Indonesia.go.id - Lebaran dan Perputaran Ekonomi Masyarakat

Lebaran dan Perputaran Ekonomi Masyarakat

  • Administrator
  • Sabtu, 13 April 2024 | 07:31 WIB
LEBARAN 2024
  Sejumlah pengunjung bermain air di Desa Wisata Ketapanrame, Mojokerto, Jawa Timur, Senin (15/4/2024). Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memproyeksikan perputaran ekonomi di sektor parekraf selama libur Lebaran mencapai Rp276,1 triliun akibat tingginya pergerakan masyarakat untuk mudik dan berwisata. ANTARA FOTO/Muhammad Mada
Pergerakan masyarakat dalam jumlah besar pada mudik Lebaran tentu sangat membantu perputaran ekonomi di daerah.

Perayaan Idulfitri atau Lebaran menjadi momen penting bagi masyarakat Indonesia. Tidak hanya dalam konteks keagamaan, melainkan juga memberikan dampak signifikan pada perekonomian negara.

Setiap tahun, jelang dan selama periode Lebaran, terjadi perubahan besar dalam pola konsumsi, distribusi, dan produksi, yang mempengaruhi berbagai sektor ekonomi. Bayangkan, mengutip pernyataan Menparekraf Sandiaga Uno, pada Jumat (12/4/2024), pergerakan orang selama libur lebaran tahun ini diperkirakan mencapai 193,6 juta orang. Angka ini meningkat dibandingkan pada masa Lebaran tahun lalu sebesar 123,8 juta orang.

Menurut Sandiaga, adanya pergerakan masyarakat sebanyak itu untuk menyambut momen Idulfitri 1445 Hijriah tentu sangat membantu ekonomi daerah dan ekonomi masyarakat, termasuk destinasi wisata daerah.

Momen Lebaran juga memberikan dampak yang besar terhadap industri pariwisata dan ekonomi kreatif, termasuk pelaku UMKM juga desa wisata dalam mendorong peningkatan ekonomi dan terciptanya peluang usaha dan lapangan kerja.

Kondisi itu juga ditunjang dengan adanya libur cuti bersama yang lebih panjang dibandingkan 2023, serta kebijakan izin pengambilan cuti tahunan bagi ASN untuk libur Lebaran 2024.

Berkaitan dengan ekonomi, Kemenparekraf telah melakukan kajian yang memproyeksikan perputaran ekonomi di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Menparekraf Sandi pun memprediksi bisa mencapai Rp276,11 triliun.

"Tapi ini naiknya hampir 50 persen (proyeksi pergerakan masyarakat) dibandingkan tahun lalu. Jadi saya memprediksi angka (perputaran ekonomi) yang lebih tinggi lagi yaitu sekitar Rp350 triliun sampai Rp400 triliun," kata Sandiaga.

Bila benar seperti yang disampaikan Menparekraf, bisa dipastikan terjadi peningkatan konsumsi, baik dalam belanja konsumen. Hal ini menciptakan peluang besar bagi pelaku usaha untuk meningkatkan penjualan mereka.

Demikian pula di sejumlah destinasi wisata. Pasalnya, libur Lebaran sering dimanfaatkan oleh banyak orang untuk berlibur atau mudik. Ini menyebabkan lonjakan dalam industri pariwisata, termasuk transportasi, akomodasi, dan sektor-sektor terkait lainnya.

Di sektor perhotelan misalnya, bisa dipastikan tingkat okupansi hotel dan restoran di sejumlah daerah juga diprediksi naik antara 80 bahkan hingga mencapai 100 persen. Rata-rata lama tinggal antara satu sampai dua malam. Sedangkan, wisatawan dari luar provinsi dapat mencapai empat malam.

Di sisi lain, aktivitas ekonomi lokal pun meningkat. Lebaran juga memberikan dampak positif pada ekonomi daerah, terutama di kota-kota besar. Aktivitas ekonomi terjadi peningkatan sehubungan dengan persiapan dan perayaan lebaran.

 

Peluang dan Tantangan

Tak dipungkiri, periode Lebaran adalah waktu yang tepat bagi pelaku usaha untuk mengoptimalkan penjualan mereka dengan menawarkan promosi khusus, paket liburan, atau produk-produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen selama musim tersebut. Namun, adanya lonjakan permintaan selama Lebaran sering kali menyebabkan tantangan dalam pasokan dan distribusi barang-barang, terutama di wilayah-wilayah yang jauh dari pusat produksi.

Di sisi konsumen, Lebaran juga dapat menjadi periode di mana pengeluaran meningkat secara signifikan. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk mengelola keuangan mereka dengan bijak agar tidak terjebak dalam hutang atau masalah keuangan lainnya setelah Lebaran.

Di periode Lebaran juga sering kali diikuti oleh kenaikan harga beberapa barang dan jasa, terutama makanan, transportasi, dan akomodasi. Oleh karena itu, pemerintah memonitor dengan cermat dinamika harga selama periode ini untuk mencegah lonjakan inflasi yang berlebihan.

Sementara itu, proyeksi ekonomi tahun ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk kondisi ekonomi global, kebijakan pemerintah, dan dinamika internal. Meskipun terdapat tantangan seperti ketidakpastian global dan dampak pandemi yang masih berlangsung, Indonesia memiliki potensi untuk mengalami pemulihan ekonomi yang berkelanjutan dengan memanfaatkan sumber daya alam, tenaga kerja yang besar, dan potensi pasar domestik yang kuat.

Dengan memahami dan mengantisipasi tren ekonomi selama periode Lebaran, serta melihat proyeksi ekonomi tahun ini, pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat dapat bekerja sama untuk mengoptimalkan potensi ekonomi negara dan memperkuat ketahanan ekonomi nasional dalam jangka panjang.

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari