Di tengah ketidakpastian ekonomi global, pasar modal Indonesia menunjukkan dinamika yang menarik sepanjang tahun 2024. Meski IHSG masih mencatatkan penurunan ytd, optimisme tetap tinggi dengan berbagai strategi pemerintah dan OJK untuk memulihkan dan menguatkan pasar.
Di tengah ketidakpastian ekonomi global yang terus berlanjut, kinerja pasar modal Indonesia sepanjang tahun 2024 menunjukkan dinamika yang menarik.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat terpuruk pada awal tahun, kini kembali bergerak ke zona hijau, menutup semester pertama di level 7.000-an. Meski demikian, secara year to date (ytd), IHSG masih mencatatkan penurunan sebesar 4,19 persen, menempatkannya di antara indeks saham terlemah di kawasan ASEAN dan Asia Pasifik.
Selama Juni 2024, harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami pelemahan, termasuk saham-saham blue chip. Analis mencatat bahwa tekanan jual dari investor asing menjadi katalis utama penurunan ini.
Saham blue chip, yang biasanya menjadi favorit investor karena stabilitas dan potensi pertumbuhannya, kini lebih sensitif terhadap arus capital outflow. Data BEI menunjukkan bahwa posisi net sell investor asing mencapai Rp10,81 triliun secara ytd.
Mahendra Siregar, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mencatat bahwa industri pasar modal Indonesia masih belum sepenuhnya bergairah. IHSG melemah 5,4 persen ytd, meski jumlah investor di pasar modal mencapai 13,02 juta orang. Hal itu menunjukkan bahwa pasar masih dipengaruhi oleh sentimen negatif dari investor asing.
Kinerja dan Prospek IHSG
Pada kesempatan terpisah, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menyebutkan bahwa secara bulanan, IHSG masih melemah 3,64 persen month to date. Namun, perkembangan tren pasar saham menunjukkan pertumbuhan yang positif.
Pada kuartal pertama 2024, IHSG tumbuh sebesar 0,22 persen, dengan nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp11.692 triliun, meningkat 0,15 persen ytd. Penghimpunan dana oleh korporasi melalui pasar modal juga menunjukkan kinerja yang solid. Hingga akhir April 2024, nilai penawaran umum tercatat sebesar Rp75,52 triliun.
Meski demikian, OJK mencermati peningkatan tekanan di pasar keuangan global yang mempengaruhi aksi jual investor nonresiden, menyebabkan penurunan net buy sebesar Rp7,62 triliun.
Tantangan dan Strategi Kedepan
Mahendra Siregar menegaskan bahwa stabilitas sistem keuangan Indonesia masih terjaga, didukung oleh kondisi fiskal, moneter, dan sektor keuangan yang stabil. OJK berkomitmen untuk meningkatkan sinergi dengan semua pemangku kepentingan untuk mengantisipasi risiko ketidakpastian ekonomi global dan potensi ketegangan geopolitik yang bisa mempengaruhi perekonomian dan sektor keuangan domestik.
Inarno Djajadi optimistis bahwa target penghimpunan dana di pasar modal sebesar Rp200 triliun tahun ini akan tercapai. Data penawaran umum menunjukkan dominasi penerbitan Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk (EBUS), dengan nilai Rp80,13 triliun (66,78 persen dari total penawaran umum).
Selain itu, terdapat rencana IPO saham dari 79 perusahaan dengan nilai indikatif Rp11,08 triliun. Artinya target itu sama dengan pencapaian selama 2023. Pada tahun itu, sebanyak 79 perusahaan melakukan pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO) dengan total perolehan dana mencapai Rp54,14 triliun. Pada 2022, ada 59 emiten yang IPO dengan total perolehan dana mencapai Rp33,06 triliun.
Harapan Semester Kedua
Memasuki semester kedua 2024, ada harapan bahwa IHSG dapat terus bangkit meski tantangan masih membayangi. Pemerintah dan otoritas pasar modal perlu terus memantau dan mengelola sentimen pasar, terutama dari investor asing.
Dengan strategi yang tepat, termasuk meningkatkan daya tarik investasi dalam negeri dan menjaga stabilitas ekonomi, pasar modal Indonesia memiliki potensi untuk pulih dan tumbuh lebih kuat di paruh kedua tahun ini.
Harus diakui, semua pemangku kepentingan di pasar modal harus lebih kerja keras lagi untuk menggapai sejumlah target yang diusung di awal 2024. OJK mencatat bahwa hingga Juni 2024, baru terdapat 25 emiten yang mendaftar di BEI, menunjukkan minat yang terus tumbuh dalam penghimpunan dana melalui pasar modal.
Selain itu, penggalangan dana melalui Securities Crowd Funding (SCF) telah mencapai Rp1,11 triliun, dengan 17 penyelenggara dan 548 penerbit yang terdaftar.
Dengan komitmen dari semua pihak terkait, optimisme bahwa pasar modal Indonesia dapat bangkit kembali di semester kedua 2024 tetap tinggi. Pasar modal yang kuat dan stabil akan menjadi fondasi penting bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Indonesia.
Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari