Ditopang permintaan yang meningkat, ekspansi manufaktur Indonesia terus melaju dalam 26 bulan terakhir. Manufaktur jadi penyumbang 20% PDB Indonesia.
Deru mesin industri manufaktur Indonesia terbukti terus melaju. Kabar baik di tengah industri global yang melambat itu dilansir Kementerian Keuangan. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu mengungkapkan, aktivitas sektor manufaktur Indonesia masih konsisten ekspansif di tengah gejolak global. Hal tersebut tecermin dari Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia pada Oktober 2023 yang berada pada level 51,5.
“Capaian tersebut menandakan ekspansi manufaktur Indonesia telah terjadi selama 26 bulan terakhir secara berturut-turut. Ekspansi manufaktur Indonesia terutama ditopang oleh tingkat permintaan dan output produksi yang masih meningkat,” kata Febrio dalam keterangan resminya, Rabu (1/11/2023).
Yang dimaksud dengan manufaktur adalah entitas usaha yang mengolah bahan mentah melalui proses kimia dan fisik dengan tujuan mengubah tampilan, sifat, dan bentuk produk akhir. Proses ini meliputi rangkaian langkah dari perakitan hingga terbentuknya produk jadi. Industri manufaktur terkait dengan produksi barang fisik melalui pengolahan bahan mentah menjadi produk jadi menggunakan mesin, tenaga kerja, dan proses produksi yang terstruktur.
Sebagai informasi, perusahaan industri manufaktur skala menengah dan besar di Indonesia, pada saat ini (2023) sebanyak 32.193 unit perusahaan yang terdiri dari, setidaknya tujuh macam, yakni industri makanan dan minuman; industri farmasi; industri kimia; industri logam dan mesin; industri tekstil dan pakaian; industri otomotif; dan industri elektronik.
Ke-7 jenis industri itu tercatat sebagai sektor penting dalam perkembangan perekonomian Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian, pada 2021, kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) industri manufaktur hampir mencapai 20%.
Merujuk data United Union Statistics Economics, Indonesia masuk dalam daftar 10 negara manufaktur teratas berdasarkan persentase kontribusi mereka terhadap output manufaktur global. Selain Indonesia, ada negara-negara maju lainnya seperti Tiongkok, Amerika Serikat, Jepang, Jerman, India, dan Korea Selatan.
Dengan kondisi seperti itu, Pemerintah Indonesia, sebagaimana dilansir situs resmi Kementerian Perindustrian (kemenperin.go.id) telah meluncurkan Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025--2045 yang menetapkan Visi Indonesia Emas 2045. Pada perayaan 100 tahun kemerdekaan nanti atau 22 tahun ke depan, Indonesia ditargetkan masuk dalam lima negara dengan perekonomian terbesar di dunia.
“Kita ketahui industri manufaktur selama ini memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian nasional. Oleh karena itu, pemerintah bertekad untuk fokus menjalankan kebijakan-kebijakan strategis yang mendukung sektor industri seperti menjaga ketersediaan bahan baku dan energi, perluasan pasar, pengoptimalan produk dalam negeri, serta substitusi impor,” papar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang.
Dampak Ekonomi Global
Meski masih ekspansif, patut dicermati bahwa dalam dua bulan terakhir (September-Oktober 2023) dari sisi angka kinerja manufaktur Indonesia menunjukkan perlambatan. Hal ini seiring dengan melambatnya pertumbuhan global.
Dampak dari perlambatan ekonomi global juga terlihat dari kinerja manufaktur beberapa negara yang berada di zona kontraksi, seperti Tiongkok (49,5), Thailand (47,5), Vietnam (49,6), Malaysia (46,8), Australia (48,2), dan zona Eropa (43). Di sisi lain, India sebagai salah satu perekonomian pada kelompok emerging economies (EMs) dan pasar potensial ekspor Indonesia masih di zona ekspansif (55,5).
Data yang dilansir Kementerian Perindustrian per Juni 2023, PMI Manufaktur Indonesia mampu melampui PMI Manufaktur ASEAN (51,0), Malaysia (47,7), Myanmar (50,4), Filipina (50,9), Taiwan (44,8), Vietnam (46,2), Jepang (49,8), Tiongkok (50,5), Korea Selatan (47,8), Inggris (46,2), dan Prancis (45,5).
Kenaikan PMI Manufaktur Indonesia tersebut sejalan dengan kenaikan Indeks Kepercayaan Industri (IKI). Pada Juni 2023, Kemenperin merilis IKI mencapai 53,93 atau meningkat 3,03 poin dibandingkan Mei 2023. Angka ini juga merupakan yang paling tinggi sejak IKI dirilis November 2022.
Mencermati data industri manufaktur tersebut di atas, Pemerintah optimis kinerja manufaktur Indonesia yang masih ekspansif menunjukkan resiliensi ekonomi Indonesia di tengah terkontraksinya manufaktur di banyak negara seiring dengan peningkatan risiko global.
“Meskipun sedikit melambat, sentimen dalam sektor manufaktur Indonesia secara keseluruhan masih positif. Capaian ini akan terus kami jaga melalui berbagai dukungan kebijakan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mengantisipasi risiko global,” jelas Febrio.
Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari