Indonesia.go.id - PLTS IKN dan Cirata, Bukti Komitmen Energi Bersih

PLTS IKN dan Cirata, Bukti Komitmen Energi Bersih

  • Administrator
  • Senin, 13 November 2023 | 12:38 WIB
ENERGI TERBARUKAN
  Presiden Joko Widodo menyalami siswa sekolah dasar usai meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (9/11/2023). ANTARA FOTO/ Sigid Kurniawan
Presiden melakukan grounbreaking PLTS IKN dan meresmikan PLTS Terapung Cirata. Mempercepat bauran energi baru terbarukan.

"Ini adalah pionir pembangkit energi terbarukan di IKN.” Begitulah ucapan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara peletakan batu pertama atau groundbreaking pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas 50 megawatt di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara,  Kamis (2/11/2023).

PLTS tersebut akan memproduksi energi hijau sekitar 93 gigawatt per jam per tahun, dan mampu mereduksi emisi sebesar 104.000 ton karbondioksida per tahun. Dalam pembangunan PLTS tersebut, Presiden Jokowi meminta agar tidak ada kabel yang bergelantungan di udara.

Selang sepekan kemudian, persisnya Kamis (9/11/2023), Presiden Jokowi juga meresmikan PLTS Terapung Cirata. PLTS Cirata terletak di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Proyek yang masuk dalam proyek strategis nasional (PSN) itu mempunyai kapasitas sebesar 145 MW Ac atau setara 192 MWp. Pembangkit tersebut menempati area waduk seluas 200 hektare.

Kehadiran PLTS Cirata maupun IKN merupakan bukti keseriusan pemerintah menyiapkan sistem kelistrikan yang tidak hanya andal, melainkan juga bersih dan ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan listrik di tanah air. Pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) ini, khususnya PLTS IKN, selaras dengan mimpi IKN, menjadi negara berkonsep forest city.

Pilihan energi listrik dari PLTS menguatkan arah perlistrikan nasional yang berbasis EBT. Dalam hal ini, Indonesia telah mencanangkan tekad serius. Simaklah! Draf dokumen investasi dan kebijakan komprehensif atau comprehensive investment and policy plan (CIPP). Di sana tercantum 52 proyek PLTS yang masuk ke dalam proyek prioritas yang mendapatkan pendanaan dari skema just energy transition partnership (JETP). 

Total kapasitas dari 52 proyek tersebut sebesar 2,094.7 megawatt (MW) atau setara 2,09 GW dengan estimasi investasi USD2,38 miliar. Ini sangat mendukung target bauran EBT yang dicanangkan dalam skenario JETP ialah 44% pada 2030. Dari bauran tersebut, ada dua tipe energi terbarukan yang banyak masuk dalam draf CIPP JETP, yakni proyek pembangkit tenaga air dan panas bumi sebagai baseload

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, realisasi kapasitas terpasang PLTS pada 2022 ialah 271,6 megawatt (MW) dari rencana sebesar 893,3 MW.

G to G

Mencermati pilihan Indonesia terhadap EBT berbasis PLTS, PLTS Terapung Cirata merupakan contoh tepat. PLTS Cirata dirancang untuk memberikan kontribusi penambahan bauran EBT sebagai wujud komitmen kepedulian negara terhadap lingkungan.

Proyek yang dimiliki oleh PLN Nusantara Power ini dirancang memberikan kontribusi terhadap nol emisi karbon (NZE) sebesar 245 GWh per tahun energi hijau dan mereduksi 214.000 ton karbon dioksida per tahun.

Selain itu, PLTS Terapung Cirata juga membantu masyarakat mendapatkan pasokan listrik yang lebih hijau. Bahkan membuka kesempatan kepada masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam pengembangan energi hijau baik dengan Renewable Energy Certificate (REC) maupun perdagangan karbon.

Dalam catatan ESDM, PLTS Cirata didasarkan pada kolaborasi joint investment, hubungan bilateral, dan kemitraan yang sukses baik government to government (G2G) maupun business to business (B2B) untuk menciptakan dunia yang lebih baik dan hijau dengan sharing risiko.

Proyek ini bekerja sama dengan Masdar yang merupakan perusahaan energi terbarukan berskala internasional dan dukung oleh tiga pinjaman terkemuka, yakni Sumitomo Mitsui Banking Corporation, Societe Generale, dan Standard Chartered Bank.

Tidak hanya itu, diketahui proyek itu juga meningkatkan investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI) di Indonesia USD143 juta.

 

 

Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur:Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari