Di Pulau Sumatra, potensi energi surya bisa mencapai 48.000 terawatt hours (TWh) per tahun dengan potensi PLTS terapung sebanyak 94,7 persen.
Indonesia sebagai negara kepulauan dan beriklim tropismemiliki potensi besar dalam pengembangan pembangkit listriktenaga surya (PLTS) terapung atau floating photovoltaic.Mengingat kebutuhan energi dari tahun ke tahun terakhir terusmeningkat.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakanIndonesia sebagai negara kepulauan dengan lautan luas tentunyapermukaan airnya bisa dijadikan untuk penempatan panel surya.Mari dilihat potensi energinya. Di Pulau Sumatra, potensi energisurya bisa mencapai 48.000 terawatt hours (TWh) per tahundengan potensi PLTS terapung sebanyak 94,7 persen, PulauJawa dan Kepulauan Sunda Kecil punya potensi 11.500 TWhdengan potensi PLTS terapung 53,8 persen, dan Kalimantan memiliki potensi energi surya 29.400 TWh dengan potensi PLTS terapung sebesar 97,3 persen.
Kemudian, Sulawesi ada 50.200 TWh dengan potensi PLTS terapung mencapai 96,9 persen serta Maluku dan Papua yang memiliki potensi energi surya sebanyak 51.200 TWh denganpotensi PLTS terapung mencapai 99,7 persen. “Potensi sel suryadi Indonesia sangat besar tidak hanya bisa digunakan di daratan, tetapi juga floating photovoltaic yang lokasinya sangat strategis.Sekarang yang baru digunakan baru ada satu lokasi, yaituWaduk Cirata di Jawa Barat,” ujar periset Metalurgi BRIN Aga Ridhova di Jakarta, Jumat (27/10/2023).
Permintaan energi di Indonesia saat ini sekitar 300 TWh. Sedangkan, permintaan energi ke depan diperkirakan bisamencapai angka 9.000 TWh pada tahun 2050.
Tantangan di masa depan semakin berat bila Indonesia hanyamengandalkan pembangkit listrik tenaga batu bara. Sementaraitu, sumber dayanya terbatas dan tidak bisa dibuat kembali. Olehkarena itu, PLTS menjadi alternatif sumber energi yang ramahlingkungan.
Indonesia membutuhkan energi baru terbarukan yang bisa terusada dan dimanfaatkan secara berkepanjangan, salah satunya air, gelombang laut, angin, biomassa, ataupun panas bumi yang bisamencapai 1.240 TWh. Sementara itu, potensi floating photovoltaic bisa mencapai ratusan ribu terawatt hours kalaudimanfaatkan secara baik.
Salah satu PLTS terapung terbesar yang sedang dibangun PLN terletak di Cirata, Purwakarta, Jawa Barat. Terbentang di area seluas 200 hektare yang terbangun dalam 13 blok dengan lebihdari 340 ribu solar panel. PLTS ini mampu memproduksi 245 juta kWh energi bersih per tahun atau setara dengan menerangilebih dari 50 ribu rumah. Pemanfaatan PLTS ini juga akanmenekan emisi karbon lebih dari 200 ribu ton per tahun.
Dari pengembangan PLTS terapung Cirata ini, PLN akan terusmengembangkan pembangkit listrik yang berbasis energi bersih. Dengan potensi energi bersih mencapai 360 GigaWatt (GW), PLN membuka ruang kerja investasi untuk pengembanganenergi bersih di tanah air dalam mewujudkan target net zero emissions (NZE) tahun 2060.
PT PLN juga telah mengoperasikan pembangkit listrik tenagasurya terapung terbesar di Indonesia dengan kapasitas 561 kilowatt peak di kawasan Tambak Lorok, Kota Semarang yang akan meningkatkan bauran energi baru terbarukan.
PLTS terapung tersebut dioperasikan melalui anak usaha PLN, PLN Indonesia Power (PLN IP). PLTS tersebut merupakanbagian dari pembangunan PLTS dengan total keseluruhansebesar 920 kWp di beberapa gedung kompleks PembangkitListrik Gas dan Uap (PLTGU) PLN IP Semarang Power Generation Unit (PGU).
Pemanfaatan energi surya merupakan bagian dari PemerintahIndonesia yang telah menetapkan target bauran energi baruterbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025. Indonesia menargetkan memiliki kapasitas EBT sebanyak 10,6 GWpembangkit EBT baru pada 2025.
Dari total kapasitas itu, sebanyak 1,4 GW di antaranyamerupakan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), dan3,1 GW berupa Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Sementara itu porsi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro(PLTM) sebesar 1,1 GW, Pembangkit Listrik Tenaga Surya 3,9 GW, Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) 0,5 GW danPembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBio) 0,6 GW. Dari data ini terlihat memang perlu investasi lebih banyak lagi bagipengembangan PLTS.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari