Indonesia.go.id - Stabilitas Jasa Keuangan Tetap Terjaga

Stabilitas Jasa Keuangan Tetap Terjaga

  • Administrator
  • Senin, 15 Januari 2024 | 14:43 WIB
EKONOMI DOMESTIK
  Sektor keuangan dalam negeri masih didukung oleh permodalan yang kuat. Laporan Bank Dunia yang menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 mencapai 4,9 persen, membuat stabilitas jasa keuangan masih terjaga. ANTARA FOTO
Sektor keuangan dalam negeri masih didukung oleh permodalan yang kuat, likuiditas yang memadai, serta profil risiko yang masih terjaga.

Laporan World Economic Forum (WEF) yang baru saja dirilis mengungkapkan bahwa ketahanan ekonomi dunia masih kuat di tengah kekhawatiran munculnya resesi akibat tren kebijakan moneter global yang sangat agresif di 2023. Laporan tersebut menyebutkan, perekonomian global menunjukkan ketahanan yang mengejutkan dalam menghadapi pengetatan kebijakan moneter global yang paling agresif dalam beberapa dekade terakhir.

Namun begitu, laporan hasil survei Global Risk Perception Survey 2023-2024 menyatakan tetap ada kekhawatiran soal pelemahan ekonomi sebagai faktor penghambat pertumbuhan. Survei tersebut diambil dari 1.500 responden yang berasal dari akademisi, pengusaha, pemerintahan, dan publik. Selain faktor pelemahan, para responden juga mengungkapkan kekhawatiran lantaran faktor fenomena cuaca ekstrem, penyakit menular, masalah kekurangan pasokan energi, serta pengangguran.

Terlepas dari semua itu, WEF menilai ketahanan ekonomi dunia masih cukup kuat sejalan dengan laporan Bank Dunia yang menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 yang mencapai 4,9 persen. Angka pertumbuhan tersebut, lanjut laporan Bank Dunia, masih lebih baik dibanding negara-negara utama seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, Jepang, dan Tiongkok. 

Mengutip laporan Global Economic Prospects 2024 yang dirilis Rabu (10/1/2024), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 diproyeksi mencapai 4,9 persen. Angka tersebut kembali mengungguli AS, Euro dan Jepang, dengan masing-masing sebesar 1,6 persen, 0,7 persen dan 0,9 persen. 

Bahkan proyeksi untuk pasar negara dan ekonomi berkembang, seperti Tiongkok pada 2024 masih lebih rendah dari Indonesia, yaitu sebesar 4,5 persen.

Selain sejumlah laporan di atas, laporan Bank Indonesia soal Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Desember 2023 semakin menguatkan optimisme konsumen bahwa kondisi ekonomi akan meningkat di 2024. Ini menumbuhkan keyakinan pelaku usaha terhadap prospek ekonomi tahun ini. Hal tersebut tecermin dari IKK Desember 2023 yang berada pada zona optimis (>100) sebesar 123,8, lebih tinggi dibandingkan 123,6 pada bulan sebelumnya.

Keyakinan konsumen tersebut juga didorong oleh kondisi ekonomi saat ini maupun ekspektasi ke depan. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Desember 2023 tercatat masing-masing sebesar 113,6 dan 133,9.

Berbekal itu semua, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar pun optimistis, stabilitas jasa keuangan Indonesia masih akan terjaga dengan baik di 2024. Beberapa indikator yang mendukung pernyataan itu, tambahnya, adalah sektor keuangan dalam negeri didukung oleh permodalan yang kuat, likuiditas yang memadai, serta profil risiko yang masih terjaga.

"Sehingga mampu menghadapi potensi perlambatan ekonomi global," ujarnya dalam Konferensi Pers RDK OJK pada Selasa (9/1/2024).

Meski begitu Mahendra tak memungkiri adanya sinyal perlambatan ekonomi global, terutama datang dari negara-negara Uni Eropa dan Tiongkok. Perlambatan ekonomi ini mendorong inflasi turun mendekati target, sehingga memberikan ruang bagi bank sentral untuk lebih akomodatif.

Sementara dari Amerika Serikat, pasar menilai bahwa ekonomi negara itu masih cukup resilien dan tidak akan mengalami resesi. "Di AS, The Fed mengisyaratkan suku bunga turun 75 bos di tahun 2024," lanjut Mahendra.

Di sisi lain, pelaku pasar saat ini tetap mencermati perkembangan geopolitik ke depan, misalnya eskalasi di Laut Merah sebagai imbas konflik Israel dan Palestina. Lalu juga soal Pemilu yang diselenggarakan di beberapa negara, termasuk AS, Uni Eropa, India, Taiwan, serta Indonesia.

Adapun, sentimen ekonomi global disebutkan cenderung positif didukung oleh ekspektasi penurunan suku bunga The Fed dan soft landing ekonomi AS. Untuk sentimen ekonomi di domestik, neraca dagang Indonesia tercatat surplus dan PMI manufaktur masih ekspansif, sedangkan tingkat inflasi terjaga rendah sebesar 2,61 persen yoy pada Desember 2023, dibandingkan November 2023 sebesar 2,28 persen.

"Masih perlu dicermati perkembangan domestik ke depan, seperti tingkat inflasi, keyakinan konsumen, serta melandainya barang ritel dan kendaraan motor," ujar Mahendra.

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini