Indonesia.go.id - Kinclong Industri Kosmetik Tanah Air

Kinclong Industri Kosmetik Tanah Air

  • Administrator
  • Selasa, 20 Februari 2024 | 14:21 WIB
KOSMETIK
  Berdasar data Sistem Informasi Industri Nasional (2022) Industri Kosmetik tercatat mampu menyerap tenaga kerja sebesar 59.886 orang. IST
Dari 1.010 perusahaan pada 2023, 95% merupakan industri kosmetik lokal skala industri kecil dan menengah yang menyerap tenaga kerja sekitar 59.886 orang di 2022.

Tampil kinclong. Begitulah idaman semua orang, terutama kelompok populasi muda di dunia, termasuk di tanah air. Mereka sadar betul untuk menjaga penampilan diri, serta melakukan perawatan kulit.

Meningkatnya kesadaran perawatan diri itu, ditambah dengan jumlahnya yang besar, merupakan pasar menggiurkan. Tidak heran jika itu memunculkan tumbuhnya industri kecantikan dan kesehatan nasional. Perusahaan kosmetik pun tumbuh dan berkembang, termasuk menjamurnya banyak brand kosmetik lokal.

Merujuk data yang dilansir Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), terjadi peningkatan pertumbuhan jumlah pelaku usaha kosmetik dari jumlah 819 pada 2021 menjadi 913 pada 2022, hal ini setara dengan pertumbuhan sebesar 20,6% pada 2022.

Selanjutnya, pada 2023, industri kosmetik di Indonesia tumbuh sebesar 21,9%, yakni dari 913 perusahaan di 2022 menjadi 1.010 perusahaan. Industri kosmetik nasional juga mampu menembus pasar ekspor di mana secara kumulatif untuk periode Januari--November 2023 nilai ekspor untuk produk kosmetik, wewangian, dan essential oils tercatat mencapai USD770,8 juta.

Berdasar data Sistem Informasi Industri Nasional (2022) Industri Kosmetik tercatat mampu menyerap tenaga kerja sebesar 59.886 orang. Hasil analisis lainnya oleh Statista menyatakan bahwa segmen pasar terbesar industri kosmetik nasional adalah segmen perawatan, termasuk perawatan kulit (skincare) dan personal care, dengan volume pasar 3.16 miliar USD pada 2022.

 “Dengan komposisi 95% industri kosmetik lokal merupakan industri kecil dan menengah, industri ini tercatat mampu menyerap tenaga kerja sekitar 59.886 orang pada 2022,” tutur Menteri Koordinator iBdang Perekonomian Airlangga Hartarto saat melakukan kunjungan ke pabrik PT Pillars Cosmetiklon Indonesia di Tangerang, Banten, Sabtu (3/2/2024).

Dari berbagai produk yang dihasilkan oleh perusahaan kosmetik di Indonesia, segmen pasar terbesar didominasi segmen perawatan diri (personal care) dengan volume pasar sebesar USD3,18 miliar pada 2022, disusul skincare sebesar USD2,05 miliar, kosmetik USD1,61 miliar, dan wewangian USD39 juta.

Potensi market size secara nasional pada 2023 bisa mencapai 467.919 produk atau meningkat lebih dari 10 kali lipat dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Sementara itu, secara global diperkirakan dapat mencapai USD473.21 miliar pada 2028 dengan pertumbuhan rata-rata 5,5% per tahun.

Lebih lanjut, penjualan produk personal care dan kosmetik mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun terakhir ini di tengah masifnya perkembangan e-commerce di Indonesia. Sejak 2018 hingga 2022, personal care dan kosmetik merupakan top 3 penjualan di market place, dengan nilai transaksi mencapai Rp13.287,4 triliun dan volume transaksi 145,44 juta.

Peluang Ekspor

Merujuk data yang ada saat ini, industri kosmetik nasional masih cenderung berfokus pada persaingan di pasar domestik. Bagaimana dengan pasar ekspor? Langkah ini sepertinya harus menempuh perjalanan panjang, terlebih untuk menjadi pemain utama di pasar global.

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, industri kosmetik nasional mengalami penurunan nilai ekspor produk jadi sebesar 1.65% yaitu dari nilai 435.51 juta USD pada 2021 menjadi 428.34 juta USD pada 2022. Penurunan nilai juga terlihat pada nilai impor produk jadi, yaitu dari 637.33 juta USD pada 2021 menurun sebesar 1.77% pada 2022 menjadi 626.03 juta USD.

Adapun pasar ekspor cukup besar terbuka untuk pasar ASEAN, mengingat kawasan ini memiliki faktor kesamaan iklim, sosial budaya, daya beli sehingga ada kesamaan preferensi konsumen pada jenis kosmetik yang serupa dengan pasar Indonesia. Negara tujuan utama ekspor kosmetik nasional di antaranya Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Filipina, Malaysia, dan Vietnam.

Faktor penumbuh lainnya adalah peningkatan terhadap produk kosmetik dan personal care halal yang menjadi peluang baru bagi industri dalam negeri. Pemerintah mendorong penetrasi produk kosmetik lokal ke negara yang potensial dengan produk kosmetik halal termasuk negara Timur Tengah, Afrika, dan negara muslim lainnya.

Berdasarkan Indonesia Halal Economic Report, industri kosmetik halal nasional tercatat memiliki nilai pasar sebesar 4.19 miliar USD pada 2022 dan diproyeksikan bertumbuh sedikitnya hingga 8% per tahun. Selain itu ada tren memadukan bahan alam sebagai inovasi produk kecantikan yang mampu menggerakan pasar kosmetik dan personal care.

Pasar untuk itu tidak hanya pasar ASEAN, melainkan juga untuk pasar Eropa. Langkah untuk itu dimulai dari dukungan pemerintah untuk mengikutsertakan produsen kosmetik brand lokal ikut dalam berbagai pameran internasional, seperti  pameran kosmetik internasional Cosmoprof Bologna di Italia pada 2023 yang memiliki animo yang baik dari pengunjung pameran tersebut.

Selain itu, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian juga mengupayakan program yang dapat mendukung peningkatan ekspor berupa bimbingan sertifikasi cara pembuatan kosmetik yang baik (CPKB), bimbingan sertifikasi kosmetik halal, bantuan mesin untuk meningkatkan kapasitas produksi industri kosmetik lokal, kerja sama dengan Kementerian Perdagangan untuk listing produk industri kosmetik lokal yang siap ekspor di platform INAEXPORT, koordinasi dengan Kementerian Keuangan dalam pemberian insentif fiskal berupa non-tariff measure dan tax allowance, serta pendampingan perizinan berusaha OSS dan PB UMKU.

Kosmetik Halal

Dewasa ini, pasar kosmetik dan personal care juga digerakkan oleh tren dan kesadaran penggunaan kosmetik berlabel halal, sehingga mendorong munculnya produk dan merek baru yang memadukan bahan-bahan alami sebagai inovasi produk kecantikan.

Industri kecantikan nasional mempunyai potensi yang sangat luas untuk dikembangkan, mengingat melimpahnya sumber daya alam sebagai bahan baku kosmetik. Selain itu, Indonesia juga memiliki warisan budaya leluhur tentang tanaman berkhasiat sebagai obat dan perawatan tubuh. Potensi pasar dalam negeri juga cukup besar dengan meningkatnya jumlah populasi usia produktif sebagai pengguna produk kecantikan.

Tumbuh suburnya produk kosmetik lokal bersertifikasi halal juga dapat terus didorong penetrasinya ke negara yang potensial dengan produk kosmetik halal seperti berbagai negara di Timur Tengah dan Afrika. Mencermati pertumbuhan industri kosmetik yang fenomenal tersebut, Menko Airlangga pun optimistis industri kosmetik di Indonesia akan semakin berkembang dan berdaya saing di pasar dalam negeri dan mulai membuka pasar ekspor yang lebih luas.

Menko Airlangga pun berharap, industri kosmetik nasional dapat berperan serta mendukung penguatan blue economy dengan semakin banyak memanfaatkan bahan baku kosmetik dari perairan Indonesia.

 


Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari