menjadi yang terbanyak di Indonesia.
Dalam rangka tetap mempertahankan Lampung sebagai lumbung pangan, pemerintah terus memperbaiki infrastruktur untuk keberlanjutan daerah itu sebagai lumbung pangan. Pemerintah juga telah membangun Bendungan Margatiga di Kabupaten Lampung Selatan.
Bendungan Margatiga sudah dibangun sejak 2017, target tuntas 2024. Kapasitas bendungan mampu menampung sebanyak 42,31 juta m3 dengan luas genangan 2.217 ha dan tinggi bendungan 22,5 m.
Sebagai pelaksana proyek konstruksi, pemerintah telah menunjuk PT Waskita Karya. Sebagai mitra KSO Waskita Karya adalah PT Adhi Karya. Nilai proyek bendungan itu sebesar Rp850 miliar.
Dalam kunjungan ke Lampung belum lama ini, Presiden Joko Widodo berharap sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional, Bendungan Margatiga ini ditargetkan segera selesai sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat.
“Untuk Bendungan Margatiga, semakin cepat selesai akan semakin baik. Saya ingin tahun depan sudah rampung, tapi memang masih ada sedikit persoalan di lapangan. Jadi tunggu kami selesaikan terlebih dahulu,” ujar Presiden Jokowi dalam keterangan resminya, dikutip Selasa (31/10/2023).
Menurut Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimulyono, bendungan itu diproyeksikan akan meningkatkan jumlah tampungan air dan mendukung lumbung pangan nasional di Provinsi Lampung.
Harapannya, dia menambahkan, tujuan keberadaan bendungan adalah meningkatkan volume tampungan air sehingga suplai air irigasi ke lahan pertanian terus terjaga, penyediaan air baku dan pengendalian banjir.
"Pembangunan bendungan akan diikuti dengan pembangunan jaringan irigasinya, sehingga dengan adanya suplai air yang kontinu dari bendungan, petani yang sebelumnya hanya satu kali tanam setahun, bisa bertambah menjadi 2--3 kali tanam," kata Menteri Basuki.
Selain itu, keberadaan bendungan itu bermanfaat untuk pengairan Daerah Irigasi (DI) di Provinsi Lampung seluas 16.588 ha, yakni DI Jabung kiri seluas 5.638 ha dan potensi DI Jabung kanan seluas 10.950 ha.
“Selain itu juga akan menambah pasokan air baku sebesar 0,8 m3/ detik untuk Kabupaten Lampung Timur,” jelas Kepala BBWS Mesuji Sekampung Roy Panagom Pardede.
Bendungan dengan konstruksi tipe urugan yang memiliki tinggi panjang puncak 321,76 meter, dan lebar puncak 7 meter ini juga diproyeksikan dapat mereduksi banjir sebesar 83,10 m3/detik untuk sebagian wilayah di Bandar Lampung dan Lampung Timur. Serta, memiliki fungsi lain sebagai konservasi air, penggelontoran air yang mencegah air asin, dan potensi pariwisata.
Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari