Triwulan I-2024, ekspor industri tekstil meningkat 0,19 persen atau senilai US$2,95 miliar. Pasar nontradisional Indonesia diprediksi tumbuh signifikan sampai lima tahun ke depan.
Industri tekstil dan produk tekstil (ITPT) merupakan salah satu sektor unggulan manufaktur nasional. Selain menjadi pahlawan devisa sejak puluhan tahun terakhir ini, sektor itu juga menjadi andalan penyerapan tenaga kerja.
Kamar dagang dan industri (Kadin) 3,65 juta (18,79 persen) dari total tenaga kerja industri manufaktur. Sementara itu, dalam catatan Kementerian Perindustrian (Kemenperin), hingga kini (2024) jumlah tenaga kerja sektor industri TPT mencapai 3,9 juta orang atau hampir 20% dari total tenaga kerja di sektor industri manufaktur nasional.
Dengan jumlah sumber daya manusia sebesar itu, produktivitas dan keterampilan mereka, tentu punya pengaruh besar pada kinerja industri tersebut. Oleh karena itu, kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDMI) Kementerian Perindustrian Masrokhan, pembangunan SDM industri kompeten menjadi salah satu program prioritas. Salah satunya dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan vokasi.
Kinerja Signifikan
Sempat tertatih, mengalami tekanan selama 2023, kinerja industri TPT kembali bangkit pada awal 2024 dengan pertumbuhan PDB yang positif. “Industri TPT pada triwulan I-2024, mulai menunjukkan perbaikan kinerja yang signifikan, di mana PDB mengalami pertumbuhan sebesar 2,64 persen secara yoy, demikian juga secara qtq mengalami peningkatan 5,92 persen dibandingkan Q4-2023 yang mengalami kontraksi -1,15 persen,” kata Plt Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian Taufiek Bawazier di Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (21/5/2024).
Kinerja gemilang industri TPT juga tecermin pada capaian nilai ekspornya pada triwulan I-2024 yang mengalami peningkatan sebesar 0,19 persen atau senilai US$2,95 miliar. Padahal, situasi di pasar ekspor masih dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi global karena beberapa konflik antarnegara yang terjadi. Di sisi lain, investasi sektor TPT juga mengalami kenaikan. Untuk investasi PMA, naik sebesar 70,2 persen atau senilai US$194,3 miliar.
Kemenperin pun memberikan apresiasi sejumlah perusahaan yang menggarap pasar baru. Salah satunya adalah PT Mahugi Jaya Sejahtera yang berhasil merambah pasar Dubai dan sebagian negara Timur Tengah Dubai. Perusahaan tersebut pada Mei 2024 mengekspor kain sebanyak 300.000 meter dalam tiga kontainer senilai US$350.000.
Dalam catatan Kemenperin, selama ini pasar andalan Indonesia untuk garmen adalah negara-negara Eropa, Amerika dan Jepang. Karenanya, keberhasilan menembus pasar nontradisional, patut diperhatikan.
Pasar Nontradisional
Pasar garmen dan tekstil di negara-negara Timur Tengah diprediksi bakal terus tumbuh signifikan. Sampai dengan lima tahun ke depan dengan pertumbuhan sebesar 7 persen, dan nilai pasar fesyen diperkirakan sebesar US$89 miliar. Dalam catatan Kemenperin, pasar Uni Emirat Arab (UEA) dan Arab Saudi menyumbang hampir setengah dari pasar industri fesyen di Timur Tengah, serta Qatar yang terus meningkat konsumsinya.
Indonesia mengekspor tekstil dan pakaian ke negara-negara Timur Tengah sekitar 5,4 persen dari total ekspor TPT nasional atau senilai US$753 juta. Artinya, baru memiliki market share 1,5 persen. “Oleh karena itu, upaya peningkatan ekspor ke negara-negara Timur Tengah menjadi sebuah langkah yang penting,” tandasnya.
Guna menggenjot kinerja ekspor industri TPT nasional, Kemenperin telah menyiapkan jurus jitu. Antara lain melaksanakan program restrukturisasi mesin atau peralatan pada industri penyempurnaan kain dan industri pencetakan kain sesuai Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 18 Tahun 2021. Pada tahun 2024, Kemenperin mengalokasikan anggaran sebesar Rp50 miliar untuk program restrukturisasi ini dengan target 59 perusahaan.
Selain itu, juga mempercepat implementasi industri 4.0 dengan memanfaatkan beberapa teknologi kunci untuk memenangkan persaingan global seperti Artificial intelligence, Novel fabrics, Internet of things (IoT), Rapid Data Analysis for Quick Adaptation, Mobile commerce, Virtual and augmented reality (VR), Online vector editors, 3D Printing, Blockchain dan Sustainability.
“Kami juga mendorong melalui peningkatan kompetensi SDM melalui pendidikan vokasi yang link and match dengan industri. Selain itu juga perlunya menjamin kemudahan akses bahan baku untuk industri yang berorientasi ekspor,” jelas Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin Adie Rochmanto Pandiangan.
Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari